Kitab Ath Thaharah (bersuci) (12) – Bab Al Miyah (Tentang Air) (Bag.2)

๐Ÿ“† Selasa,  12 Rajab 1437H / 19 April 2016

๐Ÿ“š Fiqih dan Hadits

๐Ÿ“ Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.

๐Ÿ“‹ Kitab Ath Thaharah (bersuci) (12) – Bab Al Miyah (Tentang Air) (Bag.2)
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Materi sebelumnya
http://www.iman-islam.com/2016/04/kitab-ath-thaharah-bersuci-12-bab-al.html?m=1

๐Ÿ“‹3โƒฃ . Apakah ini berlaku untuk semua anjing atau tertentu saja?

 Pada hadits ini tidak disebutkan secara spesifik, oleh karena itu ini berlaku untuk semua anjing secara mutlak. Baik  anjing yang bisa dimanfaatkan, terlebih lagi anjing liar. Kaidahnya adalah yang mutlak tetap berlaku selama belum ada yang mengkhususkannya.

                Syaikh Muhammad bin Shalih Al โ€˜Utsaimin Rahimahullah menjelaskan:

ูˆุงู„ูƒู„ุจ ู‡ู†ุง ู‡ูˆ ุงู„ุญูŠูˆุงู† ุงู„ู…ุนุฑูˆู ูˆุธุงู‡ุฑ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุฃู†ู‡ ูŠุดู…ู„ ุงู„ูƒู„ุจ ุงู„ุฐูŠ ูŠุจุงุญ ุงู‚ุชู†ุงุฆู‡ ูˆุบูŠุฑู‡ ูˆุงู„ูƒู„ุงุจ ุงู„ุชูŠ ูŠุจุงุญ ุงู‚ุชู†ุงุฆู‡ุง ุซู„ุงุซุฉ ุฃู†ูˆุงุน .

1- ูƒู„ุจ ุงู„ุญุฑุซ ูŠุนู†ูŠ ูŠูƒูˆู† ู„ู„ุฅู†ุณุงู† ุจุณุชุงู†ุง ูˆูŠุฌุนู„ ููŠู‡ ูƒู„ุจุง ูŠุญุฑุซ ุงู„ุจุณุชุงู† ุนู† ุงู„ุฐุฆุงุจ ูˆุงู„ุซุนุงู„ุจ ูˆุบูŠุฑู‡ุง .

2- ูƒู„ุจ ุงู„ู…ุงุดูŠุฉ ูŠูƒูˆู† ุนู†ุฏ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ู…ุงุดูŠุฉ ููŠ ุงู„ุจุฑ ูŠุญุชุงุฌ ุฅู„ู‰ ุญู…ุงูŠุชู‡ุง ูˆุญูุธู‡ุง ูŠุชุฎุฐ ูƒู„ุจุง ู„ูŠุญู…ูŠู‡ุง ู…ู† ุงู„ุฐุฆุงุจ ูˆุงู„ุณุจุงุน ูˆู…ู† ุงู„ุณุฑุงู‚ ูˆู†ุญูˆู‡ู… ู„ุฃู† ุจุนุถ ุงู„ูƒู„ุงุจ ู…ุนู„ู… ุฅุฐุง ุฃุชูŠ ุดุฎุต ุฃุฌู†ุจูŠ ู†ุจุญ ุญุชู‰ ูŠู†ุชุจู‡ ุตุงุญุจู‡ ู„ู‡

3- ูƒู„ุจ ุงู„ุตูŠุฏ ูŠุชุฎุฐ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ูƒู„ุจุง ูŠุนู„ู…ู‡ ุงู„ุตูŠุฏ ูˆูŠุตูŠุฏ ุจู‡

๐Ÿ“Œ                Anjing dalam konteks hadits ini adalah hewan yang telah dikenal, secara zahirnya hadits ini mencakup anjing yang dibolehkan untuk disimpan (dipelihara) dan lainnya. Anjing yang diperbolehkan untuk dipelihara ada tiga jenis:

1โƒฃ Pertama, Kalbul Hartsi (Anjing Ladang),  yaitu   manusia menempatkannya di kebun, dan menjadikannya sebagai penjaga dari anjing hutan, serigala, dan lainnya.

2โƒฃ Kedua, Kalbul Maasyiyah (Anjing penjaga peternakan),  yaitu manusia memiliki hewan ternak yang hidupnya di darat, mereka membutuhkan perlindungan dan penjagaan, maka dijadikanlah anjing untuk menjaga hewan ternaknya dari ganggunan anjing hutan, serigala, pencuri, dan semisalnya. Sebab sebagian anjing telah diajarkan jika datang seorang asing, maka dia akan menggonggong  sehingga pemiliknya terjaga.

3โƒฃ Ketiga, Kalbul Shayd (Anjing Pemburu), manusia memanfaatkannya untuk diajarkan berburu dan berburu dengannya. (Asy Syarh Al Mukhtashar โ€˜ala Bulughil Maram, 2/8. Mawqiโ€™ Al Islam)

                Termasuk dalam kategori anjing pemburu adalah anjing dimanfaatkan oleh kepolisian yakni anjing pelacak.

                Nah, selain jenis anjing ini, maka jumhur ulama memakruhkan memeliharanya. Seperti anjing sekedar untuk hobi, untuk dilombakan, dan semisalnya.

๐Ÿ“šMemelihara Anjing Untuk Hobi

                Ada fenomena yang memiriskan hati. Tidak sedikit orang yang memelihara anjing, dia rela mengeluarkan uang ratusan ribu bahkan jutaan untuk anjingnya sebagai biaya perawatan dalam satu bulan,  saat yang bersamaan ada tetangganya yang kelaparan dan lebih membutuhkan bantuannya, justru didiamkan. Bahkan dibanding dengan keluarganya sendiri, dia lebih perhatian dengan anjingnya. Lalu bagaimana hal ini sebenarnya dalam kacamata Islam?

                Jika kita lihat berbagai dalil yang ada, akan kita dapati bahwa memelihara anjing bukan karena kebutuhan dan asas manfaat, adalah terlarang. Larangan ini bukan karena najisnya, tetapi memang secara nash (teks agama) dia dilarang. Najis adalah satu hal, sedangkan memeliharanya adalah hal lain.  Hal ini perlu ditegaskan agar tidak ada yang menganggap bahwa larangan pemeliharaan itu karena faktor kenajisannya semata. Tidak, bukan karena itu.

๐Ÿ“š Dalil-Dalil Pelarangan

             1โƒฃ   Pertama, hal ini dilarang karena mencegah masuknya malaikat, dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠ ุฌูุจู’ุฑููŠู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู… ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ููŠ ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชููƒูŽ ุงู„ู’ุจูŽุงุฑูุญูŽุฉูŽ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู…ู’ู†ูŽุนู’ู†ููŠ ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽูƒููˆู†ูŽ ุฏูŽุฎูŽู„ู’ุชู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุจูŽุงุจู ุชูŽู…ูŽุงุซููŠู„ู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ู‚ูุฑูŽุงู…ู ุณูุชู’ุฑู ูููŠู‡ู ุชูŽู…ูŽุงุซููŠู„ู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ูƒูŽู„ู’ุจูŒ ููŽู…ูุฑู’ ุจูุฑูŽุฃู’ุณู ุงู„ุชู‘ูู…ู’ุซูŽุงู„ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ูŠูู‚ู’ุทูŽุนู ููŽูŠูŽุตููŠุฑู ูƒูŽู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ุงู„ุดู‘ูŽุฌูŽุฑูŽุฉู ูˆูŽู…ูุฑู’ ุจูุงู„ุณู‘ูุชู’ุฑู ููŽู„ู’ูŠูู‚ู’ุทูŽุนู’ ููŽู„ู’ูŠูุฌู’ุนูŽู„ู’ ู…ูู†ู’ู‡ู ูˆูุณูŽุงุฏูŽุชูŽูŠู’ู†ู ู…ูŽู†ู’ุจููˆุฐูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุชููˆุทูŽุขูŽู†ู ูˆูŽู…ูุฑู’ ุจูุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ููŽู„ู’ูŠูุฎู’ุฑูŽุฌู’

          ๐Ÿ“Œ      โ€œMalaikat Jibril โ€˜Alaihis Salam  mendatangiku, dia berkata kepadaku: โ€˜Aku mendatangimu semalam, tak ada yang menghalangiku masuk ke rumah kecuali karena di pintu rumah terdapat patung, di rumah ada gorden yang bergambar patung, dan di rumah terdapat anjing. Maka, perintahkanlah agar patung yang di rumah agar dipotong kepalanya sehingga bentuknya seperti pohon, dan perintahkanlah agar gorden itu dirobek dan dijadikan dua buah bantal untuk diduduki, dan perintahkan agar anjing itu dkeluarkan.โ€    (HR. Abu Daud No. 4158, At Tirmidzi No. 2806, katanya: hasan shahih, Al Baihaqi dalam Syuโ€™abul Iman No. 6314, Ahmad No. 9063, dengan lafaz yang lebih ringkas. Syaikh Syuโ€™aib Al Arnauth mengatakan: shahih sesuai syarat syaikhan (Bukhari – Muslim). Lihat Taโ€™liq Musnad Ahmad No. 9063)

            2โƒฃ    Kedua,   karena bisa mengurangi pahala amal shalih. Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu, dia berkata:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุณูŽูƒูŽ ูƒูŽู„ู’ุจู‹ุง ูŠูŽู†ู’ู‚ูุตู’ ู…ูู†ู’ ุนูŽู…ูŽู„ูู‡ู ูƒูู„ู‘ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ู‚ููŠุฑูŽุงุทูŒ ุฅูู„ู‘ูŽุง ูƒูŽู„ู’ุจูŽ ุญูŽุฑู’ุซู ุฃูŽูˆู’ ูƒูŽู„ู’ุจูŽ ู…ูŽุงุดููŠูŽุฉู

            ๐Ÿ“Œ    Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallambersabda: โ€œBarangsiapa yang memelihara anjing maka nilai amal shalihnya berkurang setiap hari sebesar satu qirath, kecuali anjing penjaga ladang atau anjing penjaga binatang.โ€  (HR. Bukhari No. 3324)

                Sementara dari Ibnu Umar Radhiallahu โ€˜Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ู…ูŽู†ู’ ุงุชู‘ูŽุฎูŽุฐูŽ ูƒูŽู„ู’ุจู‹ุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ูƒูŽู„ู’ุจูŽ ุฒูŽุฑู’ุนู ุฃูŽูˆู’ ุบูŽู†ูŽู…ู ุฃูŽูˆู’ ุตูŽูŠู’ุฏู ูŠูŽู†ู’ู‚ูุตู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑูู‡ู ูƒูู„ู‘ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ู‚ููŠุฑูŽุงุทูŒ

            ๐Ÿ“Œ    โ€œBarangsiapa yang memelihara anjing, kecuali anjing penjaga tanaman, atau penjaga ternak, atau anjing pemburu, maka berkuranglah pahalanya setiap harinya satu qirath.โ€   (HR. Muslim No. 1574, 56)

                Dalam riwayat Ibnu Umar Radhiallahu โ€˜Anhuma, disebutkan berkurang pahalanya dua qirath.

 ู…ูŽู†ู’ ุงู‚ู’ุชูŽู†ูŽู‰ ูƒูŽู„ู’ุจู‹ุง ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุจููƒูŽู„ู’ุจู ู…ูŽุงุดููŠูŽุฉู ุฃูŽูˆู’ ุถูŽุงุฑููŠูŽุฉู ู†ูŽู‚ูŽุตูŽ ูƒูู„ู‘ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ู…ูู†ู’ ุนูŽู…ูŽู„ูู‡ู ู‚ููŠุฑูŽุงุทูŽุงู†ู

        ๐Ÿ“Œ        Barang siapa yang memelihara seekor anjing bukan untuk menjaga ternak  atau bukan untuk dilatih berburu, maka berkurang dari pahalanya setiap hari sebanyak dua qirath.         (HR. Bukhari No. 5480)

Tentang ukuran satu qirath, hanya Allah Taโ€™ala yang tahu sebagaimana yang dikatakan Imam An Nawawi dan Imam Sulaiman bin Khalaf Al Baji Rahimahumallah.[1]

Tertulis dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, bahwa para ulama berselisih pendapat kenapa pahala amalnya berkurang: Ada yang mengatakan karena dengan anjing itu membuat tercegahnya malaikat masuk, ada juga yang mengatakan sebagai hukuman bagi pemiliknya karena dia telah memelihara sesuatu yang dilarang untuk dipelihara, dan itu merupakan pembangkangan, atau karena kelalaian pemiliknya untuk memcuci liurnya  jika anjing tersebut menjilat.  (Al Minhaj, 5/426)

                Perlu diketahui, larangan di atas dalam pandangan jumhur hanya bernilai makruh (dibenci), bukan haram. Sebab jika haram, maka tidak mungkin Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam membolehkannya untuk keperluan berburu,  menjaga ladang, dan ternak. Para ulama kita menyebutkan, di antara hikmah dibalik pelarangan memelihara anjing bila tanpa keperluan adalah; jika anjing itu menggonggong dapat membuat takut dan membuat lari tamu atau orang yang lewat.

๐Ÿ“šMemelihara Anjing pemburu, Penjaga Ladang, dan Penjaga Hewan Ternak

                Jika kita baca hadits-hadits di atas bisa kita fahami bahwa Rasulullah Shallallah โ€˜Alaihi wa Sallam memberikan izin memelihara anjing selama untuk beburu, menjaga, ladang dan hewan ternak. Untuk zaman sekarang fungsinya bisa ditambah sebagai pelacak penjahat, pelacak bom, dan lain-lain. Ini semua dibolehkan berdasarkan pengecualian hadits-hadits di atas.

                Dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Rasulullah Shallallahu โ€œAlaihi wa Sallam:

ุซูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุฎู‘ูŽุตูŽ ูููŠ ูƒูŽู„ู’ุจู ุงู„ุตู‘ูŽูŠู’ุฏู ูˆูŽูƒูŽู„ู’ุจู ุงู„ู’ุบูŽู†ูŽู…ู

๐Ÿ“Œโ€œKemudian beliau memberi  keringanan terhadap anjing pemburu dan anjing penjaga kambingโ€.   (HR. Muslim No. 1573, 48)

                 Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji Rahimahullah mengatakan:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุงู„ููƒูŒ ุฑูŽุญูู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู : ู„ูŽุง ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุจูุงูุชู‘ูุฎูŽุงุฐู ุงู„ู’ูƒูู„ูŽุงุจู ู„ูู„ู’ู…ูŽูˆูŽุงุดููŠ ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง

   ๐Ÿ“Œ             Berkata Imam Malik Rahimahullah, โ€œTidak mengapa memelihara anjing untuk menjaga semua binatang.โ€   (Al Muntaqa Syarh Al Muwaththaโ€™, 4/410. Mawqiโ€™ Al Islam)

๐Ÿ“šLarangan Jual Beli Anjing

                Hal ini ditegaskan oleh hadits dari Abu Masโ€™ud al Anshari Radhiallahu โ€˜Anhu, dia berkata:

ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู†ูŽู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุซูŽู…ูŽู†ู ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ูˆูŽู…ูŽู‡ู’ุฑู ุงู„ู’ุจูŽุบููŠู‘ู ูˆูŽุญูู„ู’ูˆูŽุงู†ู ุงู„ู’ูƒูŽุงู‡ูู†ู

๐Ÿ“Œโ€œRasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam  melarang hasil penjualan anjing, mahar (hasil) pelacur, dan upah dukun.โ€   (HR. Bukhari No. 2237 dan Muslim No. 1567, 39)

Keharamannya sangat tegas, bahkan disamakan dengan hasil pelacuran dan perdukunan. Oleh karena itu Imam Muslim membuat bab berjudul: Bab Tahrim Tsamanil Kalbi โ€ฆdst, yang artinya Bab Diharamkannya harga anjing…

Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah mengatakan:

ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠ ุชูŽุญู’ุฑููŠู… ุจูŽูŠู’ุนู‡ ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽุงู…ู‘ ูููŠ ูƒูู„ู‘ ูƒูŽู„ู’ุจ ู…ูุนูŽู„ู‘ูŽู…ู‹ุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑู‡ ู…ูู…ู‘ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒ ุงูู‚ู’ุชูู†ูŽุงุคูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒ

๐Ÿ“Œ                Menurut zhahir larangannya menunjukkan haram atas penjualannya, dan hal ini umum untuk setiap anjing baik anjing yang terlatih atau tidak, baik yang dibolehkan yang djpelihara atau yang dilarang dipelihara. (Fathul Bari, 4/426)

                Demikianlah pendapat jumhur (mayoritas) ulama, walau ada pula yang membolehkan penjualan anjing pemburu yakni Imam โ€˜Atha dan Imam Ibrahim an Nakhaโ€™i.(Ibid)

                Pelarangan-pelarangan ini sifatnya adalah ibadah (taโ€™abbudi), sama sekali bukan menunjukkan bahwa Islam tidak memiliki belas kasihan. Justru Islam memberikan apresiasi tinggi kepada siapa saja yang menyelamatkan makhluk Allah Taโ€™ala, termasuk anjing.

                Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam pernah menceritakan, adanya seorang laki-laki yang menjumpai anjing di padang pasir sedang menggonggong sambil makan debu karena kehausan. Lantas laki-laki itu menuju sebuah sumur dan mengambilkan air sepenuh sepatunya untuk anjing tersebut, hingga anjing tersebut minum sampai puas. Setelah itu Beliau bersabda:

ููŽุดูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู‡ู ููŽุบูŽููŽุฑูŽ ู„ูŽู‡

  ๐Ÿ“Œ              โ€œMaka Allah berterima kasih kepadanya, dan mengampuni dosa orang itu.โ€  (HR. Bukhari No. 6009)

                Selesai.

3โƒฃ . Pada hadits ini juga diajarkan tentang tata cara membersihkan najis liur anjing tersebut. Yaitu dengan dibuang airnya, lalu dicuci  bejananya sebanyak tujuh kali, yang pertama atau yang terakhirnya menggunakan tanah.

๐Ÿ“šWajibkah tujuh kali?

Berbagai riwayat juga menyebutkan bahwa mencucinya adalah tiga kali, ada juga tujuh kali, dan juga delepan kali. Sehingga ada yang menyebutkan tujuh kali itu hanya sunah bukan wajib, sebab Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu pernah memerintahkan mencucinya tiga kali sebagaimana diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dan Ath Thahawi. Tetapi  riwayat yang menyebut tujuh kali lebih banyak  dan lebih kuat sanadnya dan disebutkan oleh Bukhari dan Muslim pula. Inilah yang benar sebagaimana dikatakan Imam Ash Shanโ€™ani dalam Subulus Salam.

                Imam Ash Shanโ€™ani Rahimahullah mengatakan:

ุฃู†ู‡ ุฏู„ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุนู„ู‰ ูˆุฌูˆุจ ุณุจุน ุบุณู„ุงุช ู„ู„ุฅู†ุงุก ูˆู‡ูˆ ูˆุงุถุญ.

๐Ÿ“Œ                Sesungguhnya hadits ini menunjukkan kewajiban mencuci tujuh kali, dan ini begitu jelas. (Subulus Salam, 1/22)

                Beliau mengoreksi pihak-pihak yang mengatakan tidak wajibnya mencuci โ€œtujuh kaliโ€, katanya:

ูˆุฃุฌูŠุจ ุนู† ู‡ุฐุง: ุจุฃู† ุงู„ุนู…ู„ ุจู…ุง ุฑูˆุงู‡ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตูŽู„ู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ู…ุŒ ู„ุง ุจู…ุง ุฑุขู‡ุŒ ูˆุฃูุชู‰ ุจู‡ุŒ ูˆุจุฃู†ู‡  ู…ูุนูŽุงุฑูŽุถูŒ ุจู…ุง ุฑูˆู‰ ุนู†ู‡ ุฃูŠุถุงู‹: ุฃู†ู‡ ุฃูุชู‰ ุจุงู„ุบุณู„ ุณุจุนุงู‹ ูˆู‡ูŠ ุฃุฑุฌุญ ุณู†ุฏุงู‹ุŒ ูˆุชุฑุฌุญ ุฃูŠุถุงู‹ ุจุฃู†ู‡ุง ุชูˆุงูู‚ ุงู„ูˆุฑูˆุงูŠุฉ ุงู„ู…ุฑููˆุนุฉ. ูˆุจู…ุง ุฑูˆู‰ ุนู†ู‡ ุตูŽู„ู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ู… ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ููŠ ุงู„ูƒู„ุจ ูŠู„ุบ ููŠ ุงู„ุฅู†ุงุก: “ูŠูุบุณู„ู ุซู„ุงุซุงู‹ ุฃูˆ ุฎู…ุณุงู‹ ุฃูˆ ุณุจุนุงู‹” ู‚ุงู„ูˆุง: ูุงู„ุญุฏูŠุซ ุฏู„ ุนู„ู‰ ุนุฏู… ุชุนูŠูŠู† ุงู„ุณุจุน ูˆุฃู†ู‡ ู…ุฎูŠุฑุŒ ูˆู„ุง ุชุฎูŠูŠุฑ ููŠ ู…ุนูŠู†ุŒ ูˆุฃุฌูŠุจ ุนู†ู‡ุŒ ุจุฃู†ู‡ ุญุฏูŠุซ ุถุนูŠู ู„ุง ุชู‚ูˆู… ุจู‡ ุญุฌุฉ.

 ๐Ÿ“Œ               Saya jawab: sesungguhnya yang dipraktekkan adalah apa-apa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam, bukan mengamalkan pendapatnya (Abu Hurairah), dan dia berfatwa dengan hal itu dan itu bertentangan dengan apa yang diriwayatkan darinya juga: bahwa dia (nabi) berfatwa dengan mencucinya tujuh kali dan ini sanadnya lebih kuat, dan diperkuat pula bahwa ini sesuai dengan riwayat yang marfuโ€™ (sampai kepada nabi). Ada pun dengan riwayat bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda tentang anjing yang minum di bejana: โ€œDicuci tiga   atau lima atau tujuh kali.โ€ Mereka mengatakan: โ€œHadits ini menunjukkan tidak ada  pengkhususan tujuh kali, itu hanya opsional (pilihan) saja.  Tidak pilihan dalam hal yang sudah khusus.โ€ Saya jawab: โ€œHadits ini dhaif, tidak bisa dijadikan hujjah.โ€ (Ibid)

                Sedangkan diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Beliau mewajibkan delapan kali. Berikut ini keterangannya:

ูˆุฑูˆูŠ ุนู† ุงู„ุฅู…ุงู… ุฃุญู…ุฏ ุฑูˆุงูŠุฉ ุฃุฎุฑู‰ ุจูˆุฌูˆุจ ุบุณู„ ู†ุฌุงุณุฉ ุงู„ูƒู„ุจ ูˆุงู„ุฎู†ุฒูŠุฑ ุซู…ุงู†ูŠ ู…ุฑุงุช ุฅุญุฏุงู‡ู† ุจุงู„ุชุฑุงุจ ุŒ ูˆุฅู„ู‰ ู‡ุฐุง ุฐู‡ุจ ุงู„ุญุณู† ุงู„ุจุตุฑูŠ ุ› ู„ู‚ูˆู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ุจุนุถ ุฑูˆุงูŠุงุช ุงู„ุญุฏูŠุซ : ูˆุนูุฑูˆู‡ ุงู„ุซุงู…ู†ุฉ ุจุงู„ุชุฑุงุจ

๐Ÿ“Œ                Diriwayatkan dari Imam Ahmad โ€“pada riwayatnya yang lain- wajibnya mencuci najis anjing dan babi sebanyak delapan kali salah satunya dengan tanah, dan inilah pendapat Al Hasan Al Bashri, karena Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda pada sebagian riwayat hadits: โ€œ …  lumurilah yang ke delapan dengan tanah.โ€ (Imam Ibnu Qudamah,Al Mughni, 1/52)

๐Ÿ“šKapankah Tanah dicampurkan?

                Hadits  yang kita bahas ini menyebutkan: ulahunna bit turaab  (yang pertama dengan tanah), ada juga ukhraahunna(yang akhirnya), ada juga ihdaahunna (salah satunya), tetapi ulaahunna lebih banyak dan disebutkan oleh Bukhari dan Muslim.

                Sebagian ulama menyebutkan tidak masalah pada cucian ke berapa tanah itu dicampurkan, sebab yang penting adalah bersihnya dari najis telah tercapai, sedangkan kapankah tanah dicampurkan? Itu bukan tujuannya.

                Disebutkan dalam Al Mausuโ€™ah:

ูˆูŽู…ูŽุชูŽู‰ ุบูุณูู„ ุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฒูŽุฃูŽู‡ู ุŒ ู„ุฃูู†ู‘ูŽู‡ู ุฑููˆููŠูŽ ูููŠ ุญูŽุฏููŠุซู : ุฅูุญู’ุฏูŽุงู‡ูู†ู‘ูŽ ุจูุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠุซู : ุฃููˆู„ุงูŽู‡ูู†ู‘ูŽ ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠุซู : ูููŠ ุงู„ุซู‘ูŽุงู…ูู†ูŽุฉู ููŽูŠูŽุฏูู„ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูŽุญูŽู„ ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽุณูŽู„ุงูŽุชู ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽู‚ู’ุตููˆุฏู .

๐Ÿ“Œ                Kapankah dianggap sah dicucinya dengan tanah, karena telah diriwayatkan dalam hadits: salah satunya dengan tanah, pada hadits lain: yang pertama, pad ahadits lain: yang kedelapan, maka ini menunjukkan bahwa posisi (waktu) pencampuran tanah pada pencucian bukanlah tujuannya. (Al Masuโ€™ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 10/193)

Namun,  diawalkan lebih utama dibanding diakhirkan.  Disebutkan demikian:

ูˆูŽูŠูŽูƒู’ุชูŽูููŠ ุจููˆูุฌููˆุฏู ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ูููŠ ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽุณูŽู„ุงูŽุชู ุงู„ุณู‘ูŽุจู’ุนู ุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูŠูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู†ูŽ ูููŠ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุฃู’ุฎููŠุฑูŽุฉู ุŒ ูˆูŽุฌูŽุนู’ู„ูู‡ู ูููŠ ุงู„ุฃู’ ูˆู„ูŽู‰ ุฃูŽูˆู’ู„ูŽู‰

  ๐Ÿ“Œ          Sudah mencukupi pemakaian tanah pada salah satu dari tujuh kali cucian itu, tetapi disukai hal itu  bukan pada yang terakhir, hendaknya dipakainya pada yang pertama kali, itu lebih utama. (Lihat Mughni Muhtaj, 1/83, Al Mughni, 1/52, Al Jumal โ€˜ala Syarhil Minhaj,  1/184)

๐Ÿ“šWajibkah campuran tanah dan air itu?

Kalangan Syafiโ€™iyah dan Hanabilah mewajibkan mensucikan najisnya anjing, babi, dan kotoran mereka dengan menggunakan campuran air dan tanah, sesuai zahir hadits Abu Hurairah ini. Sedangkan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat itu tidak wajib. (Al Mausuโ€™ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 3/114)

Selanjutnya ……..

Dalam masalah campuran tanah dan air. Tidak ada perbedaan antara pencampuran tanah dan air tersebut; apakah air yang dimasukkan ke tanah, atau tanah yang dicampurkan ke air. (Subulus Salam, 1/22)

๐Ÿ“šBolehkah dengan selain tanah?

                Saat ini sudah ada sabun, atau semisalnya, yang bisa membersihkan najis tersebut bahkan bisa jadi lebih bersih. Selain juga lebih harum aromanya. Apakah ini dibolehkan?

                Sebagian kalangan Hanabilah (Hambaliyah)   membolehkan hal itu ketika memang tidak didapatkannya tanah, selama tujuannya tetap tercapai dan terpelihara, yaitu hilangnya najis, maka alat apa pun tidak masalah. Hal ini sama halnya dengan menggantikan siwak dengan sikat gigi dan  pastanya, di mana Imam An Nawawi menyebutkan bahwa bersiwak dengan benda apa pun tetap disebut bersiwak walau dengan tangan, kain, kayu arok (siwak), dan lainnya, selama tidak membahayakan.[2]

                Di sebutkan sebagai berikut:

ูˆูŽู„ูุจูŽุนู’ุถู ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู : ูŠูŽุฌููˆุฒู ุงู„ู’ุนูุฏููˆู„ ุนูŽู†ู ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ุฅูู„ูŽู‰ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุนูŽุฏูŽู…ู ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ุŒ ุฃูŽูˆู’ ุฅููู’ุณูŽุงุฏู ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽู„ ุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุณููˆู„ ุจูู‡ู . ููŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ู…ูŽุนูŽ ูˆูุฌููˆุฏูู‡ู ูˆูŽุนูŽุฏูŽู…ู ุงู„ุถู‘ูŽุฑูŽุฑู ููŽู„ุงูŽ .

            Menurut sebagian Hanabilah: dibolehkan menggantikan tanah dengan selainnya  yang sepadan dengan tanah  ketika tidak ada tanah, atau ketika rusaknya tempat yang dicuci jika dengan tanah. Ada pun kalau ada tanah dan tidak ada kerusakan, maka tidak boleh. (Lihat Al Mughni, 1/52, Raudhatuth Thalibin, 1/32-33, Syarh Raudhatuth Thalibin min Asnal Mathalib, 1/21)

                Ulama lain menyebutkan bahwa yang shahih adalah tetap tidak boleh, sebab masalah mencuci najis ini adalah perkara taโ€™abbudiyah yang mesti tunduk terhadap nash yang ada.

                Disebutkan dalam Al Mausuโ€™ah:

ููŽุงู„ุฃู’ุตูŽุญู‘ู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูุฌู’ุฒูุฆู ุŒ ู„ุฃููŽู†ู‘ูŽู‡ู ุทูŽู‡ูŽุงุฑูŽุฉูŒ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ูููŠู‡ูŽุง ุจูุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ุชูŽุนูŽุจู‘ูุฏู‹ุง ุŒ ูˆูŽู„ูุฐูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู‚ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽู‡ู .

๐Ÿ“Œ                Maka, yang shahih adalah tidak mencukupi (mencuci selain dengan tanah,pen), karena perintah bersuci dengan tanah adalah perkara taโ€™abbudiyah (peribadatan), oleh karenanya posisinya tidak bisa digantikan oleh selainnya. (Al Mausuโ€™ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 10/139)

                Lebih baik memang menggunakan tanah, hal itu untuk keluar dari khilafiyah. Dan, keluar dari khilafiyah adalah jalan yang lebih baik untuk dilakukan. Segitu dulu deh ……..

                Wallahu Aโ€™lam ……….., wa shallallahu โ€˜ala nabiyyina muhammadin wa โ€˜ala aalihi wa ashhabihi ajmain

     ใ€ฐใ€ฐใ€ฐใ€ฐใ€ฐใ€ฐใ€ฐใ€ฐใ€ฐ

[1]  Namun, Imam Muslim meriwayatkan bahwa satu qirathadalah semisal gunung uhud. Dari Saโ€™ad bin Abi WaqqashRadhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallambersabda: โ€œBarangsiapa yang mengiringi jenazah dari rumahnya, lalu menshalatkannya, lalu mengantarkannya sampai ke kuburnya, maka baginya balasan dua qirath, dan satu qirath itu semisal gunung Uhud. Barang siapa yang menshalatkan mayat lalu dia pulang, maka baginya satu qirath semisal gunung Uhud.โ€ (HR. Muslim, Fadhl Ash Shalah โ€˜Ala Al Janazah wat Tibaโ€™iha, No. 945, 53), dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim yang lainnya disebut seukuran gunung besar.

[2] Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

ูˆูŠู†ุจุบูŠ ุฅุฐุง ุฃุฑุงุฏ ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ุฃู† ูŠู†ุธู ูุงู‡ ุจุงู„ุณูˆุงูƒ ูˆุบูŠุฑู‡ ูˆุงู„ุงุฎุชูŠุงุฑ ููŠ ุงู„ุณูˆุงูƒ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ุจุนูˆุฏ ู…ู† ุฃุฑุงูƒ ูˆูŠุฌูˆุฒ ุจุณุงุฆุฑ ุงู„ุนูŠุฏุงู† ูˆุจูƒู„ ู…ุง ูŠู†ุธู ูƒุงู„ุฎุฑู‚ุฉ ุงู„ุฎุดู†ุฉ ูˆุงู„ุฃุดู†ุงู† ูˆุบูŠุฑ ุฐู„ูƒ

                โ€œHendaknya jika hendak membaca Al Quran dia membersihkan mulutnya dengan siwak dan selainnya.  Siwak yang dipilih berasal dari batang kayu Arok, dan dibolehkan dengan semua jenis batang kayu, dan apa saja yang dapat membersihkan, seperti dengan kain perca yang kasar dan usang, dan selain itu.โ€(At Tibyan fi Adab Hamalatil Quran, Hal. 73. Mawqiโ€™ Ruh Al Islam)

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

ADAB KESOPANAN DAPAT MENDATANGKAN HIDAYAH

๐Ÿ“† Ahad, 20 Rajab 1437H / 17 April 2016

๐Ÿ“š Tazkiyatun Nufus

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadz Ahmad Sahal Hasan, Lc

๐Ÿ“ ADAB KESOPANAN DAPAT MENDATANGKAN HIDAYAH

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

๐Ÿ“Ž Jangan remehkan adab kesopanan atau minimal respect kepada sesama manusia, apalagi orang shalih, terutama kepada Rasul Allah, karena boleh jadi Allah menganugrahkan hidayah-Nya kepada seseorang karenanya, meskipun orang tersebut tadinya bergelimang dosa.

Mungkin saja, penyebab tukang sihir Firโ€™aun beriman kepada Allah karena adab dan respect mereka kepada Nabi Musa, dimana dalam pertarungan, mereka menyerahkan kepada Nabi Musa siapa yang lebih dulu melemparkan tongkat..

ู‚ูŽุงู„ููˆุง ูŠูŽุง ู…ููˆุณูŽู‰ ุฅูู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ ุชูู„ู’ู‚ููŠูŽ ูˆูŽุฅูู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ ู†ูŽูƒููˆู†ูŽ ู†ูŽุญู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ู‚ููŠู†ูŽ (ุงู„ุฃุนุฑุงู: 115)

Ahli-ahli sihir berkata: “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan? (QS. Al-Aโ€™raf: 115).

๐Ÿ“Œ Penulis tafsir Al-Khazin berkata:

โœ… ููŠ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุขูŠูŽุฉู ุฏูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉูŒ ู„ูŽุทููŠููŽุฉูŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ุณูŽู‘ุญูŽุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุงุนููˆุง ู…ูŽุนูŽ ู…ููˆุณูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงูุฉ ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู ุญูุณู’ู†ูŽ ุงู„ุฃูŽุฏูŽุจู ุญูŽูŠู’ุซู ู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ููˆู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ููุณูู‡ูู…ู’ ูููŠ ุงู„ุฅูู„ู’ู‚ูŽุงุกู ู„ูŽุง ุฌูŽุฑูŽู…ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ุนูŽูˆูŽู‘ุถูŽู‡ูู…ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ุชูŽุฃูŽุฏูŽู‘ุจููˆุง ู…ูŽุนูŽ ู†ูŽุจููŠูู‘ู‡ู ู…ููˆุณูŽู‰ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽู†ู’ ู…ูŽู†ูŽู‘ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ู’ู‡ูุฏูŽุงูŠูŽุฉู.

โœ… โ€œDi ayat ini terdapat sebuah isyarat halus, yaitu bahwa para tukang sihir telah memperhatikan adab yang baik kepada Nabi Musa โ€˜alaihish-shalatu was-salam, dimana mereka mendahulukan Nabi Musa sebelum diri mereka dalam melempar (tongkat). Tidak diragukan lagi bahwa Allah azza wajalla memberi ganti kepada mereka dimana mereka telah berlaku adab bersama Nabi-Nya, Musa alaihissalam, dengan anugrah iman dan hidayah kepada mereka.

โœ… ูˆู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฑูŽุงุนููˆุง ุงู„ุฃูŽุฏูŽุจูŽ ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู‹ุง ูˆูŽุฃูŽุธู’ู‡ูŽุฑููˆุง ู…ูŽุง ูŠูŽุฏูู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑูŽุบู’ุจูŽุชูู‡ูู…ู’ ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ููˆุณูŽู‰ ((ุฃูŽู„ู’ู‚ููˆุง)) ูŠูŽุนู’ู†ููŠ ุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’. ููŽู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูููŠ ุงู„ุฅูู„ู’ู‚ูŽุงุกู

โœ… Dan ketika mereka lebih dulu memperhatikan adab itu, dan menampakkan keinginan mereka terhadapnya, Nabi Musa pun berkata kepada mereka โ€œLemparkanlah (tongkat) kalian lebih dulu. Nabi Musa pun mendahulukan mereka sebelum dirinya melempar tongkatnya.โ€

๐Ÿ“Œ (Tafsir Al-Khazin โ€“ โ€˜Alauddin bin โ€˜Ali Al-Khazin)

โœ”๏ธ Saling Respect โ˜๏ธ

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

logo manis4

Kedudukan & Makna Hadist Tasyabbuh Bil Kuffar

๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ

Pertanyaan

Assalamualaikum ustadz/ah…saya mau bertanya tentang:

1. Kedudukan hadits: “ู…ู† ุชุดุจู‡ ุจู‚ูˆู… ูู‡ูˆ ู…ู†ู‡ู…”

2. Bagaimana aplikasi hadits diatas dlm keseharian kita. Apakah HANYA menyangkut aqidah? Fiqih? Mu’amalah? Atau SEMUA sisi kehidupan kita?
Karena, hampir sebagian hidup kita banyak mengadopsi kebudayaan non muslim seperti makanan, pakaian, teknologi, bahasa, hiburan dll.
ุฌุฒุงูƒู… ุงู„ู„ู‡ ุฎูŠุฑุง….
๐Ÿ…ฐ0โƒฃ8โƒฃ


Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

Wa’Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:

Langsung aja ya ..

๐Ÿ“•Dari Ibnu Umar Radhiallahu โ€˜Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

โ€œBarangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.โ€ (HR. Abu Daud No. 4031, Ahmad No. 5115, Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf ย No.33016, dll) (1)

๐Ÿ“˜Dari Amru bin Syuโ€™aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

Bukan golongan kami orang yang menyerupai selain kami, janganlah kalian menyerupai Yahudi dan Nasrani.(HR. At Tirmdizi No. 2695, Al Qudhaโ€™i, Musnad Asy Syihab No. 1191) (2) (Keshahihan hadits ini lihat pada catatan kaki)

Ketika menjelaskan hadits-hadits di atas, Imam Abu Thayyib mengutip dari Imam Al Munawi dan Imam Al โ€˜Alqami ย tentang hal-hal yang termasuk penyerupaan dengan orang kafir:

โ€œYakni berhias seperti perhiasan zhahir mereka, berjalan seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan perbuatan lainnya.โ€ (Imam Abu Thayyib Syamsul โ€˜Azhim, โ€˜Aunul Maโ€™bud, 11/51)

Imam Abu Thayyib Rahimahullah juga mengatakan:

Lebih dari satu ulama berhujjah dengan hadits ini bahwa dibencinya segala hal terkait dengan kostum yang dipakai oleh selain kaum muslimin. (Ibid, 11/52)

Demikianlah keterangan para ulama bahwa berhias dan menggunakan pakaian yang menjadi ciri khas mereka โ€“seperti topi Sinterklas, kalung Salib, topi Yahudi, peci Rabi Yahudi- termasuk makna tasyabbuh bil kuffar โ€“ menyerupai orang kafir yang begitu terlarang dan dibenci oleh syariat Islam.

Ada pun pakaian yang bukan menjadi ciri khas agama, seperti kemeja, celana panjang, jas, dasi, dan semisalnya, para ulama kontemporer berbeda pendapat apakah itu termasuk menyerupai orang kafir atau bukan. ย Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah menganggap kostum-kostum ini termasuk menyerupai orang kafir, maka ini hal yang dibenci dan terlarang, bahkan menurutnya termasuk jenis kekalahan secara psikis umat Islam terhadap bangsa-bangsa penjajah. Sedangkan menurut para ulama di Lajnah Daimah kerajaan Saudi Arabia seprti Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Bakr Abu Zaid, Syaikh Abdurrazzaq โ€˜Afifi, dan lainnya, menganggap tidak apa-apa pakaian-pakaian ini. Sebab jenis pakaian ini sudah menjadi biasa di Barat dan Timur. Bukan menjadi identitas agama tertentu.

Pendapat kedua inilah yang lebih tepat, sebab Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam dalam riwayat shahih, pernah memakai Jubah Romawi yang sempit. Sebutan โ€œJubah Romawiโ€ menunjukan itu bukan pakaian kebiasaannya, dan merupakan pakaian budaya negeri lain (Romawi), bukan pula pakaian simbol agama, dan Beliau memakai jubah Romawi itu walau agama bangsa Romawi adalah Nasrani.

Dari Mughirah bin Syuโ€™bah Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya:
Bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam memakai jubah Romawi yang sempit yang memiliki dua lengan baju.(HR. At Tirmidzi No. 1768, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 18239. Al Baghawi, Syarhus Sunnah No. 3070. Dishahihkan oleh Syaikh Syuโ€™aib Al Arnauth, Syaikh Al Albani, dan lainnya)

Sementara dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam juga mengenakan Jubbah Syaamiyah (Jubah negeri Syam). ย Riwayat ini tidak bertentangan dengan riwayat Jubbah Rumiyah. Sebab, saat itu Syam termasuk wilayah kekuasaan Romawi.

Syaikh Abul โ€˜Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:

Banyak terdapat dalam riwayat Shahihain dan lainnya tentang Jubbah Syaamiyah, ini tidaklah menafikan keduanya, karena Syam saat itu masuk wilayah pemerintahan kerajaan Romawi. (Tuhfah Al Ahwad zi, 5/377)

Syaikh Al Mubarkafuri menerangkan, bahwa dalam keterangan lain, ย saat itu terjadi ketika Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam sedang safar. Ada pun dalam riwayat Malik, Ahmad, dan ย Abu Daud, itu terjadi ketika perang Tabuk, seperti yang dikatakan oleh Mairuk. Menurutnya hadits ini memiliki pelajaran bahwa bolehnya memakai pakaian orang kafir, sampai-sampai walaupun terdapat najis, sebab Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam memakai Jubah Romawi tanpa adanya perincian (apakah baju itu ada najis atau tidak). (Ibid)

๐Ÿ“ŒMengambil Ilmu Dari Mereka (Orang Kafir) Bukan Termasuk Tasyabbuh (penyerupaan)

Begitu pula mengambil ilmu dan maslahat keduniaan yang berasal dari kaum kuffar, maka ini boleh. Dahulu Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam menggunakan cara Majusi dalam perang Ahzab, yaitu dengan membuat Khandaq (parit) sekeliling kota Madinah. Begitu pula penggunakaan stempel dalam surat, ini pun berasal dari cara kaum kuffar saat itu, dan Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam juga mengikutinya.

Oleh karena itu, memakai ilmu keduniaan dari mereka, baik berupa penemuan ilmiah, fasilitas elektronik, transportasi, software, militer, dan semisalnya, tidak apa-apa mengambil manfaat dari penemuan mereka. Ini bukan masuk kategori menyerupai orang kafir. Sebab ini merupakan hikmah (ilmu) yang Allah Taโ€™ala titipkan melalui orang kafir, dan seorang muโ€™min lebih berhak memilikinya dibanding penemunya sendiri, di mana pun dia menjumpai hikmah tersebut.

Jadi, tidak satu pun ketetapan syariat yang melarang mengambil kebaikan dari pemikiran teoritis dan pemecahan praktis non muslim dalam masalah dunia selama tidak bertentangan dengan nash yang jelas makna dan hukumnya serta kaidah hukum yang tetap. Oleh karena hikmah adalah hak muslim yang hilang, sudah selayaknya kita merebutnya kembali. Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan โ€“dengan sanad dhaif- sebuah kalimat, โ€œHikmah adalah harta dari seorang muโ€™min, maka kapan ia mendapatkannya, dialah yang paling berhak memilikinya.โ€

Meski sanadnya dhaif, kandungan pengertian hadits ini benar. Faktanya sudah lama kaum muslimin mengamalkan dan memanfaatkan ilmu dan hikmah yang terdapat pada umat lain. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr, bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiallahu โ€˜Anhu pernah berkata, โ€œIlmu merupakan harta orang muโ€™min yang hilang, ambil-lah walau dari orang-orang musyrik.โ€ (3) Islam hanya tidak membenarkan tindakan asal comot terhadap segala yang datang dari Barat tanpa ditimbang di atas dua pusaka yang adil, Al Qurโ€™an dan As Sunnah.

Wallahu Aโ€™lam wa Lillahil โ€˜Izzah

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ


Catatan Kaki:

1] Imam As Sakhawi mengatakan ada kelemahan dalam hadits ini, ย  tetapi hadits ini memiliki penguat (syawahid), yakni hadits riwayat Al Bazzar dari Hudzaifah dan Abu Hurairah, riwayat Al Ashbahan dari Anas bin Malik, dan riwayat Al Qudhaโ€™i dari Thawus secara mursal. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 215).

Sementara, Imam Al โ€˜Ajluni mengatakan, sanad hadits ini shahih menurut Imam Al โ€˜Iraqi dan Imam Ibnu Hibban, karena memiliki penguat yang disebutkan oleh Imam As Sakhawi di atas. (Imam Al โ€˜Ajluni, Kasyful Khafa, 2/240). Imam Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini jayyid (baik). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan sanadnya hasan.(Imam Abu Thayyib Syamsul โ€˜Azhim, Aunul Maโ€™bud, 11/52). Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih. (Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 4031)

2] Sebagaimana kata Imam AtTirmidzi, Pada dasarnya hadits ini dhaif, karena dalam sanadnya terdapat Ibnu Luhaiโ€™ah seorang perawi yang terkenal kedhaifannya. Namun, hadits ini memiliki berapa syawahid (penguat), sehingga Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menghasankan hadits ini dalam berbagai kitabnya. (Shahihul Jamiโ€™ No. 5434, Ash Shahihah No. 2194). Begitu pula yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir Al Arnaโ€™uth, bahwa hadits ini memiliki syawahid yang membuatnya menjadi kuat. (Raudhatul Muhadditsin No. 4757)

3] Hadits: โ€œHikmah adalah kepunyaan orang mukmin yang hilang, di mana saja dia menemukannya maka dialah yang paling berhak memilikinya.โ€

Hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh I mam At Tirmidzi dalam sunannya, pada Bab Maa Jaโ€™a fil Fadhli Fiqh โ€˜alal โ€˜Ibadah, No. 2828. Dengan sanad: Berkata kepada kami Muhammad bin Umar Al Walid Al Kindi, bercerita kepada kami Abdullah bin Numair, ย dari Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi, dari Saโ€™id Al Maqbari, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: …. ( lalu disebut hadits di atas).

Imam At Tirmidzi mengomentari hadits tersebut: โ€œHadits ini gharib (menyendiri dalam periwayatannya), kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini. Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi adalah seorang yang dhaif fil hadits (lemah dalam hadits).โ€

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, Kitab Az Zuhud Bab Al Hikmah, No. 4169. Dalam sanadnya juga terdapat Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi.

Imam Ibnu Hajar mengatakan, bahwa Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi adalah Abu Ishaq Al Madini, dia seorang yang Fahisyul Khathaโ€™ (buruk kesalahannya). (Al Hafizh Ibnu Hajar, Lisanul Mizan, 1/14. Mawqiโ€™ Al Warraq). Sementara Imam Yahya bin Maโ€™in menyebutnya sebagai Laisa bi Syaiโ€™ (bukan apa-apa). (Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 1/105. Mawqiโ€™ Yaโ€™sub)

Sederetan para Imam Ahli hadits telah mendhaifkannya. Imam Ahmad mengatakan: dhaiful hadits laisa biqawwifil hadits (haditsnya lemah, tidak kuat haditsnya). Imam Abu Zurโ€™ah mengatakan: dhaif. Imam Abu Hatim mengatakan: dhaifulhadits munkarulhadits (hadisnya lemah dan munkar). Imam Al Bukhari mengatakan: munkarul hadits. Imam An Nasaโ€™imengatakan: munkarul hadits, dia berkata ditempat lain: tidak bisa dipercaya, dan haditsnya tidak boleh ditulis. Abu Al Hakim mengatakan: laisa bil qawwi โ€˜indahum (tidak kuat menurut mereka/para ulama). Ibnu โ€˜Adi mengatakan: dhaif dan haditsnya boleh ditulis, tetapi menurutku tidak boleh berdalil dengan hadits darinya.

Yaโ€™qub bin Sufyan mengatakan bahwa hadits tentang โ€œHikmahโ€ di atas adalah hadits Ibrahim bin Al Fadhl yang dikenal dan diingkari para ulama. Imam Ibnu Hibban menyebutnya fahisyul khathaโ€™ (buruk kesalahannya). ย Imam Ad Daruquthni mengatakan: matruk (haditsnya ditinggalkan), begitu pula menurut Al ‘Azdi. (Lihat semua dalam karya Al Hafizh Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 1/131 .DarulFikr. Lihat juga Al Hafizh Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, 2/43.Muasasah ArRisalah. Lihat juga Imam Adz Dzahabi, Mizan Al Iโ€™tidal, 1/52.Darul Maโ€™rifah. Lihat juga Imam Abu Hatim ArRazi, Al JarhwatTaโ€™dil, 2/122. Dar Ihya AtTurats. Lihat juga Imam Ibnu โ€˜Adi Al Jurjani, Al Kamil fidh Dhuโ€™afa, 1/230-231. Darul Fikr. Imam Al โ€˜Uqaili, Adh Dhuafa Al Kabir, 1/60. Darul Kutub Al โ€˜Ilmiyah)

Syaikh Al Albani pun telah menyatakan bahwa hadits ini dhaif jiddan (sangat lemah), lantaran Ibrahim ini. (Dhaiful Jamiโ€™ No. 4302. Dhaif Sunan At Tirmidzi, 1/320)

Ada pula yang serupa dengan hadits di atas:
โ€œHikmah adalah kepunyaan orang mukmin yang hilang, di mana saja seorang mukmin menemukan miliknya yang hilang, maka hendaknya ia menghimpunkannya kepadanya.โ€

Imam As Sakhawi mengatakan, hadits ini diriwayatkan oleh Al Qudhaโ€™i dalam Musnadnya, dari hadits Al Laits, dari Hisyam bin Saโ€™ad, dari Zaid bin Aslam, secara marfuโ€™. Hadits ini mursal. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, 1/105. Imam Al โ€˜Ajluni, Kasyful Khafaโ€™, 1/363)

Ringkasnya, hadits mursal adalah hadits yang gugur di akhir sanadnya, seseorang setelah tabiโ€™in. Kita lihat, riwayat Al Qudhaโ€™i ini, Zaid bin Aslam adalah seorang tabiโ€™in, seharusnya dia meriwayatkan dari seorang sahabat nabi, namun sanad hadits ini tidak demikian, hanya terhenti pada Zaid bin Aslam tanpa melalui sahabat nabi. Inilah mursal. Jumhur (mayoritas) ulama dan Asy Syafiโ€™i mendhaifkan hadits mursal.

Ada pula dengan redaksi yang agak berbeda, bukan menyebut Hikmah, tetapi Ilmu. Diriwayatkan oleh Al โ€˜Askari, dariโ€˜Anbasah bin Abdurrahman, dari Syubaib bin Bisyr, dari Anas bin Malik secara marfuโ€™:

โ€œIlmu adalah barang mukmin yang hilang, dimana saja dia menemukannya maka dia mengambilnya.โ€

Riwayat ini juga dhaif. โ€˜Anbasah bin Abdurrahman adalah seorang yang matruk (ditinggal haditsnya), dan Abu Hatim menyebutnya sebagai pemalsu hadits.(Taqribut Tahdzib, 1/758)

Ibnu Abi Hatim bertanya kepada ayahnya (Abu Hatim) tentang โ€˜Anbasah bin Abdurrahman, beliau menjawab: matruk dan memalsukan hadits. Selain itu, Abu Zurโ€™ah juga ditanya, jawabnya: munkarul hadits wahil hadits (haditsnya munkar dan lemah). (Al Jarh wat Taโ€™dil, 6/403)

Ada pun Syubaib bin Bisyr, walau pun Yahya bin Maโ€™in menilainya tsiqah (bisa dipercaya), namun Abu Hatimdan lain-lainnya
mengatakan: layyinulhadits. (haditsnya lemah). (Imam Adz Dzahabi, MizanulIโ€™tidal, 2/262)

Ada pula riwayat dari Sulaiman bin Muโ€™adz, dari Simak, dari โ€˜ikrimah, dariIbnu Abbas, di antara perkataannya:
โ€œAmbillah hikmah dari siapa saja kalian mendengarkannya, bisa jadi ada perkataan hikmah yang diucapkan oleh orang yang tidak bijak, dan dia menjadi anak panah yang bukan berasal dari pemanah.โ€ Ucapan ini juga dhaif. Lantaran kelemahan Sulaiman bin Muadz.

Yahya bin Ma’in mengatakan tentang dia: laisa bi syaiโ€™ (bukan apa-apa). Abbas mengatakan, bahwa Ibnu Main mengatakan: dia adalah lemah. Abu Hatim mengatakan: laisa bil matin (tidak kokoh). Ahmad menyatakannya tsiqah (bisa dipercaya).Ibnu Hibban mengatakan: dia adalah seorang rafidhah (syiah) ekstrim, selain itu dia juga suka memutar balikan hadits. An Nasaโ€™i mengatakan: laisa bil qawwi (tidak kuat). (Mizanul Iโ€™tidal, 2/219)

๐Ÿ“Catatan:
Walaupun ucapan ini dhaif, tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam. Namun, secara makna adalah shahih. Orang beriman boleh memanfaatkan ilmu dan kemajuan yang ada pada orang lain, sebab hakikatnya dialah yang paling berhak memilikinya. Oleh karena itu, ucapan ini tenar dan sering diulang dalam berbagai kitab para ulama. Lebih tepatnya, ucapan ini adalah ucapan dari beberapa para sahabat dan tabiโ€™in dengan lafaz yang berbeda-beda.

Dari Al Hasan bin Shalih, dari โ€˜Ikrimah, dengan lafaznya:

โ€œAmbil-lah hikmah dari siapa pun yang engkau dengar, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang berbicara dengan hikmah padahal diabukan seorang yang bijak, dia menjadi bagaikan lemparan panah yang keluar dari orang yang bukan pemanah.โ€ (Al Maqashid Al Hasanah, 1/105)

Ucapan ini adalah shahih dari โ€˜Ikrimah, seorang tabiโ€™in senior, murid Ibnu Abbas. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, Al Hasan bin Shalih bin Shalih bin Hay adalah seorang tsiqah, ahli ibadah, faqih, hanya saja dia dituduh tasyayyuโ€™ (agak condong ke syiโ€™ah). (Taqribut Tahdzib, ย 1/205)

Wakiโ€™ mengatakan Al Hasan bin Shalih adalah seseorang yang jika kau melihatnya kau akan ingat dengan Said bin Jubeir. ย Abu Nuโ€™aim Al Ashbahani mengatakan aku telah mencatat hadits dari 800 ahli hadits, dan tidak satu pun yang lebih utama darinya. Abu Ghasan mengatakan, Al Hasan bin Shalih lebih baik dari Syuraik. Sedangkan Ibnu โ€˜Adi mengatakan, sebuah kaum menceritakan bahwa hadits yang diriwayatkan dari nya adalah mustaqimah, tak satu pun yang munkar, dan menurutnya Al Hasan bin Shalih adalah seorang yang ahlushshidqi (jujur lagi benar). ย Ibnu Hibban mengatakan, Al Hasan bin Shalih adalah seorang yang faqih, waraโ€™, pakaiannya lusuh dan kasar, hidupnya diisi dengan ibadah, dan agak terpengaruh syiโ€™ah (yakni tidak meyakini adanya shalatJumat). Abu Nuโ€™aim mengatakan bahwa Ibnul Mubarak mengatakan Al Hasan bin Shalih tidak shalat Jumat, sementara Abu Nuโ€™aim menyaksikan bahwa beliau shalat Jumโ€™at. ย Ibnu Saโ€™ad mengatakan dia adalah seorang ahli ibadah, faqih, dan hujjah dalam hadits shahih, dan agak tasyayyuโ€™. As Saji mengatakan Al Hasan bin Shalih adalah seorang shaduq (jujur). Yahya bin Said mengatakan, tak ada yang sepertinya di Sakkah. Diceritakan dari Yahya bin Maโ€™in, bahwa Al Hasan bin Shalih adalah tsiqatun tsiqah (kepercayaannya orang terpercaya). (Tahdzibut Tahdzib, 2/250-251)

Hanya saja Sufyan Ats Tsauri memiliki pendapat yang buruk tentangnya. Beliau pernah berjumpa dengan Al Hasan bin Shalih di masjid pada hari Jumโ€™at, ketika Al Hasan bin Shalih sedang shalat, Ats Tsauri berkata: โ€œAku berlindung kepada Allah dari khusyuโ€™ yang nifaq.โ€ Lalu dia mengambil sendalnya dan berlalu. Hal ini lantaran Al Hasan bin Shalih โ€“menurut At Tsauri- adalah seseorang yang membolehkan mengangkat pedang kepada penguasa (memberontak). (Ibid, 2/249)

Namun, jarh (kritik) ini tidak menodai ketsiqahannya, lantaran ulama yang mentaโ€™dil (memuji) sangat banyak.

Selain itu, telah shahih dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya:

โ€œIlmu adalah barang mukmin yang hilang, maka ambil-lah walau berada di tangan orang-orang musyrik, dan janganlah kalian menjauhkan diri untuk mengambil hikmah itu dari orang-orang yang mendengarkannya.โ€ (Ibnu Abdil Bar, Jamiโ€™ ย Bayan Al ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/482. Mawqiโ€™ Jami Al Hadits).
Wallahu A’lam

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Hutang Piutang dalam Islam

 

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab๐Ÿ‘ณ

โœUst. Farid Nu’man Hasan
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน
๐Ÿ“†Rabu, 6 Rajab 1437 H
               13 April 2016 M

Assalamuallaikum wr wb…
Ustadz bagaimana sebaiknya kita bersikap dalam menghadapi masalah utang-piutang? Selama ini cukup banyak kenalan dan tetangga yg datang dan bermaksud meminjam uang. Pengalaman berkali2 meminjamkan, hampir selalu berujung tidak baik. 
Padahal kami (yg memberi utang) sudah sangat longgar, namun ketika menagih seakan2 kami adalah pihak yg bersalah. Yg berutang jadi menghindar, marah, bahkan akhirnya putus tali silaturahim. Kami tidak ingin terulang seperti itu lagi sehingga bertekad utk tdk lagi meminjamkan uang. Tapi sekarang masih banyak yg dtg ingin meminjam dgn alasan ingin bebas dari utang rentenir.

Di satu sisi kami ingin bantu tapi di sisi lain, kebiasaan masyarakat masih menyepelekan utang (walau sdh ada perjanjian tertulis) sehigga seakan2 tdk mendidik masyarakat utk menghindari utang ataupun menyegerakan pelunasan utang. Bagaimana kami harus bersikap?
                             

๐ŸŒดJawaban nya
—————————
Wa’alaikum salam wr wb

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d.
Opsi terbaik adalah meminjamkannya, sebab meminjamkan hutang bagian dari memudahkan dan mengeluarkan manusia dari kesulitan hidupnya, dan ganjarannya sangat luar biasa. Jangan lupa, adanya orang susah merupakan ujian atas kedermawanan kita.
Sebagaimana riwayat berikut: 
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽูู‘ูŽุณูŽ ุนูŽู†ู’ ู…ูุคู’ู…ูู†ู ูƒูุฑู’ุจูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ูƒูุฑูŽุจู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู†ูŽูู‘ูŽุณูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูƒูุฑู’ุจูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ูƒูุฑูŽุจู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุนู’ุณูุฑู ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุณูŽุชูŽุฑูŽ ู…ูุณู’ู„ูู…ู‹ุง ุณูŽุชูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุนูŽูˆู’ู†ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูููŠ ุนูŽูˆู’ู†ู ุฃูŽุฎููŠู‡ู
Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu โ€™Alaihi wasallam bersabda : 
  “Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang muโ€™min dari sebuah kesulitan diantara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai  kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim No. 2699)
Tapi, jika masyarakat -atau siapa pun- menjadikan hutang sebagai barang permainan, menggampang-gampangkannya, bahkan mereka enggan membayarnya atau tidak ada itikad baik untuk melunasinya, maka itu sama juga mencuri.
Perhatikan riwayat berikut, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:
ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุฒูŽูˆู‘ูŽุฌูŽ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽุฏูŽุงู‚ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽู†ู’ูˆููŠ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุคูŽุฏู‘ููŠูŽู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ููŽู‡ููˆูŽ ุฒูŽุงู†ู ุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู ุงุฏู‘ูŽุงู†ูŽ ุฏูŽูŠู’ู†ู‹ุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽู†ู’ูˆููŠ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุคูŽุฏู‘ููŠูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุตูŽุงุญูุจูู‡ู – ุฃูŽุญู’ุณูŽุจูู‡ู ู‚ูŽุงู„ – : ููŽู‡ููˆูŽ ุณูŽุงุฑูู‚ูŒ
โ€œBarang siapa yang menikahi wanita wajib memberikan mahar, dan dia berniat tidak membayarkan mahar
nya kepadanya (si wanita), maka dia adalah pezina. Dan barang siapa yang berhutang dan dia berniat tidak membayarkan kepada yang menghutanginya, maka dia pencuri.โ€
(HR. Al Bazzar , 2/163, dan lainnya, dari Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib, No. 1806)
Jadi, untuk memberikan pelajaran atau mendidik, agar mereka mandiri dan belajar tanggungjawab,  maka Anda berhak tidak meminjamkannya. Tapi, jika meminjamkannya, walau tahu resiko mereka tidak akan membayarkannya, lalu Anda membebaskan
nya, maka itu luar biasa.
Wallahu A’lam
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

TAQWA dan HASIL-HASILNYA

๐Ÿ“† Rabu,  6 Rajab 1437H / 13 April 2016

๐Ÿ“š Tsaqafah Islamiyah

๐Ÿ“ Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.

๐Ÿ“‹ TAQWA dan HASIL-HASILNYA

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Apakah taqwa itu? Telah banyak definisi yang disampaikan ulama. Di antaranya:

1โƒฃ Definisi dari Abdullah bin Masโ€™ud Radhiallahu โ€˜Anhu, ketika beliau menafsirkan ayat ittaqullaha haqqa tuqaatih (bertaqwa-lah kalian dengan sebenar-benarnya taqwa)

ุฃู† ูŠูุทุงุน ูู„ุง ูŠูุนู’ุตูŽู‰ุŒ ูˆุฃู† ูŠูุฐู’ูƒูŽุฑ ูู„ุง ูŠูู†ู’ุณูŽู‰ุŒ ูˆุฃู† ูŠูุดู’ูƒูŽุฑ ูู„ุง ูŠููƒู’ููŽุฑ

  Yaitu taat dan tidak ingkar, ingat dan tidak lupa, bersyukur dan tidak kufur. (Tafsir Al Quran Al โ€˜Azhim, 2/86-87. Dar Ath Thayyibah. Lihat juga Imam Al Baidhawi, Anwarut Tanzil, 1/373. Mawqiโ€™ At Tafasir)

  Imam Ibnu katsir mengatakan ucapan tersebut shahih mauquf dari Ibnu Masโ€™ud Radhiallahu โ€˜Anhu. (Ibid)

  Definisi ini juga dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri dan Qatadah. (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal โ€˜Uyun, 1/250. Mawqiโ€™ At Tafasir)

2โƒฃ Definisi dari Imam Al Baidhawi Rahimahullah

ูˆู‡ูˆ ุงุณุชูุฑุงุบ ุงู„ูˆุณุน ููŠ ุงู„ู‚ูŠุงู… ุจุงู„ูˆุงุฌุจ ูˆุงู„ุงุฌุชู†ุงุจ ุนู† ุงู„ู…ุญุงุฑู…

  Taqwa adalah mengerahkan potensi dalam menjalankan kewajiban dan menjauhi hal-hal yang diharamkan. (Anwarut Tanzil, 1/373. Tafsir Al Muyassar, 3/361, 4/340, 10/51)

  Sama dengan ini, Syaikh Ismail bin Muhammad Al Anshari Rahimahullah mengatakan:

ุงุชู‚ ุงู„ู„ู‡ : ุจุงู…ุชุซุงู„ ุฃู…ุฑู‡ ูˆุงุฌุชู†ุงุจ ู†ู‡ูŠู‡ ุŒ ูˆุงู„ูˆู‚ูˆู ุนู†ุฏ ุญุฏู‡ .

  Bertaqwa-lah kepada Allah: dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, dan berhenti pada batasanNya. (At Tuhfah Ar Rabbaniyah, Syarah No. 18)

  Berhenti pada batasannya artinya tidak melangggar syariatNya. Definisi yang kedua ini adalah definisi yang paling sering kita dengar.

3โƒฃ  Imam Abul Hasan Al Mawardi menyampaikan empat kelompok yang mendefinisikan makna taqwa. Pertama, adalah seperti yang disampaikan oleh Abdullah bin Masโ€™ud di atas. Lalu tiga kelompok lainnya:

ูˆุงู„ุซุงู†ูŠ : ู‡ูˆ ุงุชู‚ุงุก ุฌู…ูŠุน ุงู„ู…ุนุงุตูŠ ุŒ ูˆู‡ูˆ ู‚ูˆู„ ุจุนุถ ุงู„ู…ุชุตูˆููŠู† . ูˆุงู„ุซุงู„ุซ : ู‡ูˆ ุฃู† ูŠุนุชุฑููˆุงู’ ุจุงู„ุญู‚ ููŠ ุงู„ุฃู…ู† ูˆุงู„ุฎูˆู . ูˆุงู„ุฑุงุจุน : ู‡ูˆ ุฃู† ูŠูุทูŽุงุน ุŒ ูˆู„ุง ูŠูุชู‘ูŽู‚ู‰ ููŠ ุชุฑูƒ ุทุงุนุชู‡ ุฃุญุฏูŒ ุณูˆุงู‡

  Kedua, yaitu menghindari semua maksiat, ini adalah pendapat sebagian ahli tasawwuf. Ketiga,  mengenali kebenaran baik dalam keadaan aman atau takut. Keempat, yaitu mentaati dan tidak takut kepada siapa pun dalam meninggalkan ketaatan kepadaNya kecuali takut kepadaNya.  (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal โ€˜Uyun, 1/250)

 4โƒฃ Definisi lainnya adalah taqwa bermakna takut (Al Khauf). (Lihat Tafsir Al Muyassar, 1/291, 1/401, 2/209, 10/93. Lihat juga Tafsir Al Quran Al โ€˜Azhim, 1/716)

  Jadi, dari berbagai definisi ini kita simpulkan bahwa taqwa itu sikap menjalankan segala macam ketaatan dan perintah Allah Taโ€™ala, tidak membangkang, selalu ingat kepadaNya dan tidak lupa, serta menjauhi larangan-laranganNya,  tidak melanggar syariatNya, takut kepada azab dan siksaNya, memegang teguh kebenaran baik dalam keadaan aman dan takut, bersyukur kepada semua nikmat Allah Taโ€™ala dan tidak mengkufurinya.

โ˜‘ Nataaij At Taqwa (hasil-hasil dari taqwa)

  Perintah taqwa bukanlah perintah kosong tanpa makna dan maksud. Allah โ€˜Azza wa Jalla telah menggambarkan tentang manfaat dan hasil yang akan diberikanNya bagi para muttaqin baik di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, pengetahuan terhadapnya an nataaij at taqwa adalah hal yang penting untuk memacu diri kita agar menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah Taโ€™ala.

  Berikut ini hasil-hasil yang Allah โ€˜Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa:

๐Ÿ“Œ Pembeda (Al Furqan)

Orang yang bertaqwa kepada Allah, akan Allah Taโ€™ala berikan kepadanya  Al Furqan, yaitu kemampuan membedakan antara haq dan batil, antara halal dan haram, lalu dia berjalan di atas kemampaunnya itu. Walau  dia bukan tergolong ahlul ilmi (ulama).

Allah โ€˜Azza wa Jalla berfirman:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขูŽู…ูŽู†ููˆุง ุฅูู†ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ููุฑู’ู‚ูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan  hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al Anfal (8): 29)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Saโ€™di Rahimahullah mengatakan tentang ayat ini:

ุงู„ูุฑู‚ุงู†: ูˆู‡ูˆ ุงู„ุนู„ู… ูˆุงู„ู‡ุฏู‰ ุงู„ุฐูŠ ูŠูุฑู‚ ุจู‡ ุตุงุญุจู‡ ุจูŠู† ุงู„ู‡ุฏู‰ ูˆุงู„ุถู„ุงู„ุŒ ูˆุงู„ุญู‚ ูˆุงู„ุจุงุทู„ุŒ ูˆุงู„ุญู„ุงู„ ูˆุงู„ุญุฑุงู…ุŒ ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุณุนุงุฏุฉ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุดู‚ุงูˆุฉ.

 Al Furqaan: dia adalah ilmu dan petunjuk yang dengannya pemiliknya dapat memisahkan antara petunjuk dan kesesatan, haq dan batil, halal dan haram, orang yang bahagia dan sengsara. (Syaikh Abdurrahman As Saโ€™di, Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir  Kalam Al Manan, Hal. 319. Cet. 1, 2000M-1420H.  Muasasah Ar Risalah)

๐Ÿ“Œ Dihapuskannya Keburukan dan diampunkan dosa (Takfirus Sayyiโ€™aat wal ghufran)

Ini hasil yang Allah โ€˜Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa, sesuai ayat di atas:

โ€ฆ ูˆูŽูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ โ€ฆ.

โ€ฆ Dan kami akan  hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)muโ€ฆ  (QS. Al Anfal (8): 29).

Juga ayat lain:
 โ€ฆูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชูู‡ูโ€ฆ

 .. dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya .. (QS. Ath Thalaq (65): 5)

๐Ÿ“Œ Diberikan pahala yang besar (Ajrun โ€˜Azhim) yaitu surga

Lanjutan dari surat Ath Thalaq ayat 5 di atas adalah;

ูˆูŽูŠูุนู’ุธูู…ู’ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฑู‹ุง

  โ€ฆ dan akan diberikan pahala yang besar baginya. (QS. Ath Thalaq (65): 5)

  Yaitu balasan di akhirat berupa surgaNya dan abadi di dalamnya.

  Al Imam Abu Jaโ€™far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah menjelaskan:

ูˆูŠุฌุฒู„ ู„ู‡ ุงู„ุซูˆุงุจ ุนู„ู‰ ุนู…ู„ู‡ ุฐู„ูƒ ูˆุชู‚ูˆุงู‡ุŒ ูˆู…ู† ุฅุนุธุงู…ู‡ ู„ู‡ ุงู„ุฃุฌุฑ ุนู„ูŠู‡ ุฃู† ูŠุฏูุฎู„ู‡ ุฌู†ุชู‡ุŒ ููŠุฎู„ุฏู‡ ููŠู‡ุง.

  Dia (Allah) melimpahkan baginya pahala atas pebuatannya   dan ketaqwaannya itu, dan di antara besarnya balasan baginya adalah dia dimasukkan ke dalam surgaNya dan Dia kekalkan di dalamnya. (Imam Ibnu Jarir, Jamiโ€™ Al Bayan fi Taโ€™wil Al Quran, 23/456. Cet. 1, 2000M-1420H.   Muasasah Ar Risalah. Tahqiq: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

4โƒฃ Keberkahan dalam hidup (Al Barakaat)

Allah Taโ€™ala menyebutkannya dalam ayat:

ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽู‰ ุขู…ูŽู†ููˆุง ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ูŽูˆู’ุง ู„ูŽููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุฃุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูƒูŽุฐู‘ูŽุจููˆุง ููŽุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al Aโ€™raf (7): 96)

Imam Al Baidhawi Rahimahullah menjelaskan:

ู„ูˆุณุนู†ุง ุนู„ูŠู‡ู… ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆูŠุณุฑู†ุงู‡ ู„ู‡ู… ู…ู† ูƒู„ ุฌุงู†ุจ ูˆู‚ูŠู„ ุงู„ู…ุฑุงุฏ ุงู„ู…ุทุฑ ูˆุงู„ู†ุจุงุช

Benar-benar akan Kami lapangkan kepada mereka kebaikan, dan Kami  berikan kemudahan bagi mereka di segala sisi.  Ada yang menyebutkan maksudnya adalah: hujan dan tumbuh-tumbuhan.  (Imam Al Baidhawi, Anwar At Tanzil, 2/294. Mawqiโ€™ At Tafasir)

5โƒฃ Jalan keluar (Al Makhraj)

Allah taโ€™ala menyebutkannya dalam ayatNya:

 โ€ฆูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุฎู’ุฑูŽุฌู‹ุง

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. Ath Thalaq (65): 2)

Banyak tafsir tentang makna โ€œjalan keluarโ€ dalam ayat ini, namun tafsir yang paling luas dan mencakup semuanya adalah apa yang dikatakan oleh  Ibnu Abbas Radhiallahu โ€˜Anhuma  berikut:

ูˆู…ู† ูŠุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ูŠูู†ุฌูู‡ ู…ู† ูƒู„ ูƒุฑุจ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Dia akan menyelamatkannya dari segala beban di dunia dan akhirat. (Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masiir, 6/40. Mawqiโ€™ At Tafasir. Imam Al Mawardi, An Nukat wal โ€˜Uyun, 4/286. Mawqiโ€™ At Tafasir)

 Juga ada penjelasan dari Imam Abu Hasan An Naisaburi Rahimahullah yang cukup bagus:

ู…ู† ุงู„ุดุฏู‘ูŽุฉ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุฎุงุก ุŒ ูˆู…ู† ุงู„ุญุฑุงู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุญู„ุงู„ ุŒ ูˆู…ู† ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฌู†ู‘ูŽุฉ ุŒ ูŠุนู†ูŠ : ู…ู† ุตุจุฑ ุนู„ู‰ ุงู„ุถู‘ููŠู‚ ุŒ ูˆุงุชู‘ูŽู‚ู‰ ุงู„ุญุฑุงู… ุฌุนู„ ุงู„ู„ู‡ ู„ู‡ ู…ุฎุฑุฌุงู‹ ู…ู† ุงู„ุถู‘ููŠู‚ .

(jalan keluar) dari kesukaran menuju kelapangan, dari haram menuju halal, dari neraka menuju surga, yakni bagi orang yang bersabar atas himpitan hidup, dan dia menjauh dari hal yang haram, maka Allah akan jadikan untuknya jalan keluar dari kesempitannya itu. (Imam An Naisaburi, Al Wajiiz fi Tafsir Al Kitab Al โ€˜Aziz, Hal. 1013. Mawqiโ€™ At Tafasir)

6โƒฃ Rezeki (Ar Rizqu)

Ayat lanjutan dari ayat di atas adalah:

ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽุณูุจู โ€ฆ

  Dan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka olehnya โ€ฆ. (QS. Ath Thalaq (65): 3)

  Secara khusus, sebenarnya ayat-ayat ini menceritakan tentang perceraian dan rujuknya suami-isteri, sebagai bimbingan kepada mereka bagaimana cerai yang sesuai sunnah, seperti cerai ketika suci sebelum digauli, cerai ketika hamil, dan hendaknya disaksikan dua saksi yang adil. Cerai ketika haid adalah cerai terlarang, bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai cerai bidโ€™ah.

  Oleh karena itu, terkait dengan masalah perceraian,   sebagian ulama memaknai โ€œrezekiโ€ dalam ayat ini adalah wanita lain yang akan diperistri lagi, jika dia menjalankan perceraian dengan isterinya dengan cara yang baik.

  Imam Abu Hayyan Rahimahullah menyebutkan dalam Al Bahr:
ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุถุญุงูƒ : ู…ู† ุญูŠุซ ู„ุง ูŠุญุชุณุจ ุงู…ุฑุฃุฉ ุฃุฎุฑู‰

  Berkata Adh Dhahak: (rezeki) dari arah yang dia tidak sangka, yaitu wanita lainnya. (Imam Abu Hayyan, Al Bahr Al Muhith, 10/298. Mawqiโ€™ At Tafasir)

  Tentunya dalam konteks yang lebih luas dan makna yang lebih umum, makna rezeki tidak terbatas seperti itu. Wallahu Aโ€™lam

7โƒฃ  Kemudahan (Al Yusru)

Allah Taโ€™ala menyebutkan dalam ayatNya:

ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ูŠูุณู’ุฑู‹ุง

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath Thalaq (65): 4)
Yaitu Allah Taโ€™ala alan mudahkan baginya untuk kembali rujuk kepada isterinya.

Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:

ุฃูŠ : ู…ู† ูŠุชู‚ู‡ ููŠ ุงู…ุชุซุงู„ ุฃูˆุงู…ุฑู‡ ุŒ ูˆุงุฌุชู†ุงุจ ู†ูˆุงู‡ูŠู‡ ูŠุณู‡ู„ ุนู„ูŠู‡ ุฃู…ุฑู‡ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ . ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุถุญุงูƒ : ู…ู† ูŠุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ุŒ ูู„ูŠุทู„ู‚ ู„ู„ุณู†ุฉ ูŠุฌุนู„ ู„ู‡ ู…ู† ุฃู…ุฑู‡ ูŠุณุฑุงู‹ ููŠ ุงู„ุฑุฌุนุฉ . ูˆู‚ุงู„ ู…ู‚ุงุชู„ : ู…ู† ูŠุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ููŠ ุงุฌุชู†ุงุจ ู…ุนุงุตูŠู‡ ูŠุฌุนู„ ู„ู‡ ู…ู† ุฃู…ุฑู‡ ูŠุณุฑุงู‹ ููŠ ุชูˆููŠู‚ู‡ ู„ู„ุทุงุนุฉ

Yaitu: barangsiapa yang bertaqwa kepadaNya dalam menjalan perintahNya dan menjauhi laranganNya, akan dimudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Adh Dhahak berkata: barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka hendaknya dia  bercerai sesuai sunah,  itu akan menjadikan urusan rujuknya menjadi mudah. Sedangkan Muqatil mengatakan: barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dalam menjauhi maksiat kepadaNya, akan dijadikan mudah urusan  baginya untuk membimbingnya kepada ketaatan.  (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 7/241-242. Mawqiโ€™ At Tafasir)

Demikianlah hasil-hasilk yang akan Allah โ€˜Azza wa Jalla berikan kepada hamba-hambaNya yang bertaqwa. Wallahu Aโ€™lam

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

DO’AKAN, JANGAN CACI-MAKI DIA

๐Ÿ“† Rabu,  06 Rajab 1437H / 13 April 2016

๐Ÿ“š Motivasi

๐Ÿ“ Ustadz Farid Nu’man

 ๐Ÿ“‹ DO’AKAN, JANGAN CACI-MAKI DIA

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Mungkin kita pernah melihat wanita yang nampaknya bukan wanita baik-baik. Centil, menggoda, farfum menyengat, dan pakaiannya berukuran pun ala kadarnya.

Biasanya ada kebencian di hati dan menilainya sebagai wanita murahan. Namun, .. kebencian itu pun hanya berfungsi menunjukkan posisi kita terhadapnya, belum tentu menjadi  jalan keluar baginya. Mendoakannya tentu lebih baik dibanding memakinya.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menceritakan:

ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฒุจูŠุฑ ุจู† ุจูƒุงุฑ ุญุฏุซู†ุง ู…ุตุนุจ ุงู„ุฒุจูŠุฑูŠ ุญุฏุซู†ุง ุนุจุฏุงู„ุฑุญู…ู† ุจู† ุฃุจูŠ ุงู„ุญุณู† ู‚ุงู„ ุฎุฑุฌ ุฃุจูˆ ุญุงุฒู… ูŠุฑู…ูŠ ุงู„ุฌู…ุงุฑ ูˆู…ุนู‡ ู‚ูˆู… ู…ุชุนุจุฏูˆู† ูˆู‡ูˆ ูŠูƒู„ู…ู‡ู…
ูˆูŠุญุฏุซู‡ู… ูˆูŠู‚ุต ุนู„ูŠู‡ู… ูุจูŠู†ู…ุง ู‡ูˆ ูŠู…ุดูŠ ูˆู‡ู… ู…ุนู‡ ุฅุฐ ู†ุธุฑ ุฅู„ู‰ ูุชุงุฉ ู…ุณุชุชุฑุฉ ุจุฎู…ุงุฑู‡ุง ุชุฑู…ูŠ ุงู„ู†ุงุณ ุจุทุฑูู‡ุง ูŠู…ู†ุฉ ูˆูŠุณุฑุฉ ูˆู‚ุฏ ุดุบู„ุช ุงู„ู†ุงุณ ูˆู‡ู… ูŠู†ุธุฑูˆู† ุฅู„ูŠู‡ุง ู…ุจู‡ูˆุชูŠู† ูˆู‚ุฏ ุฎุจุท ุจุนุถู‡ู… ุจุนุถุง ููŠ ุงู„ุทุฑูŠู‚ ูุฑุขู‡ุง ุฃุจูˆ ุญุงุฒู… ูู‚ุงู„ ูŠุง ู‡ุฐู‡ ุงุชู‚ูŠ ุงู„ู„ู‡ ูุฅู†ูƒ ููŠ ู…ุดุนุฑ ู…ู† ู…ุดุงุนุฑ ุงู„ู„ู‡ ุนุธูŠู… ูˆู‚ุฏ ูุชู†ุช ุงู„ู†ุงุณ ูุงุถุฑุจูŠ ุจุฎู…ุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุฌูŠุจูƒ ูุฅู† ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆ ุฌู„ ูŠู‚ูˆู„ ูˆู„ูŠุถุฑุจู† ุจุฎู…ุฑู‡ู† ุนู„ู‰ ุฌูŠูˆุจู‡ู† ูุฃู‚ุจู„ุช ุชุถุญูƒ ู…ู† ูƒู„ุงู…ู‡ ูˆู‚ุงู„ุช ุฅู†ูŠ ูˆุงู„ู„ู‡
 ู…ู† ุงู„ู„ุงุก ู„ู… ูŠุญุฌุฌู† ูŠุจุบูŠู† ุญุณุจุฉ … ูˆู„ูƒู† ู„ูŠู‚ุชู„ู† ุงู„ุจุฑูŠุก ุงู„ู…ุบูู„ุง
 ูุงู‚ุจู„ ุฃุจูˆ ุญุงุฒู… ุนู„ู‰ ุฃุตุญุงุจู‡ ูˆู‚ุงู„ ุชุนุงู„ูˆุง ู†ุฏุนูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃู† ู„ุง ูŠุนุฐุจ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตูˆุฑุฉ ุงู„ุญุณู†ุงุก ุจุงู„ู†ุงุฑ ูุฌุนู„ ูŠุฏุนูˆ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ูŠุคู…ู†ูˆู†

Berkata Az Zubeir bin Bakkar, berkata kepadaku Mush’ab bin Az Zubeir, berkata kepadaku Abdurrahman bin Abil Hasan, dia berkata:

Abu Hazim keluar untuk melumpar jumrah dan  para ahli ibadah ikut bersamanya. Dia berbicara dan bercerita bersama mereka. Ketika mereka sedang berjalan, lewatlah seorang gadis menggunakan kerudung di kepalanya. saat itu manusia sedang melempar jumrah baik di sisi kanan dan kirinya, saat itu manusia sedang sibuk dengan aktifitasnya. Mereka (para ahli ibadah) memandang si wanita gadis itu sampai di antara mreka ada yang terpeleset di jalan. Maka, Abu Hazim memandang wanita itu dan berkata:

“Takutlah kamu kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di antara tempat manasik haji yang diagungkan Allah, sedangkan kamu telah menggoda manusia. julurkanlah kerudungmu sampai dadamu karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Hendaknya mereka menjulurkan kerudung mereka ke dada-dada mereka.”

Wanita itu malah tertawa, dan berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku ini termasuk  wanita yang tidak memakai hijab dengan sebuah alasan, tetapi aku ingin “membunuh” orang-orang yang hatinya lalai.”

Lalu, Abu Hazim menoleh ke para sahabatnya dan berkata: “Mari kita doa kepada Allah agar Dia tidak mengazab wanita cantik ini dengan api neraka.” Maka dia pun berdoa dan diaminkan oleh sahabat-sahabatnya.

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

๐Ÿ“š Imam Ibnul Qayyim, Raudhatul Muhibbin, Hal. 226. Th. 1992M-1412H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

๐Ÿƒ๐ŸŒป๐ŸŒด๐ŸŒบโ˜˜๐ŸŒท๐ŸŒพ๐ŸŒธ

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

Bisakah Anak Mengumrohkan Orang Tua yang Sudah Meninggal?

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab
โœUst. Farid Nu’man Hasan

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Assalamu’alaikum ustadz/ah…mau tanya ttg umroh ,apa bisa anak mengumrohkan orang tua yg meninggal?
๐Ÿ…ฐ2โƒฃ1โƒฃ

๐ŸŒด๐ŸŒฟJawaban๐ŸŒด๐ŸŒฟ

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d:

Sebagian ulama mengatakan umrah adalah haji juga yaitu haji kecil, seperti yang dikatakan ‘Atha, Asy Sya’biy, Mujahid, Abdullah bin Syadaad, dan Az Zuhri. (Tafsir Ath Thabari, 14/129-130)

Sehingga masalah badal umrah ini sama halnya dengan badal haji, karena kemiripannya.

Secara khusus, ada hadits yang memang menyebutkan badal umrah:
Dari Abu Razin Al ‘Uqailiy, dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu bertanya:

ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฅู† ุฃุจูŠ ุดูŠุฎ ูƒุจูŠุฑ ู„ุง ูŠุณุชุทูŠุน ุงู„ุญุฌ ูˆ ู„ุง ุงู„ุนู…ุฑุฉ ูˆ ู„ุง ุงู„ุธุนู† : ู‚ุงู„ ( ุญุฌ ุนู† ุฃุจูŠูƒ ูˆุงุนุชู…ุฑ )

Wahai Rasulullah, ayahku sudah sangat tua, tidak mampu haji, umrah, dan perjalanan.
Beliau bersabda:
      “Haji dan umrahlah    untuk.”
(HR. Ibnu Majah No. 2906, At Tirmidzi No. 930, An Nasa’i No.  2637, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 8895, dll. Imam At Tirmidzi mengatakan:  hasan shahih. Dishahihkan pula oleh Imam Al Hakim, dalam Al Mustadrak, 1/481, dan disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani, Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dll)

Namun pembolehannya ini terikat syarat, yaitu:

1. Yang dibadalkan memang sudah wafat, atau fisik tidak memungkinkan, bukan karena menghindari antrean haji.

2. Yang membadalkan sudah haji atau umrah juga, inilah pendapat mayoritas ulama.

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

ุดุฑุท ุงู„ุญุฌ ุนู† ุงู„ุบูŠุฑ ูŠุดุชุฑุท ููŠู…ู† ูŠุญุฌ ุนู† ุบูŠุฑู‡ุŒ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ู‚ุฏ ุณุจู‚ ู„ู‡ ุงู„ุญุฌ ุนู† ู†ูุณู‡.

“Disyaratkan bagi orang yang menghajikan orang lain, bahwa dia harus sudah haji untuk dirinya dulu.โ€ (Ibid, 1/638)

Hal ini berdasarkan pada hadits berikut:
ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู
ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุณูŽู…ูุนูŽ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ู„ูŽุจู‘ูŽูŠู’ูƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุฎูŒ ู„ููŠ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูŽุฑููŠุจูŒ ู„ููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฌูŽุฌู’ุชูŽ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูุฌู‘ูŽ ุนูŽู† ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุญูุฌู‘ูŽ ุนูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉูŽ

Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam mendengar seorang laki-laki berkata: โ€œLabbaika dari Syubrumah.โ€ Rasulullah bertanya: :โ€Siapa Syubrumah?โ€ laki-laki itu menjawab: โ€œDia adalah saudara bagiku, atau teman dekat saya.โ€ Nabi bersabda: โ€œEngkau sudah berhaji?โ€ Laki-laki itu menjawab: โ€œBelum.โ€  Nabi bersabda: โ€œBerhajilah untuk dirimu dahulu kemudian berhajilah untuk Syubrumah.โ€  (HR. Abu Daud No. 1813, Imam Al Baihaqi mengatakan: isnadnya shahih. Lihat Al Muharar fil Hadits, No. 665)

Hadits ini menjadi pegangan mayoritas ulama, bahwa orang yang ingin mewakilkan haji orang lain, di harus sudah berhaji untuk dirinya dahulu.

Berkata Imam Abu Thayyib Rahimahullah:

ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒ ู„ูู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุญูุฌู‘ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณู‡ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญูุฌู‘ ุนูŽู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู‡ ูˆูŽุณูŽูˆูŽุงุก ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูุณู’ุชูŽุทููŠุนู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑ ู…ูุณู’ุชูŽุทููŠุน ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุขู„ู‡ ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽูู’ุตูู„ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุณูŽู…ูุนูŽู‡ู ูŠูู„ูŽุจู‘ููŠ ุนูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉูŽ ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉ ุงู„ู’ุนูู…ููˆู… ุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ . ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุซู‘ูŽูˆู’ุฑููŠู‘ : ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูุฌู’ุฒูุฆู ุญูŽุฌู‘ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุญูุฌู‘ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณู‡ ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽุถูŽูŠู‘ูŽู‚ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู .

Menurut zhahir hadits ini, tidak dibolehkan orang yang belum menunaikan haji untuk diri sendiri menghajikan untuk orang lain. Sama saja, apakah orang tersebut mampu atau tidak mampu, sebab Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tidak merinci keadaan laki-laki yang telah beliau dengar menjawab panggilan dari Syubrumah, sehingga hal itu menunjukkan keadaan yang umum, Inilah madzhab Asy Syafiโ€™i. Sementara Ats Tsauri berkata: โ€œBahwa boleh saj orang yang belum haji, dia menghajikan orang lain selama tidak menyulitkannya.โ€  (โ€˜Aun Maโ€™bud, 5/174
Demikian. Wallahu a’lam

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผSebarkan! Raih Pahala…

Haramkah Demokrasi?

๐Ÿ‘ณ๐ŸฝUstadz Menjawab
โœ’Ust. Farid Nu’man Hasan
==========================
๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ

Assalaam’alaikum wrwb.
Afwan di group sebelah ada yg posting tulisan/artikel dibawah ini ๐Ÿ‘‡
Pertanyaan saya, bagaimana pandangan ustadz/ustadzah Manis tentang hal tersebut, sebab notabene saat ini banyak organisasi islam yg berjuang menegakkan khilafah dengan sarana Demokrasi.

Berikut artikelnya ๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡:

“Salut sama Ketua Umum MUI KH. Achef Noor Mubarak..
pikirannya jauh ke depan , bukan hanya mikirin halal haramnya suatu produk (madaniyah) tapi juga mikirin haram atau halalnya sebuah ideologi peradaban (Hadlarah) ๐Ÿ™‚ ^___^

Ketum MUI Tasikmalaya: Allah Melaknat Penegak Demokrasi.

Dalam bincang-bincangnya di aplikasi whatsapp grup MUI Tasikmalaya beberapa hari yang lalu, K.H. Achef Noor Mubarak (Ketua umum MUI Kota Tasikmalaya) menyampaikan haramnya demokrasi kepada anggota grup lain dalam dialog berbahasa arab.

Dalam dialog tersebut tampak K.H. Irvan Hilmi (Ponpes Bahrul Ulum Kota Awipari) bertanya tentang bagaimana sikap kita terhadap sistem politik dewasa ini.
Berikut kutipan dialog tersebut:

K.H. Achef (ketum MUI Kota Tasikmalaya) :
 ู„ุนู†ู‡ ุงู„ู„ู‡ ู„ู…ู† ุทุจู‚ ุงู„ุฏูŠู…ู‚ุฑุงุทูŠุฉ ูˆู…ู† ุชุจุนู‡ ุจุนุฏ ุธู‡ูˆุฑ ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุงุณู„ุงู…ูŠุฉ ู„ุงู†ู‡ุง ุชู‡ุงุฌู… ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ูˆุชุธู„ู… ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุชุฎุงุฏุน ุงู„ุชุงุณ ุนุงู…ุฉ ูˆุชุธู‡ุฑ ุงู„ูุณุงุฏ ูู‰ ุงู„ุจุฑ ูˆุงู„ุจุญุฑ ูˆุชูˆุฑุซ ุงู„ูู‚ุฑ ูู‰ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุฎู„ูˆุฏ ูู‰ ุงู„ู†ุงุฑ ูˆุชุฏุนูˆ ุนุฐุงุจ ุงู„ู„ู‡

Allah melaknat siapapun yang menerapkan demokrasi juga mereka yang mengikutinya setelah datang syari’at Islam, karena demokrasi menyerang syari’ah dan pola hidup umat Islam, menipu manusia secara umum dan menimbulkan kerusakan di daratan dan di lautan, juga mewariskan kefaqiran di dunia dan keabadian di neraka serta menantang adzab Allah.

K.H. Irvan Hilmi (Ponpes Bahrul Ulum Awipari) :
 ูˆู…ุงุฐุง ู†ูุนู„ ุŸ ู‡ู„ ุงู„ุงุจุชุนุงุฏ ุนู† ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ู‡ูˆ ุงู„ุญู„ ุŸ ุงุฐุง ูƒุงู†ุช ุงู„ุณูŠุงุณูŠุฉ ู‡ูŠ ุงู„ุณุจูŠู„ ุงู„ูˆุญูŠุฏ ู„ู„ูˆุตูˆู„ ุงู„ู‰ ุงู„ุณูŠุงุฏุฉ ู…ุงุฐุง ุจูˆุณุนู†ุง ุงู† ู†ุชุฎุฐ ุบูŠุฑ ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ุงู„ุฑุงู‡ู†ุฉ ุจุฏูŠู„ุง ุŸ

Lalu apa yang kita lakukan? Apakah harus menjauhi politik? Jika politik adalah jalan satu-satunya menuju kedaulatan, apakah kita bisa mengambil politik selain politik seperti sekarang ini?

K.H. Achef :
 ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ู„ูŠุณุช ุจุงู„ุฏูŠู…ูˆู‚ุฑุงุทูŠุฉ ูˆุญุฏู‡ุง ุงุฐู† ุงู„ู‰ ุงูŠ ู…ุงุฐุง ู†ุญู† ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ู†ุณุนูŠ ุจุงู„ูˆู‚ุงุฑ ูˆููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ู‚ุฑุงุฑ ู…ุง ุฏู…ู†ุง ู†ุจุซุนุฏ ุนู† ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุงุณู„ุงู…ูŠุฉ ุงู„ูƒุงูุฉ

Politik itu bukan satu-satunya dengan demokrasi. Jadi,kita ummat Islam akan berjalan dengan berwibawa dan dimasukkan ke dalam jannah selama kita tidak berpaling dari (perjuangan menerapkan) syari’at Islam secara kaaffah.

Demikian, mohon penjelasan ustadz/ustadzah.
Jazakumullaahu khairan. – A13-

==============================
๐ŸŒท Jawaban

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:

Itu adalah pendapat seseorang yang bisa diterima atau bisa ditolak. Semua tergantung sudut pandang terhadap demokrasi.

๐Ÿ“Œ Tidak ada yang mengingkari bahwa Demokrasi berasal dari luar Islam.

๐Ÿ“Œ Dahulu maknanya adalah pemerintahan rakyat (demos-kratos), di mana kedaulatan tertinggi di tangan rakyat. Jika seperti ini maka bertentangan dengan Islam, sebab kedaulatan tertinggi di tangan Allah Ta’ala.

๐Ÿ“ŒSaat ini, kata Syaikh Taufiq Yusuf Al Wa’iy, makna demokrasi telah menjadi lebih dari 300 makna. Masing-masing negara, masing-masing pemikir memiliki definisinya sendiri.

๐Ÿ“ŒIndonesia pun demokrasinya macam-macam, dengan makna yang juga tidak sama; demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila.

๐Ÿ“ŒOleh karena itu, ketika definisi tidak ada yang baku dan disepakati, maka tidak bisa digebyah uyah keharamannya. Ketika sebuah air di gelas, tidak diketahui khamrkah, atau sirup, teh, .., maka tidak bisa langsung dihukumi haram. Definisi adalah pokok, sedangkan hukum darinya merupakan cabangnya. Cabang tidak akan muncul jika pokoknya belum ada. Oleh karena itu bara’atul ashliyah, kembali ke hukum awal.

๐Ÿ“Œ Jika demokrasi dilarang karena berasal dari negeri kafir, maka dia hanya sebuah alat perjuangan, bukan idiologi hidup, itu saja jangan sampai dilebihkan.

๐Ÿ“Œ Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah menggunakan khandaq ketika perang Ahzab  yang merupakan peradaban Persia yang Majusi. Nabi pun pernah menggunakan stempel dalam surat da’wahnya ke raja-raja kafir, karena mengikuti mereka saat itu.

๐Ÿ“Œ Pembagian MADANIYAH dan HADHARAH adalah pembagian muhdats (baru), tidak ditemui dalam kitab-kitab para ulama. Jika dikatakan itu adalah ijtihad, maka yang lain pun juga berijtihad.

๐Ÿ“Œ Ulama bukan hanya Kiayi yang melaknat Demokrasi itu, dan itu tidak mewakili MUI mana pun kecuali dirinya sendiri dan yang semisal.  Justru MUI mengharamkan golput. Maka, ini merupakan menyempal dari MUI secara umum.

๐Ÿ“ŒUlama bukan hanya yang mengharamkan demokrasi,  ulama yang membolehkan memanfaatkan demokrasi pun juga banyak. Syaikh Al Qaradhawi, Syaikh Ahmad Raisuni, Syaikh Abdul Karim Zaidan, Syaikh Abdul Majid Az Zindani, Syaikh Ali Jum’ah, Syaikh Ahmad Thayyib, Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Salim Bahsanawi, Syaikh Khalid Muhammad Khalid,  dan lainnya, belum lagi para ulama sejak masa MASYUMI sampai saat ini. Tentunya mereka bukan orang bodoh, mereka adalah guru para ulama, dan apakah kesesatan ini luput begitu saja dari mereka?

๐Ÿ“ŒSuara terbanyak tidak selalu salah dalam Islam. Oleh karena itu, ada istilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

๐Ÿ“ŒPenentuan lokasi ghazwah Uhud, juga diputuskan suara terbanyak para pemuda saat itu

๐Ÿ“ŒPenyikapan terhadap tawanan Badar, juga mengikuti suara terbanyak yaitu pendapat Abu  Bakar, walau Allah Ta’ala membenarkan pendapat Umar.

๐Ÿ“Œ Ini menunjukkan bahwa, suara terbanyak bisa salah.  Ini juga menunjukkan bahwa sebagai sebuah mekanisme, suara terbanyak pernah ada pada masa awal Islam dan itu tidak terlarang

๐Ÿ“ŒJika Anda katakan, jangan samakan suara terbanyak para sahabat nabi dengan manusia saat  ini, maka jawabnya: manusianya memang tidak sama, dan tabiin pun tidak sama dengan mereka, bahkan sampai kapan pun tidak akan sama,  tapi mekanismenya yang sama. Itulah yang dibahas, bukan sedang membahas orangnya.

๐Ÿ“ŒMenang kalah ditentukan oleh suara terbanyak, bukan kebenaran, salah pun bisa menang jika dianut banyak orang. Itulah keluhan kita. Maka, yang kita lakukan adalah menshalihkan suara terbanyak itu. Da’wah mesti jalan terus agar suara mayoritas adalah suara orang-orang baik. Sehingga kalah atau menang, maka yang menang shalih dan yang kalah juga shalih.

๐Ÿ“Œ Islam membenci pemimpin diktator, banyak hadits yang mengancamnya, bahkan pemimpin yg  dibenci oleh kaumnya shalatnya tidak diterima. Demokrasi juga menolak otoritarianisme kepemimpinan.

๐Ÿ“ŒTapi, kita akui tidak sama antara Islam dengan Demokrasi yang di kenal Barat.

๐Ÿ“ŒBarat itu demokrasi dengan kebebasan sebebas-bebasnya, Islam mengakui kebebasan tapi terikat syariat.

๐Ÿ“ŒBarat itu demokrasi yang duniawi saja, Islam memandang semua perilaku manusia ada tanggungjawab akhirat, sehingga tidak ada menghalalkan segala cara.

๐Ÿ“Œ Jika disederhanakan, bahwa demokrasi adalah mekanisme memilih pemimpin atau majelis niyabah (perwakilan), maka banyak ulama hari ini yang membolehkannya.

๐Ÿ“Œ Fatwa-fatwa Ulama Tentang Pemilu

1. Asy Syaikh Dr. Abdullah Al-Faqih Hafizhahullah.
Beliau ditanya tentang hukum mencalonkan diri dalam parlemen untuk maslahat kaum muslimin, dan hukum memilih partai sekuler, Beliau menjawab:

ูุฅู†ู‡ ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุงู„ุชุนุงูˆู† ู…ุน ุงู„ุฃุญุฒุงุจ ุงู„ุนู„ู…ุงู†ูŠุฉ ูˆุงู„ุดูŠูˆุนูŠุฉุŒ ู„ู…ุง ุชุนุชู‚ุฏู‡ ู…ู† ุฃููƒุงุฑ ุฅู„ุญุงุฏูŠุฉุŒ ูุฅู† ุงู„ุชุฑุฌู…ุฉ ุงู„ุตุญูŠุญุฉ ู„ู„ุนู„ู…ุงู†ูŠุฉ ู‡ูŠ: ุงู„ู„ุงุฏูŠู†ูŠุฉ ุฃูˆ ุงู„ุฏู†ูŠูˆูŠุฉุŒ ูˆู…ุฏู„ูˆู„ ุงู„ุนู„ู…ุงู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡ ูŠุนู†ูŠ ุนุฒู„ ุงู„ุฏูŠู† ุนู† ุงู„ุฏูˆู„ุฉ ูˆุญูŠุงุฉ ุงู„ู…ุฌุชู…ุนุŒ ูƒู…ุง ุฃู† ู…ุนู†ู‰ ุงู„ุดูŠูˆุนูŠุฉ ูŠู‚ูˆู… ุนู„ู‰ ุฃุณุงุณ ุชู‚ุฏูŠุณ ุงู„ู…ุงุฏุฉุŒ ูˆุฃู†ู‡ุง ุฃุณุงุณ ูƒู„ ุดูŠุกุŒ ูƒู…ุง ุฃู†ู‡ ู…ุฐู‡ุจ ููƒุฑูŠ ูŠู‚ูˆู… ุนู„ู‰ ุงู„ุฅู„ุญุงุฏุŒ ูˆุนุฏู… ุงู„ุงุนุชุฑุงู ุจุฑุจ ุงู„ุฃุฑุถ ูˆุงู„ุณู…ุงูˆุงุชุŒ ุฃู…ุง ุนู† ุฏุฎูˆู„ ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ุงู„ู†ูŠุงุจูŠุฉ ุนู† ุทุฑูŠู‚ ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ูˆุบูŠุฑู‡ุงุŒ ูุงู„ุฃุตู„ ุฃู† ู†ูุน ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุจุฃูŠ ูˆุณูŠู„ุฉ ู„ุง ุชุคุฏูŠ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฅุซู… ุฃู…ุฑ ู…ุดุฑูˆุน ููŠ ุงู„ุฌู…ู„ุฉุŒ ูู…ู† ูƒุงู†ุช ู†ูŠุชู‡ ุจุงู„ุชุฑุดูŠุญ ู„ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ุฎุฏู…ุฉ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุชุญุตูŠู„ ุญู‚ูˆู‚ู‡ู…ุŒ ูู„ุง ู†ุฑู‰ ู…ุงู†ุนุงู‹ ู…ู† ุฐู„ูƒุŒ ูˆู‚ุฏ ุจูŠู†ุง ุฐู„ูƒ ุจุฅุฐู† ุงู„ู„ู‡ ููŠ ุงู„ูุชูˆู‰ ุฑู‚ู…:

Tidak boleh bekerjasama dengan partai-partai sekuler dan komunis, karena dasar pemikiran mereka adalah anti Tuhan. Penjelasan yang benar tentang sekulerisme adalah anti agama, dan yang disepakati tentang sekulerisme adalah menghapuskan agama dari negara dan kehidupan masyarakat. Sebagaimana makna komunisme yang merupakan pemikiran yang didasari sikap pemujaan kepada materi, dan materialisme merupakan pondasi semuanya, sama halnya dengan pemikiran yang ditegakkan oleh atheis, yang menghilangkan sama sekali pengakuan atas adanya Tuhannya bumi dan langit.

Ada pun masuk ke dalam majelis perwakilan (parlemen) melalui jalan pemilu dan selainnya, maka pada dasarnya melahirkan manfaat bagi kaum muslimin dengan cara apa saja yang tidak membawa pada dosa, itu merupakan cara yang diperintahkan syariat secara umum. Maka, siapa saja yang niat pencalonannya adalah untuk melayani kaum muslimin dan mengambil hak-hak mereka, maka kami memandang hal itu tidak terlarang. Kami telah jelaskan hal ini, dengan izin Allah, dalam fatwa No. 5141. (Fatawa Asy-Syabakah Al-Islamiyah,1/565)

Beliau juga menasihati agar tidak sembarang memakai fatwa ulama sebuah negara untuk keadaan di negara lain, khususnya tentang larangan ikut serta dalam pemilu, karena masing-masing negara punya keadaan yang tidak sama. Maka, adalah hal aneh memaksakan pendapat ulama yang mengharamkan pemilu di negerinya, untuk diberlakukan disemua negara muslim. Dalam masalah ini dibutuhkan pemahaman tahqiqul manath, kecerdasan berfiqih, bukan asal comot fatwa ulama, sebagaimana yang dilakukan banyak para pemuda yang semangat beragama, tapi mereka laksana Ar-Ruwaibidhah
zaman ini. Ar-Ruwaibidhah adalah orang bodoh tapi sok membicarakan urusan orang banyak.

Asy Syaikh mengatakan:

ู„ุฃู† ู…ุจู†ู‰ ุงู„ุฃู…ุฑ ุนู†ุฏุฆุฐ ุนู„ู‰ ูู‚ู‡ ุงู„ู…ุตุงู„ุญ ูˆุงู„ู…ูุงุณุฏุŒ ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ู…ู† ูƒู„ ุจู„ุฏ ู‡ู… ุฃู‚ุฏุฑ ุงู„ู†ุงุณ ุนู„ู‰ ุชู‚ุฏูŠุฑ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ูˆุฑุŒ ูุฅู†ู‡ู… ุฃุฏุฑู‰ ุจู…ู„ุงุจุณุงุช ุจู„ุงุฏู‡ู… ูˆุฃุญูˆุงู„ู‡ุง

Dikarenakan masalah ini dibangun atas dasar pemahaman maslahat dan mafsadat (kerusakan), dan setiap ulama di masing-masing negara adalah pihak yang paling tahu tentang ukuran hal-hal tersebut (maslahat dan mafsadat), dan mereka juga mengetahui keadaan negerinya dan hal-hal seputarnya. (Ibid, 7/4)

2. Asy Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khudhairi (Ulama Saudi, Anggota Haiโ€™ah At Tadris di Universitas Islam Imam Muhammad bin Suโ€™ud, Riyadh.
Beliau ditanya tentang kaum muslimin yang tinggal di Barat, bolehkah ikut pemilu di sana yang nota bene calon-calonnya adalah kafir.

ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ุงู„ุฐูŠู† ูŠุนูŠุดูˆู† ููŠ ุจู„ุงุฏ ุบูŠุฑ ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ูŠุฌูˆุฒ ู„ู‡ู… ุนู„ู‰ ุงู„ุตุญูŠุญ ุงู„ู…ุดุงุฑูƒุฉ ููŠ
ุงู†ุชุฎุงุจ ุฑุฆูŠุณ ู„ู„ุจู„ุงุฏ ุฃูˆ ุงู†ุชุฎุงุจ ุฃุนุถุงุก ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ุงู„ู†ูŠุงุจูŠุฉ ุฅุฐุง ูƒุงู† ุฐู„ูƒ ุณูŠุญู‚ู‚ ู…ุตู„ุญุฉ ู„ู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุฃูˆ ูŠุฏูุน ุนู†ู‡ู… ู…ูุณุฏุฉุŒ ูˆูŠุญุชุฌ ู„ุฐู„ูƒ ุจู‚ูˆุงุนุฏ ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุนุงู…ุฉ ุงู„ุชูŠ ุฌุงุกุช ุจุชุญู‚ูŠู‚
ุงู„ู…ุตุงู„ุญ ูˆุฏุฑุก ุงู„ู…ูุงุณุฏุŒ ูˆุงุฎุชูŠุงุฑ ุฃู‡ูˆู† ุงู„ุดุฑูŠู†ุŒ ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ู‡ู†ุงูƒ ุฃู† ูŠู‚ูˆู…ูˆุง ุจุชู†ุธูŠู…
ุฃู†ูุณู‡ู… ูˆุชูˆุญูŠุฏ ูƒู„ู…ุชู‡ู… ู„ูƒูŠ ูŠูƒูˆู† ู„ู‡ู… ุชุฃุซูŠุฑ ูˆุงุถุญ ูˆุญุถูˆุฑ ูุงุนู„ ูŠุคุฎุฐ ููŠ ุงู„ุญุณุจุงู† ุนู†ุฏ
ุงุชุฎุงุฐ ุงู„ู‚ุฑุงุฑุงุช ุงู„ู‡ุงู…ุฉ ุงู„ุชูŠ ุชุฎุต ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ููŠ ุชู„ูƒ ุงู„ุจู„ุงุฏ ุฃูˆ ุบูŠุฑู‡ุง.

Kaum muslimin yang tinggal di negeri non-muslim, menurut pendapat yg benar adalah boleh berpartisipasi dalam pemilihan presiden di berbagai negara, atau memilih anggota majelis perwakilan jika hal itu dapat menghasilkan maslahat bagi kaum muslimin atau mencegah kerusakan bagi mereka. Dan, hujjah dalam hal ini adalah adanya berbagai kaidah syariat umum yang memang mendatangkan berbagai maslahat dan mencegah berbagai kerusakan, dan memilih yang lebih ringan di antara dua keburukan, dan mestilah bagi kaum muslimin di sana mengatur diri mereka, menyatukan kalimat mereka, agar mereka memperoleh pengaruh yang jelas. Kehadiran mereka bisa memberikan kontribusi atas berbagai keputusan-keputusan penting khususnya bagi kaum muslimin di negeri itu dan lainnya. (Fatawa Istisyarat Al-Islam Al-Yaum, 4/506)

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah.
Beliau ditanya tentang pemilu di Kuwait, yang diikuti oleh para aktifis Islam, Beliau menjawab:

ุฃู†ุง ุฃุฑู‰ ุฃู† ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ูˆุงุฌุจุฉ, ูŠุฌุจ ุฃู† ู†ุนูŠู† ู…ู† ู†ุฑู‰ ุฃู† ููŠู‡ ุฎูŠุฑุงู‹, ู„ุฃู†ู‡ ุฅุฐุง ุชู‚ุงุนุณ ุฃู‡ู„ ุงู„ุฎูŠุฑ ู…ู† ูŠุญู„ ู…ุญู„ู‡ู…ุŸ ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุฑ, ุฃูˆ ุงู„ู†ุงุณ ุงู„ุณู„ุจูŠูˆู† ุงู„ุฐูŠู† ู„ูŠุณ ุนู†ุฏู‡ู… ู„ุง ุฎูŠุฑ ูˆู„ุง ุดุฑ, ุฃุชุจุงุน ูƒู„ ู†ุงุนู‚, ูู„ุงุจุฏ ุฃู† ู†ุฎุชุงุฑ ู…ู† ู†ุฑุงู‡ ุตุงู„ุญุงู‹
ูุฅุฐุง ู‚ุงู„ ู‚ุงุฆู„: ุงุฎุชุฑู†ุง ูˆุงุญุฏุงู‹ ู„ูƒู† ุฃุบู„ุจ ุงู„ู…ุฌู„ุณ ุนู„ู‰ ุฎู„ุงู ุฐู„ูƒ, ู†ู‚ูˆู„: ู„ุง ุจุฃุณ, ู‡ุฐุง ุงู„ูˆุงุญุฏ ุฅุฐุง ุฌุนู„ ุงู„ู„ู‡ ููŠู‡ ุจุฑูƒุฉ ูˆุฃู„ู‚ู‰ ูƒู„ู…ุฉ ุงู„ุญู‚ ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ู…ุฌู„ุณ ุณูŠูƒูˆู† ู„ู‡ุง ุชุฃุซูŠุฑ

Saya berpendapat, bahwa mengikuti pemilu adalah wajib, wajib bagi kita memberikan pertolongan kepada orang yang kita nilai memiliki kebaikan, sebab jika orang-orang baik tidak ikut serta, maka siapa yang menggantikan posisi mereka? Orang-orang buruk, atau orang-orang yang tidak jelas keadaannya, orang baik bukan, orang jahat juga bukan, yang asal ikut saja semua ajakan. Maka, seharusnya kita memilih orang-orang yang kita pandang adanya kebaikan. Jika ada yang berkata: โ€œKita memilih satu orang tetapi kebanyakan seisi majelis adalah orang yang menyelesihinya.โ€ Kami katakan: โ€œTidak apa-apa, satu orang ini jika Allah jadikan pada dirinya keberkahan, dan dia bisa menyatakan kebenaran di majelis tersebut, maka itu akan memiliki dampak baginya.โ€ (Liqa Bab Al-Maftuuh kaset No. 211)

4. Syaikh Abdul Muhsin Al-Ubaikan Hafizhahullah.
Beliau ditanya tentu ikut memberikan suara dalam pemilu sebagai berikut:

ุงู„ุณุคุงู„ : ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡ ูƒูŠู ุญุงู„ูƒ ูŠุงุดูŠุฎ ูŠุง ุดูŠุฎ ุนู†ุฏูŠ ุณุคุงู„ ูˆู‡ูˆ ููŠู…ุง ูŠุชุนู„ู‚ ุจุงู„ุฅู†ุชุฎุงุจุงุช ู‡ู„ ู†ู†ุชุฎุจ ุฃูˆ ู„ุง ูˆุฃุฑุฌูˆ ุงู† ุชูˆุถุญูˆ ู„ูŠ ู…ุฑููˆู‚ูŠู† ุจุงู„ุฏู„ูŠู„ ุฃูุชูˆู†ูŠ ู…ุฃุฌูˆุฑูŠู† ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ูˆุงุฑุฌูˆ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ููŠ ุงู‚ุฑุจ ูˆู‚ุช ู„ุฃู†ู‡ุง ู„ุง ุชุจู‚ู‰ ุนู„ูŠู‡ุง ุฅู„ุง 7 ุฃูŠุงู… ูู‚ุท ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡
ุงู„ุฅุฌุงุจุฉ:
ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡. ุงู„ุฏุฎูˆู„ ููŠ ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ู…ุทู„ูˆุจ ุญุชู‰ ู„ุง ูŠุฃุชูŠ ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุฑ ููŠุณุชุบู„ูˆู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ู†ุงุตุจ ู„ุจุซ ุดุฑูˆุฑู‡ู… ูˆู‡ุฐุง ู…ุง ูŠูุชูŠ ุจู‡ ุณู…ุงุญุฉ ุงู„ุดูŠุฎ ุงุจู† ุจุงุฒ ูˆุงู„ุนู„ุงู…ุฉ ุงู„ุดูŠุฎ ุงุจู† ุนุซูŠู…ูŠู† ุฑุญู…ู‡ู… ุงู„ู„ู‡

Pertanyaan: Assalamu โ€˜Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh. Apa kabar Syaikh, Ya Syaikh saya ada pertanyaan terkait pemilu, apakah kita mesti ikut pemilu? Saya harap Anda menjelaskan  dengan dalil-dalil, semoga Allah Taโ€™ala memberikan pahala-Nya. Was Salamu โ€˜Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Jawaban:
Wa โ€˜AlaikumSalam wr wb.
Berpartisipasi dalam pemilu adalah suatu hal yang dituntut untuk dilakukan supaya orang yang jahat tidak bisa menjadi anggota dewan untuk menyebarluaskan kejahatan mereka. Inilah yang difatwakan oleh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaiminโ€. (Sumber:http://al-obeikan.com/show_fatwa/619.html)

5. Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah.
Al Lajnah Ad-Daimah
adalah lembaga fatwa kerajaan Arab Saudi, fatwa ini dikeluarkan ketika masih diketuai oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
Rahimahullah. Mereka ditanya tentang hukum ikut pemilu di sebuah negeri yang negaranya tidak memakai hukum Allah Taโ€™ala. Mereka menjawab:

ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ู„ู„ู…ุณู„ู… ุฃู† ูŠุฑุดุญ ู†ูุณู‡ ุฑุฌุงุก ุฃู† ูŠู†ุชุธู… ููŠ ุณู„ูƒ ุญูƒูˆู…ุฉ ุชุญูƒู… ุจุบูŠุฑ ู…ุง ุฃู†ุฒู„ ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆุชุนู…ู„ ุจุบูŠุฑ ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ุŒ ูู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ู„ู…ุณู„ู… ุฃู† ูŠู†ุชุฎุจู‡ ุฃูˆ ุบูŠุฑู‡ ู…ู…ู† ูŠุนู…ู„ูˆู† ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุญูƒูˆู…ุฉุŒ ุฅู„ุง ุฅุฐุง ูƒุงู† ู…ู† ุฑุดุญ ู†ูุณู‡ ู…ู† ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆู…ู† ูŠู†ุชุฎุจูˆู† ูŠุฑุฌูˆู† ุจุงู„ุฏุฎูˆู„ ููŠ ุฐู„ูƒ ุฃู† ูŠุตู„ูˆุง ุจุฐู„ูƒ ุฅู„ู‰ ุชุญูˆูŠู„ ุงู„ุญูƒู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุนู…ู„ ุจุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ุŒ ูˆุงุชุฎุฐูˆุง ุฐู„ูƒ ูˆุณูŠู„ุฉ ุฅู„ู‰ ุงู„ุชุบู„ุจ ุนู„ู‰ ู†ุธุงู… ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุนู„ู‰ ุฃู„ุง ูŠุนู…ู„ ู…ู† ุฑุดุญ ู†ูุณู‡ ุจุนุฏ ุชู…ุงู… ุงู„ุฏุฎูˆู„ ุฅู„ุง ููŠ ู…ู†ุงุตุจ ู„ุง ุชุชู†ุงูู‰ ู…ุน ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ.

Tidak boleh bagi seorang muslim mencalonkan dirinya, dengan itu dia ikut dalam sistem pemerintahan yang tidak menggunakan hukum Allah, dan menjalankan bukan syariat Islam. Maka tidak boleh bagi seorang muslim memilihnya atau selainnya yang bekerja untuk pemerintahan seperti ini, KECUALI jika orang yang mencalonkan diri itu berasal dari kaum muslimin dan para pemilih mengharapkan masuknya dia ke dalamnya sebagai upaya memperbaiki agar dapat berubah menjadi pemerintah yang berhukum dengan syariat Islam, dan mereka menjadikan hal itu sebagai cara untuk mendominasi sistem pemerintahan tersebut. Hanya saja orang yang mencalonkan diri tersebut, setelah dia terpilih tidaklah menerima jabatan kecuali yang sesuai saja dengan syariat Islam. (Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah No. 4029, ditanda tangani oleh Syaikh bin Baaz, Syaikh Abdurrazzaq โ€˜Afifi, Syaikh Abdullah Ghudyan, Syaikh Abdullah bin Quโ€™ud)

6. Fatwa Al-Majmaโ€™ Al-Fiqhi Al-Islami, dalam pertemuan ke 19 Rabithah โ€˜Alam Islami, di Mekkah Pada 22-17 Syawwal 1428H (3-8 November 2007M).
Mereka menelurkan fatwa bahwa hukum pemilu tergantung keadaan di sebuah Negara, di antaranya:

 ู…ุดุงุฑูƒุฉ ุงู„ู…ุณู„ู… ููŠ ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ู…ุน ุบูŠุฑ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ููŠ ุงู„ุจู„ุงุฏ ุบูŠุฑ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ู…ู† ู…ุณุงุฆู„ ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ุงู„ุดุฑุนูŠุฉ ุงู„ุชูŠ ูŠุชู‚ุฑุฑ ุงู„ุญูƒู… ููŠู‡ุง ููŠ ุถูˆุก ุงู„ู…ูˆุงุฒู†ุฉ ุจูŠู† ุงู„ู…ุตุงู„ุญ ูˆุงู„ู…ูุงุณุฏุŒ ูˆุงู„ูุชูˆู‰ ููŠู‡ุง ุชุฎุชู„ู ุจุงุฎุชู„ุงู ุงู„ุฃุฒู…ู†ุฉ ูˆุงู„ุฃู…ูƒู†ุฉ ูˆุงู„ุฃุญูˆุงู„.

Partisipasi seorang muslim dalam pemilu bersama non-muslim di negeri non-muslim, termasuk  permasalahan As-Siyasah Asy Syarโ€™iyah yang ketetapan hukumnya didasarkan sudut pandang pertimbangan antara maslahat dan kerusakan, dan fatwa tentang masalah ini berbeda-beda sesuai perbedaan zaman, tempat, dan situasi. (selesai kutipan)

Jadi, tidak benar memutlakan keharamannya, sebagaimana tidak benar memutlakan kebolehannya, semuanya disesuaikan dengan situasi yang berbeda-beda. Di negeri Indonesia, inilah cara yang paling mungkin berpartisipasi bagi seorang muslim untuk memperbaiki keadaan pemerintahan negaranya. Di tambah lagi, negeri ini masih negeri muslim, bukan negeri kafir walau sistem dan hukum yang berlaku belum Islami.

Dan, masih banyak lagi fatwa para ulama yang membolehkan pemilu dan semisalnya.

Hendaknya seorang muslim menahan lisannya dari memaki-maki kepada yang berbeda dengan mereka.
Demikian. Wallahu A’lam

๐Ÿ€๐ŸŒธ๐ŸŒผ๐Ÿ„๐Ÿ€๐ŸŒธ๐ŸŒผ๐Ÿ„๐Ÿ€

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih Pahala..

Menaaehati Orang yang Menyakiti Saudaranya

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab
โœUstadz Farid Nu’man Hasan

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐ŸŒธ๐ŸŒป๐Ÿ„๐Ÿ€๐Ÿ๐ŸŒท๐ŸŒน

Assalamu’alaikum…
Afwan ustadz, Bagaimana kita harus bersikap untuk menghadapi seseorang yg secara tidak langsung dia menyakiti hati dan perasaan orang di sekitarnya, tapi dia tidak pernah merasa apabila dia berkata dan berbuat itu menyakiti saudara a.
Apakah akan kita tabayun sendiri atau menyerahkan kepada seseorang lebih berkafaah dengan urusan ini?-A13-

Jawaban:
—————
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu โ€˜Ala Rasulillah wa baโ€™d:

Menghadapi orang yang menyakiti kita, ada beberapa cara:

๐Ÿ“Œ Reaksikan dengan sikap, seperti mendiamkannya dalam rangka memberikan pelajaran. Ini tidak dilarang dan bukan termasuk larangan โ€œmendiamkan saudara melebihi tiga hari.โ€ Rasulullah  ๏ทบ pernah mendiamkan tiga orang sahabatnya selama 50 hari karena mereka meninggalkan perang Tabuk tanpa alasan.
Orang-orang bijak mengatakan: โ€œOrang biasa menyikapi hal buruk dengan perkataan dan orang โ€˜alim menyikapi yang tidak disukai dengan sikapnya.โ€

๐Ÿ“Œ Jika cara itu tidak membuatnya berubah, maka coba menasihatinya dengan baik. Allah ๏ทป berfirman:
  ูˆูŽุฐูŽูƒู‘ูุฑู’ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฐู‘ููƒู’ุฑูŽู‰ ุชูŽู†ู’ููŽุนู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ

Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatakn itu bermanfaat bagi orang-orang beriman. (QS. Adz Dzariyat: 55)

๐Ÿ“Œ Jika ini juga tidak bisa, maka minta bantuan kepada orang lain yang mungkin bisa dia dengar nasihatnya. Biasanya orang yang dihormatinya.

 Sebagaimana yang Allah ๏ทป perintahkan kepada suami istri yang sedang berselisih, dalam ayat berikut:

ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฎููู’ุชูู…ู’ ุดูู‚ูŽุงู‚ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูู‡ูู…ูŽุง ููŽุงุจู’ุนูŽุซููˆุง ุญูŽูƒูŽู…ุงู‹ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ู ูˆูŽุญูŽูƒูŽู…ุงู‹ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ูŽุง ุฅูู†ู’ ูŠูุฑููŠุฏูŽุง ุฅูุตู’ู„ุงุญุงู‹ ูŠููˆูŽูู‘ูู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ููŠู…ุงู‹ ุฎูŽุจููŠุฑุงู‹

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An Nisa: 35)

๐Ÿ“Œ Jika ini masih belum mempan, maka serahkan kepada Allah ๏ทป, yang penting kita sudah melakukan upaya-upaya ishlah (perbaikan).

Allah ๏ทป berfirman:

ููŽุฐูŽูƒู‘ูุฑู’ ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู…ูุฐูŽูƒู‘ูุฑูŒ (21) ู„ูŽุณู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูู…ูุตูŽูŠู’ุทูุฑู

Berilah peringatakan, tugasmu hanyalah memberi peringatan. Kamu tidaklah memiliki kekuasaan kepada mereka untuk memaksa. (QS. Al Ghasyiah: 21-22)

๐Ÿ“Œ Terakhir doakan dia, karena doa orang teraniaya tidak ada hijab (penghalang).  Nabi ๏ทบ bersabda:

ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ู ุฏูŽุนู’ูˆูŽุฉูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุธู’ู„ููˆู…ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุญูุฌูŽุงุจูŒ

Dan takutlah kalian terhadap doanya orang teraniaya, sebab tidak hijab (penghalang) antara dirinya dengan Allah ๏ทป.  (HR. Muttafaq โ€˜Alaih)

Demikian. Wallahu Aโ€™lam wa Ilahil Musytaka

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐ŸŒธ๐ŸŒป๐Ÿ„๐Ÿ€๐Ÿ๐ŸŒท๐ŸŒน

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผSebarkan! Raih pahala…

IBU HAMIL DAN MENYUSUI, BAGAIMANA PUASANYA?

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab
โœUst. Farid Nu’man Hasan

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

๐Ÿ‘ณUSTADZ MENJAWAB
๐Ÿ“šUstadz Farid Nu’man Hasan

๐ŸŒฟ๐Ÿ’๐ŸŒด๐ŸŒฟ๐Ÿ’๐ŸŒด๐ŸŒฟ๐Ÿ’๐ŸŒด

Apakah benar ibu hamil dan menyusui itu bayar fidyah, ketika tidak bisa puasa ramadhan? Atau harus qodho?
Dan ketika kasusnya seseorang itu melahirkan di awal ramadhan..otomatis kan dia nifas satu bulan penuh ramadhan tdk bisa puasa.. jika seperti itu kasusnya apakah ibu ini dihukumi sebagai ibu mnyusui juga yg boleh bayar fidyah ato ya harus bayar ganti puasa karna nifas?
๐Ÿ…ฐ2โƒฃ1โƒฃ

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

Jawaban_______

Ibu hamil dan menyusui adalah dua macam โ€˜udzur dibolehkannya meninggalkan puasa. Namun, dia diwajibkan menggantinya. Ini adalah kesepakatan (ittifaq) para fuqaha (ahli fiqih) sejak dahulu hingga hari ini. Jika dia memiliki daya tahan tubuh yang kuat, dan tidak khawatir terhadap kesehatan dirinya dan janinnya, maka dia boleh memilih, puasa atau tidak. Keduanya dibenarkan, namun puasa lebih afdhal, karena tubuhnya kuat tadi.

Hanya saja, para fuqaha berselisih (ikhtilaf), dengan apa dia harus mengganti puasa. Qadhakah (berpuasa pada hari di luar Ramadhan)? Atau fidyah? Perlu diketahui, Qadha merupakan mengganti puasa di hari selain Ramadhan karena dia masih mampu untuk berpuasa di hari lain tersebut. Seperti musafir, orang sakit yang masih punya harapan sembuh, hamil dan menyusui, pekerja keras, orang yang perang, dipaksa/diancam untuk tidak puasa.

Sedangkan Fidyah adalah mengganti puasa bagi orang yang sudah tidak mampu lagi berpuasa dengan memberikan makanan pokok yang mengenyangkan kepada orang miskin, sebanyak jumlah hari yang dia tinggalkan. Seperti sakit menahun yang tipis kemungkinan sembuh, orang yang sangat tua, orang yang selalu bergelut dengan pekerja keras tiap hari. Menurut Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, ibu hamil dan menyusui termasuk golongan ini.

Untuk Qadha dalilnya adalah firman Allah Taโ€™ala, โ€œMaka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.โ€ (QS. al-Baqarah [2]: 184)

Untuk Fidyah dalilnya adalah kalimat selanjutnya, โ€œDan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.โ€ (QS. al-Baqarah (2): 184)

Perbedaan pandangan ulama dalam hal ini sangat wajar. Sebab memang ayat tersebut tidak merinci siapa sajakah yang termasuk orang-orang yang berat menjalankannya. Dalam hadits pun tidak ada perinciannya. Adapun tentang Qadha secara khusus, ayat di atas menyebut musafir dan orang yang sakit. Sedangkan ayat tentang Fidyah, tidak dirinci hanya disebut orang yang berat menjalankannya.

Nah, khusus ibu hamil dan menyusui, jika kita melihat keseluruhan pandangan ulama yang ada, bisa kita ringkas seperti yang dikatakan Imam Ibnu Katsir,[1] bahwa ada empat pandangan/pendapat ulama. Berikut rinciannya, silahkan perhatikan baik-baik:

Pertama, kelompok ulama yang mewajibkan qadha dan fidyah sekaligus. Ini adalah pandangan Imam Ahmad dan Imam asy-Syafiโ€™i. Dilakukan jika Si Ibu mengkhawatiri keselamatan janin atau bayinya.

Kedua, kelompok ulama yang mewajjibkan fidyah saja, tanpa qadha. Inilah pandangan beberapa sahabat Nabi, seperti Abdullah bin โ€˜Abbas, dan Abdullah bin โ€˜Umar Radhiyallahu โ€˜Anhuma. Dari kalangan tabiโ€™in (murid-murid para sahabat) adalah Said bin Jubeir,[2] Mujahid, dan lainnya. Kalangan tabiโ€™ut tabiโ€™in (murid para tabiโ€™in) seperti al-Qasim bin Muhammad dan Ibrahim an-Nakhaโ€™i.

Imam Daruquthni meriwayatkan dengan sanad yang shahih, Ibnu โ€˜Abbas pernah berkata kepada hamba sahayanya yang sedang hamil, โ€œKau sama dengan orang yang sulit berpuasa, maka bayarlah fidyah dan tidak usah qadha.โ€

Nafiโ€™ bercerita bahwa Ibnu Umar ditanya tentang wanita hamil yang khawatir keselamatan anaknya kalau ia berpuasa. Dia menjawab, โ€œHendaknya dia berbuka. Sebagai gantinya, hendaklah dia memberi makanan kepada seorang miskin sebanyak satu mud gandum.โ€ (Riwayat Malik )

Ketiga, kelompok ulama yang mewajibkan qadha saja, tanpa fidyah. Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Seperti madzhab Hanafi, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur. Sedangkan Imam Syafiโ€™i dan Imam Ahmad bin Hambal ikut pendapat ini, jika sebabnya karena mengkhawatiri keselamatan Si Ibu, atau keselamatan Ibu dan janin (bayi) sekaligus.

Keempat, ke ompok ulama yang mengatakan tidak qadha, tidak pula fidyah.

Demikianlah berbagai perbedaan tersebut. Nah, pendapat manakah yang sebaiknya kita ikuti? Seorang ahli fiqih abad ini, Al-โ€˜Allamah Syaikh Yusuf al-Qaradhawy hafizhahullah,[3] dalam kitab Taisiru Fiqh (Fiqhus Siyam) memberikan jalan keluar dan kompromi yang bagus. Beliau berkata:

โ€œBanyak ibu-ibu hamil bertepatan bulan Ramadhan, merupakan rahmat dari Allah bagi mereka, jika tidak dibebani kewajiban qadha, namun cukup dengan fidyah. Di samping hal ini merupakan kebaikan untuk faqir dan miskin dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan materi.

Namun bagi ibu-ibu yang masa melahirkannya jarang, sebagaimana umumnya ibu-ibu di masa kita saat ini dan di sebagian besar negara Islam, tertutama di kota-kota, kadang-kadang hanya mengalami dua kali hamil dan dua kali menyusui selama hidupnya. Maka, bagi mereka lebih tepat pendapat jumhur, yakni qadha (bukan fidyah).โ€

Jadi, beragam pendapat ini tidak diposisikan saling vis a vis (saling berhadap-hadapan). Tetapi semuanya disesuaikan keadaan wanitanya. Jika wanita tersebut sering hamil, tiap tahun atau dua tahun sekali, sulit baginya melakukan qadha, maka bagi dia fidyah saja. Adapun, jika hamilnya jarang, ada waktu jeda dia tidak hamil maka wajib baginya qadha di masa jeda itu, bukan fidyah. Inilah pendapat yang nampaknya adil, seimbang, sesuai ruh syariat Islam.

Bagi wanita yg lagi nifas sama ketika wanita haid yaitu mengqodho atau mengganti puasa.

Demikian. Wallahu Aโ€™lam.

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan :
Www.iman-islam,com

๐Ÿ’ผSebarkan! Raih pahala, …….