📝 Pemateri: Ustadz Agung Waspodo, SE, MPP
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
Sebuah lokomotif peninggalan era Turki Utsmani di balai reparasi Madain Shalih ini menyimpan rahasia sejarah. Ia pernah beroperasi sebagai alat transportasi modern di jamannya sekaligus lambang persatuan Ummat Islam Dunia. Lokomotif ini pernah menjadi bagian dari jaringan perkereta-apian yang menghubungkan antara Hijaz dengan Syam di utara.
Kini ia terparkir sekitar 300 kilometer sebelah utara kota Madinah, seakan berkata “telah berhenti” pula upaya mempersatuan Ummat Islam.
Kompleks di kota Madain Shalih yang terdiri dari 16 gedung dengan berbagai peruntukan ini diresmikan tanggal 1 September 1907. Peresmian itu ditepatkan dengan tanggal naik tahtanya Sultan Abdülhamid II Han. Peresmian itu juga menandai selesainya blok pembangunan jalur kereta-api sepanjang 287 kilometer dari Tabuk di utara.
Berdirinya stasiun di Madain Shalih ini menjadi amat penting karena membungkam pesimisme bahwa orang Turki tidak mampu membangun alat transportasi modern walau dengan bantuan insinyur asing. Apalagi sejak awal, Sultan Abdülhamid II Han menginginkan bahwa pembangunan jalur kereta-api Hijaz ini dilakukan sebanyak mungkin oleh Ilmuan asli Turki. Bahkan sejak tahun 1900 secara berkala, siswa dikirim ke Ecole Polytechnique di Paris untuk belajar teknik perkereta-apian.
Tidak kurang Duta Besar Inggris di İstanbul, Nicolas O”Connor, pada tahun 1907 menyatakan bahwa “keberhasilan proyek Hijaz ini bahkan melampaui ekspektasinya sendiri!” dan “Sultan akan berdiri tegak di depan 300 juta pengikut (Nabi) Muhammad sebagai khalifah yang dapat membangkitkan kembali semangat kebersamaan ummatnya dengan Perkereta-apian Hijaz ini!” dan “Makkah dan Madinah kini terhubung dengan dunia Islam dengan memudahkan transportasi hajji.” (Özyüksel, p.128)
Tidak jauh dari Madain Shalih, terdapat stasiun kecil al-Ula yang secara geografis menjadi batas wilayah Hijaz. Sultan Abdülhamid II Han mencanangkan bahwa mulai dari al-Ula hingga ke Madinah tidak boleh ada satu pun Ilmuan maupun pekerja kafir yang terlihat.
Sayang sekali proyek besar yang ditujukan untuk menyatukan Ummat ini berkurang maknanya setelah kaum Turki Muda menggulingkan kekuasaan Sultan Abdülhamid II Han. Turki Muda, dengan berbagai kebijakan Turki-sentrisnya, semakin membenarkan anggapan kaum Nasionalis Arab bahwa Turki Utsmani sudah tidak lagi mewakili aspirasi Ummat Islam.
Secara tidak langsung tumbangnya sultan mempercepat meletusnya Pemberontakan Arab sembilan tahun kemudian, 1916 di Makkah. Semakin sirna garapan merekatkan kembali perpecahan di tubuh Ummat Islam.
Agung Waspodo, harusnya masih istirahat karena kesehatannya yang drop sejak kemarin. Namun, pagi ini harus tetap membaca dan menulis walau sedikit di penghujung bulan Muharram ini. Ia harus berkontribusi, walau sedikit dan bertahap, untuk persatuan Ummah.
Depok, 29 Muharram 1440 Hijriyah
—
The Hejaz Railway and the Ottoman Empire – Modernity, Industrialization, and Ottoman Decline, Murat Özyüksel, IB Tauris: 2014.
*Alhamdulillah akhirnya ada yang bisa diekstrak dari buku lama ini.
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678