Keutamaan Berdakwah

0
211

📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?'” (QS. Fushilat: 33)

Penjelasan:

Allah berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,” maksudnya, “Menyeru hamba-hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya,” mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri,” maksudnya dia adalah pemberi petunjuk bagi dirinya sendiri dan menyerukannya kepada orang lain. Dia bukanlah orang yang memerintahkan orang lain untuk berbuat baik, padahal dia sendiri tidak melakukannya. Bukan pula orang yang melanggar kemungkaran, padahal dia sendiri mengerjakannya. Bahkan dia senantiasa tunduk dan patuh terhadap kebaikan dan meninggalkan keburukan serta menyeru seluruh makhluk untuk menghadap penciptanya Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Ayat ini bersifat umum untuk semua orang yang menyeru kepada kebaikan sedangkan dia sendiri berada di dalam petunjuk. Adapun Rasulullah Saw adalah orang yang paling utama dalam karakter tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad bin Sirin, Assuddi dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam.

Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah para muazin yang shaleh, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim:

عن معاوية بن أبي سفيان – رضي الله عنه – قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: (( المُؤَذِّنونَ أطولُ النّاسِ أعنَاقاً يَومَ القِيَامَةِ ))

Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan – Radiyallahu ‘Anhu – dia berkata : Saya mendengar Rasulullah – Shalallahu ‘Alaihi wa Aalihi Wasallam – bersabda: Orang-orang yang azan (muazin) adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat.”

Saad bin Abi Waqosh berkata, “Panah-panahnya para muazin kelak di sisi Allah pada hari kiamat sama seperti panahnya para mujahid, pada saat di antara azan dan iqomah, dia seperti orang yang berlumuran darah di jalan Allah.”

Imam Al-Baghawi meriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili, “Bahwasanya dia berkata mengenai firman-Nya, ‘Mengerjakan amal yang shaleh,’ maksudnya shalat dua rakat di antara azan dan iqomah,” demikian diuraikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Di dalam surah Fushilat ayat 33 Allah menyatakan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah agar Yang Maha Kuasa itu selalu di-esakan dan ditaati secara tulus dan dia menyampaikan seruannya itu dalam keadaan telah mengerjakan amal shalih sehingga seruannya semakin menegaskan kepada semua pihak bahwa sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri, demikian dijelaskan dalam tafsir Al-Lubab.

Dijelaskan dalam Sofwatu Tafasir tentang maksud ayat ini, “Yaitu mereka yang mengajak manusia untuk mengesakan Allah, mentaatinya dengan perkataannya, perbuatannya dan keadaannya dan menjadikan Islam sebagai agama dan mazhabnya.”

Sesungguhnya tidak ada profesi yang lebih baik selain mereka yang mengajak untuk mengesakan Allah, taat kepada-Nya, dan beribadah kepada-Nya; demikian jelas Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Wasith.

Setiap orang yang menjalankan dakwah kepada syariat Allah dan melakukan amal baik dengan mengerjakan kewajiban yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya serta termasuk orang yang beragama Islam, maka tidak ada yang lebih baik perkataannya darinya dan tidak ada yang lebih terang jalannya serta tidak ada yang lebih besar balasan amalnya; demikian jelas Syaikh Sulaiman Al-Asqor.

Syaikh Assa’di berkata, “Ini adalah satu bentuk pertanyaan yang bermakna menafikan sesuatu yang sudah pasti tidak ada. Artinya, tidak seorangpun yang lebih baik perkataannya, ucapan, jalan hidup dan kondisinya daripada orang yang menyeru kepada Allah.”

Termasuk dakwah di jalan Allah adalah memotivasi untuk menuntut dan mencintai ilmu, mengajak untuk berakhlak mulia, menyeru untuk berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada setiap orang, membalas keburukan dengan kebaikan, termasuk berdakwah juga memberikan nasihat kepada masyarakat pada momen-momen tertentu.

Asal kata dakwah adalah “mengajak makan”, maka dakwah itu harus “merangkul” bukan “memukul”, “mengajak” bukan “mengejek”, “mendidik” bukan “menelanjangi”, dan setiap kita adalah da’i sebelum profesi apapun, maka apapun profesi yang kita miliki saat ini dia harus memiliki nilai dakwah.

Adapun keutamaan dakwah adalah sebagai berikut:

1. Dakwah merupakan nikmat Allah yang terbesar.

Dengan dakwah hati kita tergugah untuk mengingat Allah dan bepegang teguh pada syariat-Nya; mengenal keagungan dan menyadari betapa besar nikmat-nikmat dari-Nya yaitu: Mengenal Allah, Rasul dan Islam, mengenal hakikat diri dan Al-Qur’an, serta memahami pelajaran dan petunjuk Allah.

Allah berfirman:

“ كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah:151).

2. Dakwah adalah sebaik-baik amal.

Sayyid Qutub rahihamullah berkata dalam Fi Zhilalil Quran: Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya, dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat-kalimat seorang da’i kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran, karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi.

3. Dakwah adalah tugas utama Rasul

Para Rasul adalah orang yang diutus oleh Allah untuk melakukan tugas utama mereka yakni berdakwah (untuk beribadah) kepada-Nya, maka keutamaan dakwah terletak pada disandarkan kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni Rasululullah Saw.

Allah berfirman:

“ قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Ibnu Qayyim berkata, “Tidaklah seseorang itu murni sebagai pengikut Muhammad Saw sampai ia mau mendakwahkan apa-apa yang didakwahkan oleh beliau dengan dasar ilmu yang mendalam.”

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here