Pemateri: *Ustadz DR. Wido Supraha*
📚 *Membersamai Suami yg Over-Protective*
📬 *Soal:* ” Assalamualaikum. Bagaimana sikap seharusnya seorang istri menghadapi suami yang overprotektif , dan bagaimana jika overprotektif nya sampai melewati batas kaidah agama, melarang seorang istri mengerjakan amalan amalan contoh sedekah, membantu fakir miskin..”
🔓 *Jawab:* _”Bersyukurlah memiliki suami yang sangat peduli, memperhatikan, menyayangi, dan melindungi. Taatilah suami dalam perkara-perkara yang diperintahkannya, selama dalam batas-batas keridhoan Allah Swt..”_
📌 Ketaatan kepada manusia, termasuk orang tua dan suami memiliki batasan. Batasan itu ditegaskan oleh Rasulullah Saw.:
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Khalik. Sesungguhnya ketaatan itu adalah dalam hal yang ma’ruf.”
🚨 Untuk amalan yang bersifat _Sunnah_, maka jika suami belum mengizinkannya cukuplah dengan berdoa di keheningan malam agar suami senang dan mendukung kebaikan. Genggamlah tangannya untuk bersama-sama menimba ilmu.
📚 *Membersamai Suami yang Egois*
📬 *Soal:* “Saya jg mau tanya ustad… bagaimana menghadapi suami yg egonya tinggi, tdk pernah mau ibadah…apakah Istri hrs tetap patuh punya suami seperti itu.”
🔓 *Jawab:* _”Tetap harus patuh pada seluruh perintahnya yang tidak bertentangan dengan Syariat Islam, karena kepatuhan istri bukan karena kualitas agama suaminya, tapi karena kedudukannya sebagai suami yang sah.”_
📌 Islam adalah ajaran yang sangat memperhatikan pensucian jiwa ( _tazkiyatunnafs_). Egoisme akan menurun seiring seringnya manusia menghadiri majelis dzikir, dan mentadabburi ayat-ayat Qauliyah dan Kauniyah.
🚨 Hendaknya seorang istri terus berusaha mendekatkan suaminya dengan agama tanpa pernah jemu. Jauhkan hal-hal yang menyebabkannya jauh dari agama seperti televisi. Siapkan alternatif hiburan berkualitas Islami di rumah. Berbicaralah dengan lemah lembut dan penuh rasa sayang kepada suami. Jadikanlah *Asiyah* panutan karena kondisinya jauh lebih berat dari Ibu.
Dakwahnya yang lemah lembut sembari memberikan pelayanan batin yang maksimal kepada suaminya perlu ditiru. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Qashash [28] ayat 9:
وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
_Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari._
Dialah Asiyah yang terus bersabar dan berharap hanya kepada Allah Swt. Perhatikan doanya dalam surat At-Tahrīm [66] ayat 11:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
_Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim._
Doakan suami Ibu di keheningan malam, tanpa diketahuinya. Di dalam sujud Ibu, agar kelak di Jannah, ibu dapat kembali bersatu dengan Bapak.