cropped-logo-manis-1.png

Angan-Angan; Antara Yang Diperbolehkan, Dilarang dan Dianjurkan

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَنْظُرَنَّ أَحَدُكُمْ مَا الَّذِي يَتَمَنَّى فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا يُكْتَبُ لَهُ مِنْ أُمْنِيَّتِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ

Dari ‘Umar bin Abu Salamah dari ayahnya dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Hendaklah salah seorang diantara kalian memperhatikan terhadap apa yang ia angan-angankan, karena ia tidak mengetahui apa yang akan ditetapkan baginya (terjadi) dari angan-angannya tersebut.” (HR. Tirmidzi)

© Takhrij Hadits ;

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Ad-Da’awat an Rasulullah Saw, Bab Istijabatid Du’a Fi Chairil Qathi’atirrahim, hadits no 3534.

® Hikmah Hadits :

1. .Secara bahasa, ( التمنى ) “at-tamanny” memiliki arti cita-cita, keinginan, harapan, dambaan dan angan-angan. Sehingga segala apa yang di harapkan dalam diri seseorang, agar dapat terjadi di masa yang akan datang, masuk dalam ruang lingkup makna at-tamanny ini.

Namun ada juga yang mendefinisikan angan-angan berbeda dengan cita-cita dan harapan, menurut mereka angan-angan adalah sebuah keinginan akan sesuatu yang terjadi di masa depan, yang keinginan tersebut tidak didasari oleh keyakinan yang kuat bahwa hal tersebut akan terjadi, di saat yang bersamaan juga tidak ada kuasa atau kendali di dalam mewujudkan hal tersebut. Seperti seseorang yg berangan-angan untuk memiliki rumah mewah dengan kendaraan mewah di kawasan mewah. Maka jika ia sendiri tidak yakin bahwa hal tersebut dapat diwujudkan dan tidak merasa memiliki kuasa atau kendali untuk mewujudkannya, maka hal tersebut masuk dalam kategori angan-angan.

2. Bahwa dalam Islam, secara garis besar angan-angan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ;

▪️At-Tamanny Al-Mubahah ( التمنى المباحة ) yaitu angan-angan yang diperbolehkan, seperti seseorang yang mendambakan kehidupannya dimasa mendatang akan menjadi lebih baik, punya rumah yang lebih luas, kendaraan yang lebih nyaman, finansial yang lebih mencukupi, dsb.

Keinginan seperti ini selama tidak dikaitkan dengan perbuatan dosa, maka hukumnya diperbolehkan.

▪️At-Tamanny Al-Mamduhah ( التمنى الممدوحة ), yaitu angan-angan terhadap segala sesuatu yang baik dan terpuji, seperti mengangan-angankan untuk dapat menunaikan ibadah haji atau umrah, mengangan-angankan bisa membangun masjid, mendirikan pesantren, bersedekah dan memberikan santunan untuk anak yatim, dsb. Angan-angan seperti ini adalah terpuji.

▪️At-Tamanny Al-Madzmumah ( التمنى المذمومة ) yaitu angan-angan terhadap segala hal yang diharamkan Allah Swt, seperti angan-angan untuk berbuat maksiat dan dosa, baik dosa kecil terlebih-lebih dosa besar, atau angan-angan untuk mendzalimi orang lain, atau untuk berbuat batil dsb. Maka angan-angan yang seperti ini adalah terlarang dan harus dihindarkan.

3. Berdasarkan hadits di atas, kita diperintahkan untuk berhati-hati dalam berangan angan. Karena selain tentunya ada konsekwensi berupa pahala (jika mengangankan sesuatu yang terpuji) atau berdosa (jika mengangankan sesuatu yg tercela), angan-angan juga dapat menjadi sesuatu yang dapat terealisir di masa yang akan datang. Hal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ di atas, “Hendaklah salah seorang diantara kalian memperhatikan terhadap apa yang ia angan-angankan, karena ia tidak mengetahui apa yang akan ditetapkan baginya (akan terjadi) dari angan-angannya tersebut.”

Karena betapa banyak orang yang berangan-angan terhadap sesuatu yang mulia, seperti untuk dapat menunaikan ibadah haji, atau umrah atau membangun masjid, dsb lantas Allah Swt mengabulkannya. Dan betapa banyak juga orang yang mengangankan sesuatu yang buruk seperti untuk berbuat maksiat, dan ternyata hal tsb terjadi di masa mendatang, na’udzubillahi min dzalik.

Maka angan-angan terbaik bagi seorang muslim adalah angan-angan untuk dapat menggapai keridhaan Allah Swt, mendapatkan surga firdau

s, duduk bersama dengan Rasulullah ﷺ dan para sahabat yang mulia serta berkumpul dengan orang-orang shaleh, dsb di dalam jannah-Nya.

Mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya, Amiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Dan Kebaikan Seorang Anak Pun Akan Sangat Bermanfaat Bagi Orangtuanya yang Sudah Tiada

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوص،ِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ؟ قَالَ نَعَمْ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Saw, “Ayahku telah meninggal dunia dan meninggalkan harta, namun dia tidak memberi wasiat terhadap harta yang ditinggalkannya, dapatkah harta itu menghapus dosa-dosanya jika harta tersebut saya sedekahkan atas namanya?” beliau menjawab: “Ya.” (HR. Muslim, hadits no. 3081)

Hikmah Hadits ;

1. Bahwa diantara amalan yang dilakukan oleh seseorang, ada suatu amalan yang akan terus menerus mengalirkan “pahala” amal shaleh kebaikannya kendatipun ia sudah meninggal dunia. Amalan tersebut adalah anak yang shaleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Namun ternyata bukan hanya doa dari anak yang shaleh yang dapat mengalirkan pahala dan ampunan kepada orang tuanya, ternyata juga terdapat amalan lainnya yang dilakukan seorang anak, dalam rangka kebaikan orang tuanya yang sudah meninggal dunia, ternyata juga dapat memberikan “manfaat kebaikan” berupa pahala yang terus menerus mengalir kepada orang tuanya, yaitu mensedekahkan harta milik almarhum orang tuanya di jalan Allah Swt, kendatipun tanpa ada pesan atau wasiat sebelumnya dari org tuanya tersebut. Hal ini sangat jelas digambarkan dalam hadits di atas.

2. Bahkan dalam hadits di atas juga digambarkan dengan redaksi sebagai berikut “..dapatkah harta (yang disedakahkan atas nama orang tuanya) menghapuskan dosa-dosanya?” Dan Nabi Saw menjawabnya dengan sabda beliau, “Ya”. Hal ini menunjukkan bahwa beramal dengan diniatkan agar memberikan manfaat kebaikan bagi orang yang sudah meninggal dunia, khususnya kepada orang tuanya adalah bisa memberikan manfaat kebaikan kepada orgtuanya dan juga bahkan dapat meringankannya dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

3. Meskipun demikian, ulama berbeda pendapat terkait dengan “sampai atau tidaknya” pahala bacaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh seseorang, terhadap orang yang sudah meninggal dunia. Terkait dengan hal ini, dalam Kitab Al-Adzkar, Al-Imam An-Nawawi mengemukakan (hal 208) sbb, “Yang masyhur dikalangan ulama dari Madzhab Syafii dan juga  pendapat jamaah (ulama) lainnya, bahwasanya hal tersebut (mengirimkan pahala bacaan Al-Qur’an) tidak akan sampai kepada orang sudah meninggal dunia. Sementara itu, Imam Ahmad bin Hambal serta jamaah dari kalangan ulama lainnya termasuk dari sebagian ulama kalangan Syafii lainnya berpendapat bahwa pahala bacaan tersebut akan sampai (kepada orang yang sudah meninggal dunia). Dan yang paling baik (menurut Imam Nawawi) adalah hendaknya bagi setiap orang yang membacakan Al-Qur’an dan dimaksudkan akan dikirimkan pahala bacaannya tersebut kepada orang yang sudah meninggal dunia, maka hendaknya ia berdoa sbb, “Ya Allah, sampaikanlah pahala bacaan Al-Qur’an ku ini kepada fulan..”

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Jangan Campakkan Dirimu Dalam Kebinasaan

📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃

وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195)

Penjelasan

Atha bin Sa’ad meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Ayat ini turun bukan berkenaan dengan peperangan, namun berkenaan dengan infak yaitu jika kamu enggan mengeluarkan infak fisabillah maka (dapat) dikatakan kepadanya, janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan.”

Hamam bin Salamah meriwayatkan dari Adhahak bin Abi Jabarah bahwa ia berkata, “Orang-orang Anshar selalu bersedekah dan berinfaq dengan sebagian harta mereka. Suatu saat musim paceklik menimpa mereka sehingga merekapun tidak mengeluarkan infak di jalan Allah, maka turunlah ayat: ‘Dan jangan menjatuhkan diri kalian dalam kebinasaan.'”

Samak bin Harb meriwayatkan bahwa Nu’man bin Basyir berkata, “Seorang laki-laki yang mengerjakan satu dosa lalu ia mengatakan, ‘Allah tidak akan mengampuniku.’ Lalu Allah menurunkan ayat, ‘Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik,'” demikian diuraikan dalam tafsir “Ibnu Katsir”.

Di dalam “Shofwatu Tafasir” karya Ali Ashobuni disebutkan bahwa makna ayat ini adalah, “Berinfaklah di jalan jihad dan dalam berbagai hal yang bisa mendekatkan dirmu kepada Allah, dan jangan kikir untuk berinfaq dimana akan membuat musuhmu semakin kuat,” dan ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah, “Janganlah engkau meninggalkan jihad kemudian membuatmu sibuk dengan harta dan anak-anak dan akhirnya engkau menjadi celaka dan berbuat baiklah dalam setiap aktivitasmu dan akhirnya engkau menjadi wali dari wali-wali Allah.”

Assyahid Sayid Qutub berkata, “Tidak mau berinfaq adalah tindakan membinasakan jiwa dengan sifat kikir, oleh sebab itu siapa yang Allah selamatkan dari sifat itu maka mereka adalah orang-orang yang beruntung.”

Adapun di dalam tafsir “Allubab” disebutkan bahwa, “Berjihad dengan harta mempunyai kedudukan yang tidak kalah dari berjihad dengan jiwa raga, mengabaikannya dapat mengakibatkan kebinasaan individu dan masyarakat.”

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan berbuat ihsan dan itu merupakan derajat yang paling tinggi, hal ini disebutkan oleh Rasulullah saw:

“أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»

“Engkau menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Al-Bukhari no. 50 dan Muslim no. 8).

Assyahid Sayyid Qutub berkata, “Bila jiwa telah sampai pada derajat ini, maka ia akan mengerjakan seluruh keta’atan, menjauhi semua larangan dan merasakan pengawasan Allah dalam setiap yang kecil dan besar, dalam sepi ataupun dalam keramaian.”

Orang yang sudah mencapai derajat ihsan akan konsisten dalam berbuat baik, bagi dia sama saja apakah ada yang memberikan apresiasi atau tidak, dia akan tetap semangat dalam beramal, baik ada yang melihat atau tidak karena Allah selalu menatapnya.

Mereka yang mencapai derajat ihsan akan tetap melakukan kebaikan kepada orang yang tidak pernah membalas kebaikannya, karena baginya Allah tidak pernah tidur untuk menyaksikan amal shalihnya dan baginya perilaku baiknya kepada orang lain adalah bukan sebuah transaksi yang mengandung untung dan rugi, baginya jika sudah bisa membahagiakan orang lain itu sudah untung walau apa yang dilakukannya bertepuk sebelah tangan.

Berbuat ihsan menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi adalah melakukan sesuatu secara professional dan bagus, dan itu Allah perintahkan dalam segala hal sampai ketika seseorang menyembelih binatang pun, Allah memerintahkan untuk berbuat ihsan. Dalam hal ini terdapat sebuah hadits:

Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim, no. 1955).

Dr. Sulaiman Al-Asyqor mengomentari bagian akhir dari ayat ini dengan ungkapan yang sangat indah, “Kebaikan senantiasa membahagian hati, dan melapangkan dada, dan mendatangkan kenikmatan, dan menolak musibah, adapun meninggalkannya adalah kesalahan dan menimbulkan kesusahan, dan menghalangi datangnya rezeki, maka orang pengecut adalah yang meninggalkan kebaikan dengan anggota badannya, sedangkan orang kikir adalah yang meninggalkan kebaikan dengan hartanya, padahal Allah telah berfirman :

{ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ }

Ayat ini juga mengajarkan kita untuk menjauhi setiap tindakan yang membawa petaka kepada kita, seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, meminum minuman keras dan makan secara berlebihan sehingga bisa mendatangkan penyakit, kemudian tidak rutin berolah raga, sebab itu semua bisa menyebabkan tubuh seseorang menjadi tidak sehat dan Islam memerintahkan untuk menjauhi itu, sebab di antara tujuan diturunkannya syari’at Islam adalah untuk menjaga dan merawat jiwa, yang mana merupakan amanah dari Allah azza wa jalla.

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Jauh Dari Al Qur’an Adalah Sebab Hidup yang Sempit

📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

Penjelasan:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,” maksudnya menentang perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasulku, ia juga berpaling dan melupakan Rasul-Nya, serta mengambil petunjuk dari selainnya.

“Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,” yaitu sempit di dunia sehingga tidak ada ketenangan dan kelapangan di dalam dadanya. Dadanya serasa sempit dan menyesakkan karena kesesatannya. Meskipun secara lahiriah ia merasa senang, dapat berpakaian sekehendak hatinya, makan dan bertempat sesukanya, tetapi selama hatinya tidak tulus menerima keyakinan dan petunjuk, niscaya ia berada dalam guncangan, kebimbangan dan keraguan dan ia akan terus dalam keraguan. Yang demikian itu bagian dari sempitnya kehidupan, demikian jelas Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Berikut beberapa makna kehidupan yang sempit:

Menurut Ibnu Abbas kehidupan yang sempit adalah kehidupan yang sengsara. Sedangkan menurut Sufyan bin Uyainah, “Penghidupan yang sempit,” adalah “Kuburnya dipersempit sehingga remuklah tulang-tulang rusuknya.”

Al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Saw mengenai firman Allah, “Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,” beliau bersabda, “Kehidupan sempit yang Allah firmankan bahwasanya ia (orang kafir) akan dililit 99 ular, ular-ular itu akan mengigit tubuhnya sampai tiba hari kiamat.

Firman-Nya, “Dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta,” Mujahid, Abu Shalih dan Assudi mengatakan, “Yaitu tidak ada hujjah baginya.” Sedangkan Ikrimah mengatakan, dibutakan matanya dari segala sesuatu kecuali neraka Jahannam Mungkin juga hal itu berarti bahwa ia akan dibangkitkan dan dihimpun menuju neraka dalam keadaan buta mata dan hati, sebagaimana firman-Nya:

وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا ۖ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا

“Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (QS. Al-Isra: 97)

Prof. Dr. Quraihs Shihab menjelaskan dalam karyanya tafsir Al-Lubab, “Melalui ayat 124, ‘Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku,’ yakni enggan melaksanakan petunjuk-Ku yang kusampaikan melalui para Nabi, maka sungguh ia akan mengalami penghidupan yang sempit, yakni ia walau memiliki aneka kenikmatan duniawi, tidak pernah merasa puas dengannya dengan perolehannya. ‘Kelak di hari kiamat,’ lanjut ayat ini, Allah akan menghimpunnya dalam keadaan buta. Allah meninggalkannya tanpa bantuan dan petunjuk sehingga ia tidak dapat mencapai jalan menuju surga.”

Berikut tadabbur dari Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari’ah Universitas Qashim tentang surah At-Taubah ayat 124:

1. Al Quran adalah sumber kebahagian, maka menjauhinya adalah sumber kesengsaraan.

2. Banyak surat kabar yang memberitakan tentang kasus bunuh diri setiap 40 detik! Namun orang-orang yang dekat dengan al-Qur’an tidak akan kebingungan dan terkejut dengan kabar ini, karena mereka yakin dengan firman Allah:

{ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا }

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,” juga dalam ayat lain dapat difahami bahwa semua urusan kebahagiaan berada di tangan-Nya, Allah berfirman:

{ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ } “

“Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (QS. Al-An’am : 125)

3. Di antara manusia ada yang sibuk mempelajari Al-Qur’an, tetapi tidak mau membacanya, makai is terhalang dari pahala yang besar dan ini termasuk orang yang berpaling dari mengingatnya.

Demikian tadabbur singkat ini semoga kita tidak termasuk orang-orang yang terhalang dari cahaya Al-Qur’an , karenanya sesibuk apapun jangan pernah meninggalkan Al Quran, sempatkan selalu untuk membacanya, mentadaburinya dan berusaha untuk menghafalnya.

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Setiap Kezhaliman Akan Terbalaskan 7 Kali Lipat Di Akhirat

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

 عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اقْتَطَعَ شِبْرًا مِنْ الْأَرْضِ ظُلْمًا طَوَّقَهُ اللَّهُ إِيَّاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ (رواه مسلم)

Dari Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa mengambil sejengkal tanah orang lain dengan zhalim, maka niscaya Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis bumi pada hari Kiamat.” (HR. Muslim, hadits no. 3020).

Hikmah Hadits ;

1. Bahwa kita diharamkan untuk berlaku dzalim dalam segala aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam aspek muamalah. Dan diantara bentuk kedzaliman dalam muamalah adalah mengambil hak orang lain, mencurangi milik orang lain, mengurangi takaran dan timbangan, mengklaim kepemilikan suatu barang yang bukan miliknya, menggeser patok (batas) tanah, mengambil alih tanah milik orang lain, baik secara penguasaan maupun secara kepemilikan melalui dokumen surat-suratnya, dsb.

2. Bahwa orang yang berlaku dzalim dalam muamalah memiliki konsekwensi yang sangat berat di akhirat. Dalam kasus sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, bahwa orang yang mengambil ‘sejengkal’ saja tanah milik orang lain secara dzalim, maka kelak di akhirat tanah tersebut akan ditimpakan di atas punggungnya hingga menghimpitnya sedemikian rupa, sebagai balasan dan siksa atas perbuatannya semasa di dunia.

3. Bahwa selain balasan di akhirat, di dunia pun bisa jadi Allah Swt membalaskan kedzaliman yang diperbuatnya. Dalam riwayat disebutkan dari Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail, bahwa Arwa menuduhnya telah mengambil sebagian dari tanah miliknya, maka Sa’id berkata, “Tinggalkanlah dia dan biarkan ia mengambil tanahnya, sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda,

“Barangsiapa mengambil sejengkal tanah tanpa hak, maka Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis bumi dihari Kiamat kelak. (Sa’id berdo’a) Ya Allah…jika dia berdusta, butakanlah matanya dan jadikanlah tanahnya (rumahnya) sebagai kuburannya.” Ayah Umar melanjutkan, “Tidak lama kemudian, saya melihatnya buta dan berjalan sambil meraba-raba dinding, dia berkata, ‘Saya terkena do’anya Sa’id bin Zaid.’ Tatkala ia berjalan dari rumahnya menuju sumur, dia terjatuh ke dalamnya, maka itu sebagai kuburannya.” (HR. Muslim). Na’udzubillahi min dzalik.

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Ketika Berhutang Harus Disertai Dengan Barang Jaminan (Gadai)

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ فَأَعْطَاهُ دِرْعًا لَهُ رَهْنًا (رواه مسلم)

Dari ‘Aisyah ra berkata, “Bahwa Rasulullah Saw pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara pembayaran yang ditangguhkan. Dan beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan.” (HR. Muslim, hadits no. 3007)

Hikmah Hadits :

1. Bolehnya melakukan transaksi hutang piutang atau jual beli dengan tidak tunai, disertai dengan menggadaikan barang tertentu sebagai jaminannya (rahn). Nabi Saw pun pernah melakukan transaksi tersebut dengan seorang Yahudi, dimana Nabi Saw menggadaikan (menjaminkan) baju besi beliau sebagai jaminannya.

2. Bahwa dalam transaksi gadai (rahn), secara subtsansi sebenarnya terjadi multi akad (uqud murakkabah) yaitu antara akad qardh (hutang) dengan rahn (jaminan/gadai). Ditambah lagi, dalam kasus hadits di atas bahwa qardh (hutang) dan rahn (gadai/jaminan) adalah terjadi akibat adanya akad bai’ (jual beli). Sehingga pada dasarnya multi akad termasuk dalam transaksi yang boleh untuk dilakukan.

3. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa rahn (gadai) sangat berpotensi menjadi riba, apabila tidak berhati-hati dalam menjalankannya. Gadai bisa menjadi riba apabila terjadi hal-hal berikut ;

1). Hutang dengan jaminan (gadai), yang hutangnya disertai dengan bunga. Misalnya berhutang Rp 1 juta dengan jaminan emas, namun pengembaliannya disyaratkan ada bunganya 10%, sehingga menjadi Rp 1.100.000,-. Tambahan Rp 100 ribu dalam hutang tersebut adalah riba, termasuk riba qardh atau riba nasi’ah.

2). Barang yang dijaminkan atas dasar hutang yang diberikan, dipergunakan atau dimanfaatkan atau diambil manfaatnya oleh si pemberi hutang, utk kepentingannya sendiri. Sebagai contoh seaeorang berhutang Rp 5 juta dengan jaminan sepeda motor. Lalu sepeda motor tersebut dimanfaatkan oleh pemberi hutang, dengan digunakan setiap hari untuk pulang pergi kerja, jalan-jalan dsb. Maka meskipun pinjamanannya tanpa bunga, namun tetap terdapat unsur ribanya. Karena pemanfaatan barang yang digadaikan adalah termasuk riba. Dalam hal ini juga masuk dalam riba nasi’ah.

3). Barang jaminan langsung menjadi milik si pemberi pinjaman ketika peminjam tidak mampu membayar hutangnya dengan tanpa memperhitungkan harga barang jaminan dengan jumlah hutangnya. Seperti kasus di atas dimana sepeda motor dijadikan jaminan atas hutang Rp 5 juta, yang ketika ia tidak mampu bayar, lalu sepeda motor tersebut menjadi milik si pemberi pinjaman. Padahal sepeda motor tersebut nilainya adalah Rp 8 juta. Ada selisih nilai antara hutang dengan barang jaminannya. Maka seharusnya selisih tersebut dikembalikan kepada orang yang berhutang agar tidak ada unsur saling mendzalimi satu dengan yang lainnya dan terhindar dari riba.

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Ada Naungan Allah Kelak, Di Hari Tiada Nanungan Kecuali Naungan-Nya

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُه،ُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw, bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah yang mereka berkumpul karena-Nya dan juga berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu ia menolak seraya berkata, ‘Aku takut kepada Allah.’ Dan seorang yang bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya. Dan yang terakhir adalah seorang yang menetes air matanya saat berdzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam kesunyian.” (HR. Muslim, hadits no. 1712)

Hikmah Hadits ;

1. Bahwa hari akhirat adalah haq adanya. Dan bahwasanya kelak setiap manusia akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk dihisab segala amal perbuatannya. Dan pada saat tersebut, tiada yang dapat memberikan pertolongan kecuali hanya Allah Swt. Dan pada saat tersebut, semua manusia akan merasakan panas yang luar biasa, seolah matahari berada sejengkal saja dari ubun-ubun kepalanya. Kecuali ada 7 golongan manusia yang tidak akan merasakan panas, karena mereka akan mendapatkan naungan dari Allah Swt di hari tersebut. Mereka adalah :

a. Pemimpin yang adil, yang mencintai dan dicintai rakyatnya, yang selalu berusaha mengembalikan hak-hak rakyatnya yang terdzalimi, yang memenuhi kebutuhan rakyatnya, baik kebutuhan duniawi maupun kebutuhan ukhrawi.

b. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah Swt. Dari masa kecil hingga dewasanya, selalu digunakan untuk ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt, bukan berfoya-foya dan menghamburkan waktu demi kesenangan masa mudanya semata.

c. Orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Kemanapun dan dimanapun, selalu masjid menjadi penentram hatinya, dan menjadi obsesi aktivitasnya, serta menjadi sentranya dalam mengerjakan shalatnya.

d. Orang yang saling mencintai karena Allah, mereka tidak saling bertemu dan tidak saling berpisah, kecuali hanya karena Allah Swt. Mereka berukhuwah hanya karena Allah Swt, terbebas dari segala kepentingan dan orientasi duniawi.

e. Seorang pemuda yang tidak tergoda oleh rayuan wanita cantik, kaya dan bertahta. Karenanya hatinya takut kepada Allah Swt, sehingga ketika dirayu agar dirinya terjerembab dalam kenistaan, hati dan lisannya dengan tegas akan menolaknya, karena dalam dirinya Allah adalah yang paling ditakutinya.

f. Orang yang menyembunyikan sedekahnya, sehingga hanya Allah saja yang mengetahuinya. Ia tulus dan ikhlas dalam mendermakan hartanya. Bukan pujian dan sanjungan yang diinginkannya, namun ridha Allah yang menjadi tujuannya.

g. Seseorang yang selalu meneteskan air matanya dalam kesunyian dan kesendiriannya, di tengah gelapnya malam lantaran takut kepada Allah Swt, yaitu takut akan murka dan adzabnya. Ia selalu khawatir akan murka Allah Swt.

2. Maka, ada baiknya kita berusaha agar kelak di Yaumul Akhir mendapatkan naungan Allah Swt, dengan berusaha beramal dengan 7 sifat mulia di atas. Dan mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya.

Ya Allah, berikanlah kami naungan-Mu kelak, di hari dimana tiada yang dapat memberikan naungan kecuali hanya Engkau Ya Rabb…

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Ketika Doa Tak Kunjung Berbuah Ijabah

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

ٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَه،ُ فَإِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا، وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَة،ِ وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ أَوْ يَسْتَعْجِلْ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ؟ قَالَ يَقُولُ دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ لِي (رواه الترمذي)

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang berdo’a kepada Allah, melainkan Allah Swt akan mengabulkannya. Bisa jadi akan segera dikabulkan di dunia, atau bisa jadi akan menjadi tabungan di akhirat, atau bisa jadi akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya, sesuai dengan do’a yang ia lantunkan, selama ia tidak berdo’a untuk kemaksiatan atau memutuskan tali silaturrahmi, atau terburu-buru.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Bagaimanakah ia terburu-buru? Beliau bersabda: “Ia berkata, aku telah berdoa akan tetapi Rab-ku tidak juga mengabulkan permohonanku.” (HR. Tirmidzi)

© Takhrij Hadits;

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan (Jami’) nya, Kitab Ad-Da’awat an Rasulillah Saw, Bab Istijabatid Du’a Fi Ghairi Qathi’air Rahimi, hadits no 3531

® Hikmah Hadits;

1. Bahwa setiap doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba yang berharap kepada Allah Swt, dan dilakukan dengan cara yang baik, serta dimunajatkan dengan penuh kesungguhan, insya Allah akan diijabah oleh Allah Swt, sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas. Karena Allah Swt adalah Dzat yang Maha Mengabulkan segala doa dan permohonan setiap hamba. Allah Swt berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِیۤ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…” (QS. Ghafir : 60)

2. Bahwa doa yang akan dikabulkan Allah Swt sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas, kriterianya adalah sebagai berikut ;

▪️Tidak dalam rangka kemaksiatan kepada Allah Swt ( ما لم يدع بإثم ). Makna sabda Nabi Saw ini ada dua, (1) tidak berdoa meminta kemaksiatan, dan (2) tidak sedang melakukan perbuatan maksiat.

▪️Tidak sedang memutuskan silaturrahim ( أو قطيعة رحم ). Ia terus menyambung tali silaturrahimnya kepada kerabat keluarga, tidak memutuskan atau menjauhkan dari kerabat keluarganya.

▪️Tidak terburu-buru ( أو يستعجل ). Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw perihal terburu-buru. Maka Nabi Saw menjelaskan, ” Ia berkata, aku telah berdoa akan tetapi Rab-ku tidak juga mengabulkan permohonanku.” Artinya seorang muslim harus berhusnudzan kepada Allah Swt, bahwa Allah pasti akan mengabulkan segala permohonanya.

3. Adapun bentuk ijabah (dikabulkannya doa) seorang hamba oleh Allah Swt, dapat berbentuk sebagai berikut ;

▪️Allah segerakan terkabulnya doa di dunia ( فإما أن يعجل له في الدنيا ). Artinya apa yang ia mohonkan kepada Allah Swt langsung Allah ijabah, dan Allah berikan sebagaimana permohonan dan permintaannya.

▪️Akan menjadi tabungan di akhirat ( وإما أن يدخر له في الآخرة ). Artinya Allah tangguhkan ijabah atas doa2nya hingga di akhirat kelak. Karena bisa jadi doa yang dipanjatkannya tidak menjadi maslahat baginya dikehidupan dunia.

▪️Akan menjadi penghapus atas dosa-dosanya ( وإما أن يكفر عنه من ذنوبه ), sesuai dengan doa yang ia panjatkan. Karena seorang mu’min yang benar-benar beriman kepada Allah Swt, pasti akan selalu minta ampunan atas segala dosa, salah dan khilafnya. Dan sebagaimana hadits di atas, bahwa Allah Swt akan mengampuni segala dosa-dosa, salah dan khilafnya.

4. Dalam hadits di atas, tersirat adanya anjuran untuk selalu berhusnudzan kepada Allah Swt serta tersirat juga adanya larangan untuk berputus asa dari berharap kepada Allah. Karena Allah Maha Pemurah dan Maha Pengabul Segala Doa. Dan tentunya Allah Swt tak akan pernah membiarkan hamba-hamba yang dicintai-Nya terluka dan dirundung duka. Maka berdoal

ah, mintalah kepada Allah dengan penuh kesungguhan, insya Allah pasti akan dikabulkan Allah Swt.

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Dilaknat Allah Lantaran Berupaya Mengambil Hasil Penjualan Barang yang Haram

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ حُرِّمَ عَلَيْهِمْ الشَّحْمُ فَبَاعُوهُ وَأَكَلُوا ثَمَنَهُ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra berkata, ‘bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Allah memerangi (mengutuk) orang-orang Yahudi, sebab ketika diharamkan kepada mereka lemak bangkai, namun mereka  menjual dan memakan hasil penjualannya.” (HR. Muslim, hadits no. 2963)

Hikmah Hadits ;

1. Bahwa segala yang halal sesungguhnya telah jelas dan segala yang haram pun juga sesunguhnya sudah jelas, semua termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah serta ijma Ulama. Dan kita diperintahkan untuk mengambil segala sesuatu yang halal karena di dalamnya terdapat unsur kebaikan dan keberkahan, dan di sisi lain kita juga diperintahkan untuk meninggalkan yang haram, akan akan mendatangkan keburukan dan menghilangkan keberkahan.

2. Oleh karenanya Nabi Saw memperingatkan secara tersirat dalam hadits di atas agar kita jangan sekali-sekali berusaha menghalalkan sesuatu yang sudah jelas terlarang dan haram. Beliau mencontohkan bahwa dahulu Allah Swt ketika mengharamkan lemak bangkai kepada orang-orang Yahudi, namun yang terjadi adalah bahwa betul mereka menjualnya dan memakan hasil keuntungan dari jual beli lemak bangkai tersebut. Karena sesungguhnya segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah Swt (untuk dimakan, diminum dan dimanfaatkan) maka haram pula hasil jual beli dan keuntungan yang didapatkannya.

3. Bahwa orang yang berupaya mencari-cari jalan terhadap sesuatu yang sudah jelas diharamkan Allah Swt, maka ia akan mendapatkan murka dari Allah Swt, sebagaimana murka-Nya terhadap orang-orang Yahudi, lantaran mereka berupaya mencari-cari jalan terhadap sesuatu yang haram, na’udzubillahi min dzalik. Maka mari kita berupaya untuk mencari rizki dengan jalan yang halal, thayib dan berkah, karena segala yang halal, baik dan berkah insya Allah akan mendatangkan kebaikan dan kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Ya Allah berikanlah kami semua rizki dan karunia-Mu yang baik, halal, berkah dan banyak… Amiiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

cropped-logo-manis-1.png

Ketika Rizki Diterima Dengan Keikhlasan Hati

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ،فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ،وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيه،ِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ، وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى (رواه مسلم)

Dari Hakim bin Hizam ra berkata, aku meminta sedekah kepada Nabi Saw, maka beliau pun memberikannya padaku, kemudian aku meminta lagi, maka diberikannya lagi, kemudian aku meminta lagi, maka beliau pun memberikannya lagi. Sesudah itu, beliau bersabda: “Sesungguhnya harta itu hijau dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapatkan keberkahannya. Namun, barang siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat keberkahannya. Dia akan seperti orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Muslim, hadits no. 1379)

Hikmah Hadits ;

1. Kedermawanan Nabi Saw, yang selalu memberikan apapun yang beliau miliki terhadap orang yang memintanya, kendatipun orang tersebut meminta berulang-ulang kepada beliau, beliau tetap memberinya. Dan cara Nabi Saw yang bijak dalam memberikan nasehat kepada para sahabatnya, sehingga tidak menyinggung perasaan orang yang diberi nasehat. Hal ini sebagaimana nasehat beliau kepada Hakim bin Hizam yang berulang-ulang meminta sedekah kepada beliau, dan beliau menasehatinya secara bijak dan baik, agar jangan selalu meminta-meminta dan berusaha menjadi yang memberi.

2. Bahwa harta yang menjadi hak dan milik kita, akan diberikan keberkahannya oleh Allah Swt bilamana kita menerimanya dengan hati yang baik, ikhlas dan penuh dengan keridhaan. Karena dengan demikian berarti kita mensyukuri nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Sebaliknya, jika rizki yang kita terima justru diiringi dengan rasa tiada puas, selalu merasa kurang dan diselimuti nafsu keserakahan, maka Allah Swt akan mencabut keberkahan rizki tersebut, karena berarti kita tidak mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dia diibaratkan seperti orang yang memakan makanan, namun tiada pernah merasa kenyang; selalu ingin makan dan makan lagi, na’udzubillahi min dzalik.

3. Pujian terhadap orang yang selalu berusaha memberi (tangan diatas) dan selalu menolong serta membantu orang lain. Dan himbauan agar jangan menjadi orang yang selalu meminta dan berharap pemberian dari orang lain, meskipun sekedar meminta pemberian oleh-oleh atau pemberian lainnya. Karena memberi adalah implementasi syukur, dan meminta adalah seolah kita kurang bersyukur.

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130