Sabtu, 01 September 2018
Ustadz Farid Nu’man Hasan
Assalamu’alaikum, ustadz/ustadzah
….saya sedih sekali, saya punya dua orang anak kecil2. Setiap saat mereka ga mau ditinggal .. Terlebih ketika magrib… Kalau saya sholat mereka akan Tarik 2 pakaian saya.. Badan saya dipukul2 bahkan di naikin.. Atau di loncatin.. Saya sedih sekali harus terlewat sholat magrib.. Bgm hukum nya
Saya sdh alihkan ke mainan mereka.. Tapi mereka tetap menjaga saya
Apakah sholat nya bisa diganti waktu lain.. Dan tata cara mengganti sholat bgm.. Apakah ada niat khusus
Jawaban
————–
و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته
Ada dua opsi, pertama, si Ibu tetap shalat seperti biasa sambil bermujahadah mempertahankan kekhusyu’annya walau dia menangis. Sebelumnya diupayakan dulu dgn rayuan, mainan, makanan, atau apa sj yg membuatnya tenang.
Opsi kedua, jika memang pertama sulit, dia bs tunda dulu sebentar shalatnya. Dia urus anaknya dulu sampai tidur lalu dia shalat. Ini ‘uzur bagi seorang ibu, dan juga kesulitan baginya, tidak apa-apa tertunda shalat baginya.
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:
والصلاة في آخر وقتها جائزة
Shalat diakhir waktu itu boleh
Dalilnya adalah, dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu:
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ أَتَاهُ سَائِلٌ يَسْأَلُهُ عَنْ مَوَاقِيتِ الصَّلَاةِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ شَيْئًا قَالَ فَأَقَامَ الْفَجْرَ حِينَ انْشَقَّ الْفَجْرُ وَالنَّاسُ لَا يَكَادُ يَعْرِفُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالظُّهْرِ حِينَ زَالَتْ الشَّمْسُ وَالْقَائِلُ يَقُولُ قَدْ انْتَصَفَ النَّهَارُ وَهُوَ كَانَ أَعْلَمَ مِنْهُمْ ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالْعَصْرِ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالْمَغْرِبِ حِينَ وَقَعَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ الْعِشَاءَ حِينَ غَابَ الشَّفَقُ ثُمَّ أَخَّرَ الْفَجْرَ مِنْ الْغَدِ حَتَّى انْصَرَفَ مِنْهَا وَالْقَائِلُ يَقُولُ قَدْ طَلَعَتْ الشَّمْسُ أَوْ كَادَتْ ثُمَّ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى كَانَ قَرِيبًا مِنْ وَقْتِ الْعَصْرِ بِالْأَمْسِ ثُمَّ أَخَّرَ الْعَصْرَ حَتَّى انْصَرَفَ مِنْهَا وَالْقَائِلُ يَقُولُ قَدْ احْمَرَّتْ الشَّمْسُ ثُمَّ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى كَانَ عِنْدَ سُقُوطِ الشَّفَقِ ثُمَّ أَخَّرَ الْعِشَاءَ حَتَّى كَانَ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَوَّلِ ثُمَّ أَصْبَحَ فَدَعَا السَّائِلَ فَقَالَ الْوَقْتُ بَيْنَ هَذَيْنِ
Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa seseorang datang menemui beliau dan bertanya tentang waktu-waktu shalat, namun beliau tidak menawabnya sama sekali. Kata ayah Abu musa; “Kemudian beliau mendirikan shalat fajar ketika fajar baru merekah dan antara sahabat satu dengan yang lain belum bisa mengenal, kemudian beliau memerintahkan (untuk mendirikan shalat shubuh), setelah itu beliau mendirikan shalat zhuhur ketika matahari condong, lantas penanya berkata; “Siang telah berlalu separohnya.!” seolah-olah dirinya orang yang paling pandai diantara mereka, kemudian beliau memerintahkan lalu beliau mendirikan shalat ashr ketika matahari masih tinggi, kemudian beliau memerintahkan supaya mendirian shalat maghrib ketika matahari tenggelam, setelah itu beliau memerintahkan supaya beliau mendirikan shalat isya`, yaitu ketika mega merah telah hilang, keesokan harinya beliau mengakhirkan shalat fajar, seusai shalat (fajar) laki-laki itu berkata; ‘Matahari telah terbit atau nyaris terbit.!” Setelah itu beliau mengakhirkan shalat zhuhur hingga mendekati waktu ‘ashar seperti waktu kemaren, kemudian beliau mengakhirkan shalat ashar, setelah selesai shalat penanya berkata; “Matahari telah memerah.!” kemudian beliau mengakhirkan shalat maghrib hingga syafaq (mega merah) menghilang, setelah itu beliau mengakhirkan shalat isya` hingga sepertiga malam pertama berlalu, di pagi hari beliau memanggil si penanya, lalu beliau bersabda: ‘Waktu-waktu shalat ada diantara dua waktu ini.” (HR. Muslim no. 914)
Wallahu a’lam.