Berhati-hatilah dalam Berkata-kata

0
37

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃

📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36).

Penjelasan:

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa beliau berkata, “Maksudnya adalah janganlah kamu berkata tanpa didasari ilmu.” ‘Aufi juga mengemukakan dari Ibnu Abbas, “Janganlah kamu berkata kepada seseorang tentang apa yang kamu tidak ketahui,” yaitu dengan kesaksian palsu. Qatadah menyatakan, “Janganlah kamu mengatakan, ‘Aku melihat,’ padahal kamu tidak melihat, atau ‘Aku mendengar,’ padahal kamu tidak mendengar, atau ‘Aku mengetahui,’ padahal kamu tidak tahu. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawabanmu atas semua hal tersebut.”

Semua penjelasan di atas mengindikasikan bahwa Allah melarang berkata-kata tanpa dasar pengetahuan, yang pada dasarnya hanyalah sangkaan dan khayalan. Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ” (

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari sangkaan, karena sebagian sangkaan adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12).

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Waspadalah terhadap sangka buruk, karena sangka buruk adalah seburuk-buruknya perkataan dusta.” (HR. Bukhari no. 5143 dan Muslim no. 2563).

Disebutkan pula dalam hadis bahwa seburuk-buruknya fitnah adalah mengaku melihat sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dilihat.

Allah berfirman, “كل اولئك” (Semua itu) mengacu pada sifat-sifat pendengaran, penglihatan, dan hati. “كان عنه مسئولا” (Akan dimintai pertanggungjawabannya) artinya setiap hamba akan dimintai pertanggungjawaban tentang penggunaan anggota tubuhnya di hari kiamat.

Dalam tafsir “Al-Wasith”, disebutkan bahwa orang-orang musyrik yang memiliki keyakinan yang rusak terhadap Tuhan dan Nabi juga dilarang memberikan kesaksian palsu dan menfitnah.

Pelajaran dari ayat di atas adalah pentingnya berhati-hati dalam memanfaatkan potensi manusia, terutama mata, telinga, dan hati dalam meraih ilmu. Kita harus menggunakan potensi ini sebaik mungkin, selain juga menunaikan amanah ilahiah, sebagaimana dijelaskan dalam tafsir “Al-Lubab”.

Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil mengomentari ayat ini dengan dua poin:

Tiga anggota badan tersebut (pendengaran, penglihatan, dan hati) merupakan saluran yang membawa informasi ke hati. Jika dijaga dengan baik, hati akan tetap bersih; namun jika diabaikan, hati akan tercemar.

Karena ketiga anggota badan ini sangat penting, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas penggunaannya di akhirat.

Kini, di zaman informasi yang begitu pesat, kita harus berhati-hati dalam mendengar dan tidak sembarangan menyampaikan informasi. Kita juga harus berhati-hati dalam menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat, dan menjaga hati agar tidak mudah berprasangka buruk.

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here