📆 Selasa, 14 Dzulqa’dah 1437 H/ 16 Agustus 2016
📕 Sirah
📝 Ustadz DR. Wido Supraha
📖 Kenapa sih harus Belajar Sirah Nabawiyah?
============================
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃🌺
✏ Brother and Sista,
🖇 Udah pada punya Al-Qur’an kan? Sudah dong ya tentunya. Kalau As-Sunnah dah pada punya? Kalau belum punya kudu punya lho, soalnya kan sebagian besar ayat Al-Qur’an tidak bisa dipahami kecuali kalau brother and sista pegang As-Sunnah. Dari sekian banyak As-Sunnah yang wajib dimiliki prioritas pertama tentunya Kitab Shahih Bukhari dan Muslim, soalnya kedua-duanya mengandung hadits yang shahih seluruhnya. Kalau begitu, apakah kita masih perlu punya Kitab Sirah Nabawiyah?
🖇 Bentar, mungkin masih pada bingung ya, Sirah itu sendiri apa ya? Sirah itu adalah sebuah kisah perjalanan yang mengandung nilai-nilai kesejarahan. Sirah Nabawiyah bermakna sebuah kisah utuh perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW mulai dari lahirnya hingga wafatnya. Tapi brother and sista, sebaiknya kita tidak mempersepsikan Kitab Sirah Nabawiyah sebagai kitab sejarah an-sich ya, karena memang Sirah Nabawiyah bukan sekedar membahas sejarah hidup, tapi kita sedang memasuki sebuah ruang dimana kita akan semakin memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah dengannya, dan bahkan menjadi salah satu referensi utama kita dalam menghidupkan Islam. Pemahaman Islam kita pasti akan terasa kurang jika belum mengkaji Sirah Nabawiyah. Sampai disini mulai kebayang kan mengapa kita perlu belajar Sirah?
🖇 Jadi mudahnya aja ya Brother and Sista, ketika kita mempelajari secara serius Sirah Nabawiyah ini, maka kita akan dapatkan:
1⃣ Pemahaman yang utuh atas kepribadian Nabi Muhammad SAW. Kita jadi tersadar mengapa ya Nabi itu dibangkitkan dari kalangan manusia, bukan dari Malaikat seperti keinginan sebagian paman Nabi. Tentunya karena Nabi adalah dari kalangan manusia, maka mudah bagi manusia untuk menghidupkan contoh-contoh terbaik dalam Islam merujuk kepada perbuatan Nabi SAW.
2⃣ Model ideal, teladan terbaik, “Al-matsal Al-A’la” dalam seluruh kehidupan Nabi SAW. Mulai dari bagaimana menjadi anak yang shalih, terus menjadi remaja yang tangguh, hingga nanti kalau sudah berkeluarga menjadi ayah, menjadi pemimpin, menjadi tokoh masyarakat, menjadi mujahid dakwah, dan seterusnya. Semuanya ditemukan dalam pribadi Nabi SAW.
🖇 Selanjutnya apa lagi brother and sista? Kita lanjutkan pekan depan aja yah, di Hari Selasa. Keep in touch. Istiqamah selalu ….
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃🌺
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
📲Sebarkan! Raih pahala
============================
Ikuti Kami di:
📱 Telegram : https://is.gd/3RJdM0
🖥 Fans Page : https://m.facebook.com/majelismanis/
📮 Twitter : https://twitter.com/grupmanis
📷 Instagram : https://www.instagram.com/majelismanis/
🕹 Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=id.manis
KENAPA YA NABI DILAHIRKAN DI MAKKAH? (2)
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
📆Selasa, 28 Syawwal 1437 H/ 02 agustus 2016
📘Sirah
📝 Wido Supraha
📖 KENAPA YA NABI DILAHIRKAN DI MAKKAH? (2)
=============================
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃
Brother and Sista,
Kita lanjutkan ya rahasia mengapa Nabi dilahirkan di Makkah. Udah pada baca tulisan pertama kan? Terakhir kita telah belajar bahwa bangsa Arab pada aslinya merupakan keturunan dari dua bangsa besar: Qahthan dan ‘Adnan.
Nah, brother and sista, kalau kaum Qahthan mendiami bagian Selatan (wilayah Yaman) dan telah mengenal kebudayaan dan cara kehidupan menetap, maka kaum ‘Adnan (keturunan Isma’il a.s.) yang mendiami bagian Utara (Hijaz bagiannya) masih menjalani kehidupan Badui dan nomaden. Nomaden itu artinya suka berpindah-pindah tempat, guys. Segala bentuk kejahiliyahan karena ketidaktahuan terjadi pada masa ini. Budaya kehidupan nomaden ini melahirkan penghargaan yang lebih tinggi kepada golongan laki-laki, dan merendahkan martabat golongan wanita. Terjadilah kisah seperti dikuburnya anak wanita agar tidak menjadi tawanan perang. Kalaupun ada yang membesarkan anak wanita mereka, mereka membesarkannya dalam keadaan malu.
Kehidupan nomaden juga melahirkan watak berperang meski terdapat banyak watak positif seperti penghormatan terhadap bulan Haram, menjaga kehormatan, keberanian, konsistensi, memerangi kezhaliman, jujur, melindungi tetangga, pemaaf ketika berkuasa, menghormati tamu, dan lainnya. Perlindungan yang mereka jaga hadir baik melalui adopsi, perjanjian, sumpah, loyalitas, ataupun suaka politik. Kemungkinan besar akhlak yang paling menonjol dan paling banyak mendatangkan manfaat setelah pemenuhan janji adalah kemuliaan jiwa dan semangat pantang mundur, sebab kejahatan dan kerusakan tidak bisa disingkirkan, keadilan dan kebaikan tidak bisa ditegakkan kecuali dengan kekuatan dan ambisi seperti ini.
Dapat terbayangkan gak brother and sista, kalau di masa itu, dunia dikuasai oleh dua negara adidaya, Persia dan Romawi, disusul India dan Yunani. Kalau Persia adalah ladang subur khurafat dan filosofis yang saling bertentangan, maka Romawi telah dikuasai sepenuhnya semangat kolonialisme. Demikian India dan Yunani yang berada pada puncak kebejatan agama, akhlak dan sosial. Namun hikmah diturunkannya Islam bukan di Persia maupun di Romawi sama seperti hikmah dijadikannya Rasulullah seorang ummi.
Posisi jazirah Arab yang tepat di tengah jantung dunia purbakala, memiliki hikmah tersendiri. Belum pernah ada penakluk yang penuh ambisi merambah wilayah ini. Tak ada penguasa yang ingin menguasai daerah ini. Segala kegiatan aksi militer hanya sampai ke perbatasan Arab dengan Syiria, Palestina dengan Libanon. Bagi mereka, Jazirah Arab tidak pantas untuk diperebutkan. Di tempat inilah ternyata Nabi kita tercinta dilahirkan. Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
💼Sebarkan! Raih pahala….
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
KENAPA YA NABI DILAHIRKAN DI MAKKAH?
📆Selasa, 21 Syawwal 1437 H/ 26 Juli 2016
📘Sirah
📝 Wido Supraha
📖 KENAPA YA NABI DILAHIRKAN DI MAKKAH?
=============================
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃
Brother and Sista,
Alhamdulillah, ternyata mudah kan ya menghafalkan nasab Nabi Muhammad Saw, manusia yang telah dipilih Allah Swt sebagai penutup para Nabi. Setiap pilihan Allah Swt sejatinya menunjukkan Rububiyah Allah dan memperlihatkan keutamaan sesuatu itu pada jenisnya. Itulah yang terlihat ketika Allah memilih langit yang paling atas dari tujuh tingkatan, Surga Firdaus, Tiga Malaikat Utama (Jibril, Mikail, Israfil), dan 2 khalil (kekasih) dari 5 Rasul Ulul Azmi dari 313 Rasul dari 124.000 Nabi. Demikian pula pilihan Allah kepada Nabi Muhammad Saw dari Bani Hasyim, dari Suku Quraisy, dari keturunan Kinanah, dari Khuzaimah, dari keturunan Ismail a.s. Rahasia-rahasia seperti ini yang perlu kita lebih perdalam bersama.
Demikian pula terhadap pemilihan Tanah Suci untuk para Nabi juga tidak terlepas dari tujuannya sebagai tempat berkumpulnya manusia dari berbagai penjuru negeri untuk pelaksanaan ritual ibadah mereka, sebagai tempat tersucikannya hati mereka, sebagai tempat yang paling aman bagi penganutnya, dan sebagai sarana penghapusan dosa. Tentu saja tanah itu adalah menjadi negeri yang paling baik dan paling dicintai-Nya, sehingga Allah bersumpah dengannya (lihat Q.S. At-Tin: 3 dan Q.S. Al-Balad: 1), menjadikan masjid pertama yang dibangun di muka bumi ada di dalamnya, melarang manusia membuang hajat sembari menghadap dan membelakangi titik pusatnya, menyebutnya sebagai induk dari semua kampung (Umm al-Qurā), menjatuhi hukuman kepada yang berniat jahat di dalamnya (lihat Q.S. Al-Hajj: 25), memasukinya dengan berihram dengan pengecualian, dan menjadikan perasaan manusia tidak akan pernah bosan untuk mengunjunginya kembali. Coba deh niatkan dalam hati agar di antara negara pertama yang nanti sahabat-sahabat kunjungi adalah Makkah al-Mukarramah, ada perasaan yang jauh lebih menentramkan di sana.
Oh ya, tanah air bangsa Arab asli itu berada di kawasan Barat Daya Asia. Bagian Utara berbatasan dengan Syam, bagian Timur dengan Teluk Arab dan Laut Amman, bagian Selatan dengan Samudera Hindia, dan bagian Barat dengan Laut Merah. Kawasan inilah yang disebut Jazirah Arab atau Anak Benua Arab, dengan menisbatkan nama ini kepada bangsa Arab karena merupakan tanah kelahiran asli mereka, dan sebagian bangsa Arab tinggal di luar jazirah Arab, terutama suku pedalaman di Syam. Sementara bangsa Arab pada aslinya merupakan keturunan dari dua bangsa besar: Qahthan dan ‘Adnan.
So, udah mulai kebayang kan sedikit tentang rahasia pemilihan lokasi kelahiran Nabi? Ada pertanyaan bro and sis? Nanti kita lanjutkan lagi yach.
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
💼Sebarkan! Raih pahala….
Masih Mau Jadi Manusia Biasa Saja?
📆Selasa, 16 Ramadhan 1437H/ 21 Juni 2016
📒Shirah
📝
-Ustadz Wido Supraha
-TB Tedyansyah
📚Masih Mau Jadi Manusia Biasa Saja?
🍃🌸🌸🍃🌸🌸🍃🌸🌸🍃
Setiap kali dalam kesempatan saya memberikan pelatihan atau seminar, saya selalu bertanya-tanya kepada setiap peserta dengan ajuan pertanyaan yang sederhana : ‘Maukah kita menjadi manusia-manusia yang biasa saja?’.
Jawaban dari sebagian peserta pelatihan saya pun beragam, ada yang dengan lantang menjawab tidak mau, ada yang diam bahkan ada yang hanya mengangguk-anggukan kepala yang saya pun tidak tahu apa yang ada didalam kepala peserta pelatihan saya tersebut.. hehehe..😀
❓Pertanyaan sederhana diatas memang mampu menggelitik benak setiap siapa pun yang mendengarnya tak terkecuali saya pribadi. Saya pun kadang merenung dan berfikir :
❓❓❓
* Kenapa ALLAH SWT menciptakan saya?
* Apa maksud ALLAH SWT meniupkan ruh kedalam jasad sewaktu berada dikandungan orang tua kita?
* Apa tujuan kita hidup di dunia?
* Mau kemana dan hendak seperti apa kita menjalani hidup di dunia ini?
* Apakah kita akan menjadi manusia-manusia biasa saja? Hanya sekedar lahir, besar, menikah, bekerja lalu mati?
* Apa yang akan dibanggakan dari diri kita?
* Apa hasil karya kita di dunia ini?
❓Ya pertanyaan-pertanyaan tersebut memang butuh perenungan yang mendalam untuk menemukan jawabannya.
Butuh waktu khusus untuk mengurai setiap pertanyaan tersebut dengan jawaban yang akan memuaskan diri kita.
❓Apakah kita akan menjadi orang-orang biasa saja tanpa ada sesuatu yang dapat dikenang atau dapat diceritakan oleh orang lain dari diri kita? Hasil karya apa yang akhirnya setiap orang mengapresiasinya? Kambali lagi kepada kita, kita lah yang memutuskan arah hidup kita.
👳Jika kita berkaca dari generasi-generasi hebat terdahulu, banyak orang-orang besar yang memutuskan bahwa hidup mereka tidak boleh disia-siakan. Hidup ini terlalu berarti jika dihabiskan hanya untuk kesenangan yang bersifat sementara dan tak abadi. Bahkan ‘kesadaran’ tersebut sudah mereka dapatkan semenjak mereka kecil, sebut saja kegigihan yang dijalani oleh Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu,Al-Quran dihafalkan, Hadits/Sunnah pun didalami yang akhirnya beliau menjadi seorang ulama besar.
👳Di generasi lain kita dapat melihat bagaimana hebatnya Muhammad Al-Fatih membentuk dirinya menjadi pejuang sedari muda.Waktu nya dihabiskan untuk menuntut ilmu dan menantang diri nya menjadi mujahid hebat yang akhirnya fakta sejarah bercerita bahwa beliau berhasil membebaskan Konstantinopel dari cengkraman bangsa Romawi.
📖Jika kita bercerita tentang orang-orang hebat tersebut, saya yakin tak akan habis berlembar-lembar kertas untuk menuliskan kisah hebat mereka.
Bagaimana orang-orang tersebut bisa menjadi manusia-manusia luar biasa?. Padahal secara fitrah mereka juga manusia biasa seperti kita yang hidup, menikah, belajar danbergaul dengan orang lain.
Saya pun mencoba mencari jawabannya, mudah-mudahan dengan sedikit tulisan ini, kita semua dapat mencontoh pribadi-pribadi hebat diatas dan mampu menjadi luar biasa,
Mau tau caranya??
Wait, kita tunggu sambungannya 😉🙏
🍃🌸🌸🍃🌸🌸🍃🌸🌸🍃
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
👆Sebarkan! Raih pahala
Hafalin Nasab Nabi Kita Yuks
📆Selasa, 02 Ramadhan 1437 H/ 07 Juni 2016
📘Sirah
📝 Ustadz DR. Wido Supraha
📖 HAFALIN NASAB NABI KITA YUKS
=============================
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃
Brother and Sista,
Kita gak pernah ketemu Nabi Muhammad Saw, tapi kerinduan kita begitu memuncak untuk melihat dirinya, bahkan duduk-duduk di Jannah bersama Sang Pilihan Allah (Al-Musthafa) itu, yang dilahirkan dari Bani Hasyim, dari Suku Quraisy, dari keturunan Kinanah, dari Khuzaimah, dari keturunan Ismail a.s.
Sungguh, jiwa dan raga kita siap kita wakafkan untuk melaksanakan tugas suci nan mulia yang dipesankan beliau, semata-mata agar kita menerima permohonan syafaatnya pada Syafā’atul ‘Uzma. Ya, dialah Utusan Allah yang juga memiliki banyak nama dan gelar seperti Ahmad, al-Māhi, al-‘Āqib, al-Hāsyir, al-Muqaffi, Nabi ar-Rahmah, Nabi at-Taubah, Khataman Nabiyyīn, dan tentunya ‘Abdullāh (Hamba Allah). Tentunya hal ini di luar pensifatan Allah atas diri beliau: Rāsul, Nabi, Ummiy, Syāhid, Mubasyir, Da’i ilallah bi idznihi, Sirājun Munīr, Ra’ūfur Rahīm, Mudzakkir, ash-Shādiq, al-Mashdūq, Sayyidu waladi Ādam, Sayyidul Mursalīn, Al-Amīn, Al-Musthafā. Sehingga beliau terkadang disebut-Nya sebagai rahmah, ni’mah, dan hādi“
Kalau begitu yuks kita hafalkan nasabnya. Insya Allah mudah kok. Kita baca, hafalkan dan ulangi bersama-sama ya. Semoga mengalir fadhilah kepada kita semuanya.
Teladan kita ini adalah anak dari ‘Abdullāh bin ‘Abdul Muththalib bin Hāsyim bin ‘Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghālib bin Fihr bin Mālik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhār bin Nizār bin Ma’ad bin Adnān.
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
💼Sebarkan! Raih pahala….
Bibel, Injil & Silsilah Nabi
👳Ustadz Menjawab👳
💻Ustadz Dr. Wido Supraha
( supraha.com )
📆Kamis, 2 Iuni 2016 M
26 Sya’ban 1437 H
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Assalamualaikum saya mau tanya..
Apa perbedaan injil dan bibble?
Mengapa di inggris, nama nama nabi dikenal dengan nama lain yang ternyata nama lain tersebut terdapat dalam bibble ?
Misalnya Musa (Inggris: Moses), Harun (Inggris: Aaron), Daud (Inggris: David) saya barusan membacanya di http://tuanzamier-atjeh.blogspot.co.id/2013/05/silsilah-nabi-muhammad-saw-hingga-nabi.html?m=1
Bagaimana hukumnya jika mualaf misal ia berasal dari negara inggris, lalu salah menyebut nama nabi yg sebenarnya? Karena teman saya berasal dari negara afrika, ia beberapa bulan yang lalu mualaf.
Saya penasaran.. mohon jawabannya
🅰3⃣8⃣
Jawaban:
————–
و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته ،
Injil dan Bible merujuk kepada kitab yang sama, demikian juga perbedaan penyebutan nama Nabi, sejatinya merujuk pada orang yang sama. Kalau kita bandingkan antara nama Nabi yang kita lafazhkan dari Al-Qurān, dan nama Nabi yang digunakan kaum Kristiani dari bahasa Ibrani, atau bahasa Latin atau bahasa Inggris sejatinya adalah merujuk pada sosok yang sama.
1 . ADAM / ADAM
2 . IDRIS / ENOCH
3 . NUH / NOAH
4 . HUUD / HEBER
5 . SHALEH / SHELAH
6 . IBRAHIM / ABRAHAM
7 . LUTH / LOT
8 . ISMAIL / ISHMAEL
9 . ISHAQ / ISAAC
10. YAKUB / YACOB
11. YUSUF / YOSEPH
12. AYUB / JOB
13. ZULKIFLI / EZEKIEL
14. SU’AIB / JETHRO
15. YUNUS / JONAH
16. MUSA / MOSES
17. HARUN / AARON
18. ILYAS / ELIJAH
19. ILYASIN / ELISHA
20. DAUD / DAVID
21. SULAIMAN / SOLOMON
22. ZAKARIA / ZECHARIAH
23. YAHYA / JOHN
24. ISA / YESUS
25. MUHAMMAD ﷺ
Tentunya bagi seorang Muslim, akan jauh lebih baik melafazhkan nama Nabi sesuai firman Allāh ﷻ. Namun begitu, dalam rangka dakwah kepada orang-orang kafir yang terbiasa dengan lafazh-lafazh dari bahasa kaum mereka, tidaklah mengapa menggunakan lafazh mereka, dan dalam hal ini tidak ditemukan larangan dalam nash yang shahih. Penggunaan bahasa yang mereka fahami, selain akan membuat dakwah menjadi lebih efektif, juga dapat lebih menarik hati mereka ke jalan hidayah. Namun begitu, yang utama setelahnya adalah mengajak manusia kepada cara melafazhkan nama Nabi sesuai firman Allah ﷻ, khususnya mereka yang telah meyakini bahwa Tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allāh ﷻ, dan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan-Nya dan hamba-Nya.
Wallāhu a’lam.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Dipersembahkan Oleh :
www.iman-islam.com
💼Raih pahala!Sebarkan..
Sejarah Kerajaan Saudi Arabia
👳Ustadz Menjawab👳
✒Ustadz Dr. Wido Supraha
(supraha.com)
📆Rabu, 1 Juni 2016 M
25 Sya’ban 1437 H
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Assalamu’alaikum Ustadz ingin tanya sejarah, sebelum kerajaan saudi berkuasa sekarang, kerajaan apa/siapa yg menguasai mekkah dan madinah? Dan mazhab apa yang di gunakan? Syukron.
afwan trs nyambung sampe kepada maksudnya, kpd munculnya Wahabi ?
Jzklh.
Jawaban:
————
و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته ،
Sebelum Kerajaan Saudi yang berkuasa sekarang, tentunya ragam kepemimpinan telah menguasai negeri sejak masa Nabi Muhammad ﷺ, hingga kemudian Kesultanan Turki Utsmani memimpin kekhalifahan.
Saudi sendiri sebagai sebuah kerajaan, dalam catatan sejarah, telah mencoba memisahkan diri dari Kekhalifahan Turki Utsmani, sehingga nantinya kita kenal tokoh-tokoh Turki seperti Muhammad Ali Pasya dan anaknya Ibrahim Pasya.
Sempat berhasil ditaklukkan Turki, kemudian mencoba untuk bangkit kembali, dan kemudian runtuh kembali, dan akhirnya pada 23 September 1932, Abdul Aziz bin Abdurrahman al-Saud memproklamasikan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia yang kita kenal sekarang, dengan wilayah kekuasaan jauh lebih kecil dibandingkan pada saat memisahkan diri pertama kali dari kekhalifahan Turki yang sempat menguasai Uni Emirat, Qatar, Oman, Yaman, dan Bahrain.
Wallāhu a’lam,
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Dipersembahkan oleh :
www.iman- Islam. com
🕋Sebarkan! Raih Pahala..
Urgensi Sirah Nabawiyah
📆Selasa, 17 Sya’ban 1437H/ 24 Mei 2016
📙Syirah
📝 Dr. WidoSupraha
📖Urgensi Sirah Nabawiyah
=========================
🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃
Dear Para Pemuda Islam,
1. Sirah Nabawiyah adalah sejarah hidup teladan utama kita semua, Nabi Muhammad Saw., manusia dengan sebaik-baik nasab dari seluruh nasab penghuni bumi namun bukanlah buku sejarah an sich. Ia merupakan ungkapan tentang risalah yang dibawa Rasulullah Saw kepada masyarakat manusia untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya
2. Muslim pasti membutuhkan Sirah Nabawiyah untuk mendapatkan pemahaman utuh dan gambaran sempurna hakikat Islam, cara menghidupkan-nya, dan segudang rahasia keindahan Islam sebagai sebuah manhaj hidup.
3. Darinya muslim akan menghayati kemudahan Islam untuk ditegakkan oleh seluruh manusia, karena Nabi Saw adalah seorang manusia yang tergabung dalam dirinya segudang peran, mulai dari seorang suami hingga pemimpin dunia. Bahkan tidak ada satupun Nabi yang diutus kepada seluruh umat manusia, kecuali Nabi Muhammad Saw.
4. Sirah Nabawiyah memberikan kemudahan bagi manusia untuk:
Memahami pribadi Nabi Saw dalam keseluruhan aspek kehidupannya
Mendapatkan gambaran al-matsul a’la (referensi ideal) untuk dijadikan sumber hukum
Mudah memahami Al-Qur’an
Mengumpulkan segudang wawasan dan pengetahuan Islam yang benar
Memiliki rujukan pola dakwah terbaik
5. Kebutuhan manusia terhadap jejak hidup Nabi Saw jauh lebih besar dari kebutuhan raga terhadap nyawanya, mata terhadap cahaya penglihatannya dan jiwa terhadap kehidupannya.
6. Sirah Nabawiyah memiliki banyak keistimewaan
7. Sejarah yang paling benar dari sejarah seorang Nabi yang diutus, dan telah hadir melalui jalur ilmiah dan otentik, sehingga terbebas dari sekedar mengikuti kepopuleran sebuah kisah dan riwayat, karena keshahihan sejarah tentu adalah yang lebih utama.
8. Mengandung semua fase kehidupan Nabi Saw., mulai dari sebelum kelahirannya, sejak pernikahan ayahnya, bahkan sejak kisah berpindahnya ‘Amr bin Amir keluar dari Negeri Yaman
Mengandung sisi risalah yang bersih, bebas dari penisbatan manusia dengan sifat Tuhan, dan bebas dari kisah tanpa asal-usul
Mencakup semua aspek kehidupan manusia
Menegaskan kebenaran risalah dan kenabiannya
Dengan semangat ilmiah, menyelami sirah Nabawiyah akan menjadi satu agenda menarik untuk kamu-kamu dalam peningkatan pemahaman agama Islam. Yuk semangat mempelajari Sirah Nabawiyah!
=================
Maraji’
1] Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Zad al-Ma’d fi Hady Khair al-‘Ibad, Dar at-Taqwa lil an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1999
2] Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum, Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibiha afdhal ash-Shalati wa as-Salam, Riyahd: Dar as-Salam, 1414H
3] Ibn al-Jauzi, Al-Wafa bi Ahwal al-Musthafa shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Beirut: Maktabah al-‘Ashriyah, 2004
4] Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, Fiqh as-Sirah: Dirasat Minhajiyah ‘Ilmiyah li Shiratil Musthafa ‘alahi ash-shalatu wa as-salam, Libanon: Dar al-Fikr, Cet. ke-6, 1977
5] Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Jami’ as-Sirah, Dar al-Wafa, 2002
6] Musthafa as-Siba’i, As-Sirah an-Nabawiyyah, Kairo-Dar as-Salam, 1998
7] Al-Usyan, Ma sya’a wa lam Yatsbutu fi as-Sirah an-Nabawiyah,
8] Ibn Ishaq, As-Sirah an-Nabawiyah
=============================
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
Sebarkan! Raih pahala…….
Peran Ulama Haramain Nusantara Dalam Perkembangan Intelektual di Indonesia
📆 Kamis, 12 Sya’ban 1437H / 19 Mei 2016
📚 SIROH DAN TARIKH
📝 Pemateri: Ust. DR. Wido Supraha
📝 *Peran Ulama Haramain Nusantara Dalam Perkembangan Intelektual di Indonesia* Bag-2
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
*Syaikh Mahfuzh at-Termisi* dilahirkan di Tremas, Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Jumadil Ula 1258/1868 ketika ayahnya Abdullah sedang berada di Makkah. Saat berumur 6 tahun, ayahnya membawanya ke Makkah pada tahun 1291/1874 dan memperkenalkan kepadanya beberapa kitab penting, sehingga Mahfuzh menganggap Abdullah lebih dari sekadar ayah dan guru, yakni murabbi wa ruhi (pendidikku dan jiwaku). Ketika Mahfuzh menginjak remaja, akhir 1870-an, ayahnya menemani kembali ke Jawa dan mengirimkannya kepada seorang ‘alim Jawa kenamaan, Kyai Saleh Darat (1820-1903) untuk belajar di pesantrennya di Semarang, Jawa Tengah. Ayahnya meninggal di Makkah pada tahun 1314/1896, dan dimakamkan di Ma’la di dekat makam Khadijah. Sebagian besar dari delapan saudaranya menjadi ulama penting di Jawa, dan memiliki ketenaran di beberapa bidang yang berbeda. Mahfuzh ahli di bidang Ilmu Hadits, Dimyati di bidang ilmu waris (fara’idh), bakri di bidang ilmu Al-Qur’an, dan Abdurrazzaq (w.1958) di bidang Tarekat, dan menjadi mursyid tarekat yang memiliki ratusan pengikut dari seluruh Jawa. Ketika Mahfuzh meninggal di Makkah pada Sabtu malam menjelang Maghrib, tanggal 1 Rajab 1338/1919, ribuan kaum muslim menyalatkan dan mengantar jenazahnya ke sebuah pemakaman keluarga Sayyid Abu Bakr bin Sayyid Muhammad Syata (w. 1310/1892) di Makkah. Satu-satunya anak Mahfuzh yang masih hidup adalah Muhammad, yang berhasil menjadi seroang guru dalam bidangnya di Demak, Jawa Tengah, yang memiliki banyak murid dari seluruh Nusantara, atas dorongan kuat dari ayahnya, Mahfuzh, untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.[7]
*Jaringan Intelektual Ulama Haramain*
Menurut Komaruddin Hidayat, catatan sejarah menunjukkan bahwa secara umum hubungan Islam Nusantara dengan Timur Tengah senantiasa terjalin dengan erat, khususnya sejak sekitar awal abad ke-15 sampai pertengahan abad ke-17, kemudian sejak akhir abad ke-19 sampai sekarang.[8] Ismatu Ropi dan Kusmana menegaskan, dua daerah Timur Tengah yang paling sering dijadikan tumpuan tempat menimba ilmu keislaman (rihlah ‘ilmiyyah atau thalab al-‘ilm) adalah Haramain (Makkah dan Madinah) serta Kairo. Posisi Haramain sangat dominan sejak abad ke-17 hingga akhir abad ke-19. Hal ini boleh jadi adalah karena kaum Muslim memandang Haramain sebagai tempat yang memiliki nilai sakral lebih ketimbang daerah-daerah lain. Sedangkan Kairo baru dilirik para pelajar Indonesia sebagai tempat studi mulai pertengahan abad kesembilan belas setelah sebelumnya terjadi kontak-kontak antara murid-murid Jawa dan Universitas al-Azhar sejak akhir abad ke-18.[9]
Pada pertengahan abad ke-19 ini, menurut Ali Mubarak seperti dikutip Abaza, telah terdapat suatu Riwaq Zawi (asrama mahasiswa Jawa) di Kairo, yang terletak di antara Riwaq Salmaniyyah dan Riwaq al-Shawwam, yang dihuni oleh sekitar 11 orang dipimpin oleh *Syaikh Ismail Muhammad al-Jawi*. Data lain yang menguatkan adalah catatan Goldziher, yang juga seperti dikutip Abaza, bahwa pada 1871 terdapat enam mahasiswa asal Jawi yang tinggal di Riwaq Jawi. Akan tetapi, Jawa atau Jawi di sini masih merupakan istilah yang digunakan sebelum terbentuknya negara bangsa (Indonesia) yang meliputi semua mahasiswa Asia Tenggara tanpa kecuali.[10]
Pada abad ke-17 dan ke-18, interaksi keilmuan antara Timur Tengah dan Indonesia telah semakin menemukan bentuknya yang nyata. Dalam periode ini terbentuk jaringan (networks), dalam bentuk hubungan guru dan murid, yang relatif mapan antara Muslim Nusantara dan rekan mereka di Timur Tengah. Dalam periode ini pula muncul sejumlah ulama yang tidak hanya produktif tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Nama-nama seperti *Hamzah Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Syamsuddi al-Sumatrani, ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili, Abu Shamad* adalah tokoh-tokoh yang secara intens terlibat dalam jaringan tersebut. Demikian lamanya interaksi yang berlangsung sehingga ia tidak hanya telah membentuk wacana keislaman tersendiri yang unik, tetapi lebih dari itu telah menciptakan jaringan ulama yang berfungsi sebagai ‘alat’ transmisi keilmuan dan gagasan-gagasan pembaruan pemikiran Islam.[11]
Berdasarkan perkembangan-perkembangan yang terjadi, studi Islam di Haramain dapat dikelompokkan ke dalam tiga periode. Pertama, periode abad ke-17 sampai dengan akhir abad ke-19. Pada periode ini, wacana yang berkembang adalah tradisionalisme Islam dan neo-sufisme. Kedua, awal abad ke-20 sampai dengan dekade 1950-an. Pada periode ini di Haramain terjadi pergumulan yang intens antara Islam tradisi dan Islam reformis. Kalangan tradisionalis mendirikan Madrasah Darul ‘Ulum yang embrionya adalah Madrasah Shaulatiyah dengan *Syaikh Yasin al-Fadani* sebagai ujung tombaknya. Sementara kalangan reformis yang dipelopori oleh *Syaikh Janan Thayib* (orang Indonesia pertama yang mendapat gelar LC dari Universitas al-Azhar) mendirikan Madrasah Indonisiyyin. Sayangnya, madrasah ini terpaksa bubar menjelang Perang Dunia II. Ketiga, dekade 1960-an hingga sekarang yang boleh disebut sebagai periode “the return of Islamic tradition”. Kaum reformis mengalami kekalahan total karena dipandang tidak sejalan dengan ideologi penguasa yang sejak 1925 disuburkan oleh bani Saud. Pada konteks Haramain, lingkungan berpikir pelajar Indonesia tidak jauh berbeda dengna warna pendidikan di sana yang sangat menekankan pendekatan normatif dan ideologis terhadap Islam dan secara umum mempertahankan tradionalisme. Mereka amat sedikit mengenyam pemikiran-pemikiran dari luar Arab (seperti Barat).[12]
Banyak alasan mengapa banyak muslim datang ke Makkah untuk mencari ilmu. Pertama, karena pandangan tentang keilmuan Islam dan cara memperoleh ilmu itu. Ada keyakinan bahwa lebih autentik jika ilmu-ilmu keislaman itu dicari dari pusat tumbuhnya, yaitu Timur Tengah, dengan bahasa Arab sebagai salah satu cirinya. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa banyak di antara para muqimin dan pencari ilmu di Makkah menunjukkan prestasi dan disambut positif oleh masyarakat mereka berasal. Kedua, keyakinan bahwa Makkah adalah tempat pusaran atau bursa ilmu keislaman yang paling dinamis karena sebagai pusat peribadatan, Makkah dikunjungi oleh para ulama mancanegara yang tidak hanya datang untuk menunaikan ibadah tetapi juga melakukan pertukaran ilmu. Dalam batas tertentu, kuantitas dan kualitas sumber atau jaringan ilmu memberikan nilai tersendiri bagi seorang ulama. Ketiga, karena tradisi Makkah yang memberikan peluang yang amat besar bagi orang asing (non-Arab) untuk menuntut ilmu keislaman di sana. Sejak masa pra-Islam komunitas asli Makkah memang telah memiliki tradisi untuk selalu siap menerima kedatangan tamu (hujjaj), melayani dan menghormatinya. Pada masa Islam, tradisi ini berkembang lebih jauh dan pada titik tertentu dikaitkan dengan ajaran Islam yang mendorong pencarian ilmu dan penghormatan terhadap pemilik maupun pencarinya. Mereka yang datang dari luar dan bermuqim di Makkah juga memegang tradisi ini. Dari itu, tradisi waqf dan infaq yang mengarah pada perkembangan ilmu, khususnya ilmu-ilmu keislaman, berkembang dan mengakar dengan kuat.[13]
Perlu juga kita ketahui beberapa tempat di Makkah yang menjadi tujuan para pencari ilmu antara lain: Masjid al-Haram, bait al-Shaikh ataupun rubat, madrasah, dan al-jami’ah. Pertama, pengajaran di Masjid al-Haram, yakni selain sebagai tempat ibadah, juga tempat studi yang banyak diminati, dengan kegiatan pembelajarannya terdiri atas tiga bentuk yaitu halaqa dirasiya (umumnya ba’da ‘Ashr diperuntukkan bagi peserta dewasa), halaqa tahfiz al-Qur’an, dan ma’had Haram. Kedua, pengajaran di bait al-Shaikh (rumah-rumah para pengajar) dilakukan karena syaikh tertentu melanjutkan pengajarannya di rumah, atau karena ulama-ulama yang tidak mengajar di al-Haram, atau karena sudah terlalu tua (sepuh), atau karena bukan penduduk asli (tabaiya) yang mendapatkan izin membuka halaqa di al-Haram, atau karena alasan lain. Termasuk dalam golongan ini adalah *Syaikh Jabir di Harat al-Bab, Kyai Idris Kediri di Shieb ‘Ali*. Adapun pengajaran di rumah yang dilakukan oleh syaikh-syaikh yang mengajar di al-Haram dilakukan misalnya oleh Syaikh Yasin Padang. Yang paling menonjol adalah aktifitas belajar di rumah Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki, dahulu di Utabiya, sekarang di Rusaifa, Makkah. Ketiga, pengajaran di Madrasah, baik milik pemerintah yang tidak menerima warga asing (ajanib) atau madrasah swasta yang umumnya didirikan oleh perorangan atau paguyuban dari warga asing yang telah memperoleh kewarganegaraan Saudi (taba’iya). Madrasah di Makkah yang banyak diikuti warga asing adalah Madrasah Shaulatiyyah, Madrasah Dar al-Hadits, dan Madrasah Dar al-‘Ulum, yang kesemuanya adalah madrasah swasta (ahliya) dan memusatkan pada ilmu-ilmu agama. Madrasah Shaulatiyyah adalah madrasah tertua dari seluruh madrasah yang ada di Makkah (ketika wilayah ini dimasuki penguasa Mamlaka al-Hijaziyyah tahun 1924 M.). Madrasah ini didirikan pada tahun 1291/1871 atas inisiatif seorang muqimin India, al-Syaikh Muhammad Rahmat Allah (lahir 1233 H.). Keempat, pengajaran melalui perguruan tinggi (al-jami’ah).
*Kedatangan Ulama Haramain ke Nusantara*
Para pakar sejarah memiliki teori masing-masing perihal kapan dan bagaimana agama Islam masuk ke bumi Nusantara Indonesia. Di antara teori-teori yang dikenal adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, Teori Persia, Teori Cina, dan Teori Maritim. Namun di antara teori tersebut, tampaknya yang paling bisa diterima validitasnya adalah *Teori Makkah*, sebagaimana pendapat Prof. Dr. Buya Hamka dalam Seminar Masuknya Agama Islam ke Indonesia di Medan (1963) yang mengangkat fakta dari Berita Cina Dinasti Tang, bahwa Islam masuk ke Nusantara Indonesia sekitar abad ke-7 M. Di dalam berita tersebut ditemukan daerah hunian wirausahawan Arab Islam di pantai barat Sumatra, maka disimpulkan Islam masuk dari daerah asalnya Arab, dibawah oleh wiraniagawan Arab.[14]
Berbicara tentang ulama Haramain, setidaknya bisa dibagi atas ulama asli kelahiran Haramain, atau ulama kelahiran non-Haramain dan non-Nusantara, dan terakhir ulama Nusantara yang sengaja mengunjungi Haramain. Untuk memastikan siapakah sosok ulama Haramain kelahiran non-Nusantara yang masuk ke Nusantara Indonesia tersebut tentu bukan persoalan yang mudah mengingat literatur yang sangat terbatas sekali. Sebagai contoh Ibnu Battuta yang dikenal sebagai seorang pengembara sejati, telah melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dan Cina, pada tahun 1345-1346 M. dari perjalanan panjangnya mengunjungi banyak negara di dunia, mulai dari Afrika Utara, Mesir, Suriah, Arabia, Persia, Irak, Anatolia, Asia Tengah, Afghanistan, India, Sri Lanka, Kepulauan Maladewa, hingga kembali lagi ke Afrika Utara, Spanyol dan Afrika Barat.[15] Menurut Ibnu Battuta, ia berada di Kesultanan Samudra selama dua minggu. Tetapi dengan mempelajari kisah pelayarannya dapat diperkirakan bahwa ia berada di sana lebih lama. Ketika ia melanjutkan pelayaran, menyusuri pantai Sumatra untuk meneruskan perjalanan ke Cina. Ia singgah di Mul-Jawa yang masyarakatnya masih kufur. Dalam perjalanan kembali dari Cina, ia singgah lagi di Samudra. Ketika itu, menurut Ibnu Battuta, Sultan baru saja pulang berperang dan membawa banyak tawanan perang. Sang pelancong pun berkesempatan pula menghadiri pesta perkawinan putra Sultan dengan putri saudaranya. Menurut Ibnu Battuta, “Sultan Jawa (Samudra), al-Malik az-Zahir adalah penguasa yang paling hebat dan terbuka, juga pecinta ulama. Meskipun baginda tidak henti-hentinya berperang dan merayah demi agama, ia adalah seorang yang rendah hati, yang selalu berjalan kaki pergi ke masjid untuk salat Jumat….”.[16]
Namun begitu, ditemukan dalam beberapa literatur sosok-sosok ulama baik yang memang asli kelahiran Nusantara Indonesia, maupun dari negara lain yang kemudian menimba ilmu di Haramain, dan memiliki kapasitas intelektual yang diakui sampai saat ini dan berjasa besar dalam pengembangan syi’ar Islam di Nusantara Indonesia.
Pada kurun abad ke-18 sampai abad ke-20, beberapa ulama Indonesia di Haramain yang terkenal adalah *Syaikh ‘Abdusshomad al-Falimbani, Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syaikh Ahmad Ripangi, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, dan Syaikh Muhammad Nawawi Banten*. Adapun beberapa ulama keturunan Arab yang terkenal di Nusantara Indonesia adalah Habib Husein Abu Bakar al-Aydrus, Sayid Usman bin Yahya, Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, Habib Ahmad bin Muhammad bin Hamzah al-Attas, Habib Ahmad bin Muhsin al-Hadar, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas, Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Seggaf (1285-1376 H), Habib Abdullah bin Ali Syahab, Habib Alwi bin Muhammad al-Muhdar, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, Habib Ali al-Habsyi (1870-1968 M), Habib Ahmad bin Abdullah as-Seggaf (1299-1369 H), Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Attas (125501346 H), Habib Abdul Qadir bin Alwi bin Idrus as-Seggaf (1241-1331 H), Habib Ali bin Husein al-Attas (1889-1976 M), Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad (1299-1373 H), Habib Shaleh bin Muhsin al-Hamid, Habib Salim bin Jindan (1324-1389 H/1906-1969 M), Habib Alwi bin Thahir al-Haddad, Habib Muhammad bin Hasyim bin Abdurrahman ath-Thahir, Habib Umar bin Ali as-Syaikh Abu Bakar, Habib Ahmad bin Alwi bin Ahmad al-Haddad (“Habib Kuncung”), Habib Alwi bin Segaf Assegaf, Habib Ja’far bin Syaikhan Assegaf, Habib Abdullah bin Ali al-haddad (“Kramat Bangil”).[17]
Bersambung
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
💼 Sebarkan! Raih pahala…
Tips Menjadi Jomblo Sholihah Smart dan Energik
📆 Rabu, 27 Rajab 1437 H / 4 Mei 2016 M
📚 MOTIVASI
📝 Ustadz Dr. Wido@Supraha.com
📋 TIPS MENJADI JOMBLO SHOLIHAH SMART DAN ENERGIK
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
🌼 Alhamdulillaahi bi ni’matihii tatimmushshaalihaat,
Segala puji hanyalah milik Allah yang dengan nikmat-Nya sempurna seluruh kebaikan.
Menjadi jomblo juga adalah kenikmatan kok, semoga ini cara Allah mendorong kesiapan yang utuh menuju gerbang yang ditunggu.
🌻 Asyhadu an-Laa ilaaha illallaah, wa Asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.
Jomblo atau tidak, bukan itu persoalannya, namun apakah qalbu dan bibir ini sentiasa memperbaharui syahadah, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
🌺 Allaahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aalihii wa shahbihii ajma’iin,
Jomblo mengingatkan diri bahwa sejatinya manusia nafsi-nafsi menuju Yaumul Yaqin, maka marilah kita sentiasa bershalawat atas Nabi Muhammad Saw, keluarganya, sahabat-Nya seluruhnya.
🌸 Yaa Akhawaat fiddiin, rahimanii wa rahiimakumullah,
🍃 Menikah adalah 1/2 agama, perintah Allah Swt, penyeimbang kehidupan, dan peningkat ketenangan jiwa. Amal mulia ini adalah awal dari sebuah kerja besar yang tidak bisa dilalui dengan ketenangan kecuali orang-orang yang tenang.
🍃 Persoalan utama hari ini adalah apakah memang kita sudah siap untuk menikah. Jangan-jangan jika hari ini kita menikah justru lahir banyak kemunduran padahal hidup ini untuk kemajuan. Bukankah yang terutama justru persiapan dan pembiasaan sehingga lahir berbagai kemudahan dan jalan keluar dalam kondisi jomblo atau berdua.
🍃 Shalihah, Smart dan Energik adalah 3 kata yang memang menempel dalam diri setiap mukminah. Shalihah kemestian, smart keharusan, energik keniscayaan. Shalihah semakin berkualitas dengan sifat smart dan energik, dan setiap pilihan yang smart akan membuat energi yang semakin energik membentuk keshalihan yang paripurna.
🍃 Shalihah, Smart dan Energik tidak terkait dengan seseorang itu jomblo atau berdua, karena dia seyogyanya sudah bersifat inherent. Namun kita perlu ingat, bahwa sesuatu yang besar adalah karena kumpulan yang kecil. Kebiasaan besar adalah kumpulan kebiasaan kecil. Terbiasa dengan yang kecil, dan tidak meremehkan yang kecil, akan menjadi jalan kemudahan bagi yang besar.
🍃 Hal-hal penting yang dapat menjaga 3 (tiga) hal di atas perlu kita hadirkan dan upayakan keberadaannya.
❣Pertama, memelihara komunikasi dengan Allah Jalla wa ‘ala.
Ingatlah bahwa Allah Swt bersama kita, baik dalam kondisi terpuruk dan bahagia, namun kebiasaan kita dekat dengan-Nya di kondisi bahagia akan memudahkan kita dikenali-Nya di saat kita terpuruk.
Kebersamaan dengan Allah akan memberikan energi yang tak pernah henti, sehingga lahirlah pilihan-pilihan smart. Jika Adam dan Hawa baru ketemu setelah saling mencari bertahun-tahun lamanya, maka hakikatnya menunggu sang pangeran yang baru berbilang tahun, belum ada bandingannya.
❣Kedua, selalu siapkan waktu dengan orang-orang terdekat.
Tentunya orang terdekat kita adalah orang tua, adik, kakak, dan kerabat. Tapi ciptakanlah orang-orang terdekat tambahan. Mereka bisa terlahir karena kesamaan visi sehingga melahirkan gerak bersama.
Mereka pun bisa terlahir sebagai dampak dorongan diri untuk mengisi, sehingga melahirkan kebersamaan yang penuh. Jomblo punya potensi untuk lebih optimal dalam kreasi ini. Sesuatu yang akan membuat kita nyaman meski sang pangeran belum hadir.
❣Ketiga, selalu awali hari dan isi hari dengan energi positif.
Energi positif lahir berawal dari tahajjud dan subuh berjama’ah yang kita lakukan. Energi positif sempurna dengan dzikir pagi yang kita nikmati. Energi ini akan mendorong lahirnya energi turunan, sesuatu seperti keinginan untuk tersenyum ramah dan lepas kepada sesiapapun yang ditemui, bahkan menggerakan diri untuk berbuat lebih melengkapi manusia lain, dan menjaga alam sekitar. Bahkan, jika energi positif itu mampu kita tularkan kepada seluruh makhluk di sekitar kita, pantulannya akan semakin memperkaya diri sehingga energi bertambah tinggi.
❣Keempat, Think Positive Be Passionate.
Sejatinya kita dilahirkan untuk sibuk, dan Allah berjanji akan menyaksikan kesibukan kita. Kesibukan akan mendorong kita untuk selalu berpikir positif. Kecintaan pada kesibukan akan membawa kita pada fokus kerja karena begitu menikmati. Syaithan pun mendapatkan penghalang tambahan untuk merasuki jiwa-jiwa yang sibuk. Maka temukanlah passion kita, nikmatilah, dan teruslah berkarya, karena karyamu akan semakin berkualitas kelak bersama sang pangeran.
Alhamdulillah ‘ala kulli haalin.
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
💼 Sebarkan! Raih pahala…