PERDAGANGAN DALAM AL-QURAN

0
128

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

📝 Khutbah Jum’at Ust. Denis Arifandi Pakih Sati, Lc., M.H. (IKADI DIY)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ، وَأَضَافَ عَلَى ذَلِكَ بِمَزِيْدٍ مِنَ الرِّضْوَانِ وَالرَّحْمَة
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، أَنْجَزَ وَعْدَه، وَنَصَرَ عَبْدَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَنْقَذَ الْأُمَّة، وَنَشَرَ الْحِكْمَة.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ أَعْظَمِ الْبَشَرِيَّة، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلىَ يَوْمِ الْقِيَامَة.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ الله تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: «يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ»

Ma’asyiral muslimiin rahimakumullah,
Perdagangan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Tanpa perdagangan, maka akan banyak maslahat yang hilang. Setiap orang melakukan perdagangan untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Seorang pedagang mengharapkan keuntungan. Sementara itu, para pembeli mengharapkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka dari proses perniagaan itu. Perdagangan itu sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

Akan tetapi, tahukah kita bagaimana Al-Quran al-Karim memandang perdagangan? Dan dalam hal apa kata perdagangan digunakan? Apakah perdagangan dalam Islam selalu berhubungan dengan uang dan materi serta keduniawian? Mari kita simak beberapa ayat berikut ini:

Dalam Al-Quran dijelaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.s. an-Nisa [4]: 29).

Perniagaan yang dimaksud dalam ayat ini adalah jual-beli, yaitu perniagaan materi dalam kehidupan. Dalam konteks ini, Al-Qur’an memberikan panduan mengenai interaksi antar manusia dalam hal materi sebagai salah satu usaha untuk mendapatkan rezeki Allah yang halal. Oleh karena itu, semua jenis perampasan dan mengambil harta orang lain dengan cara batil dilarang oleh Allah. Dalam ayat lain juga dijelaskan:  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ ۚ

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya.” (Q.s. al-Baqarah [2]: 282).

Ayat ini juga menjelaskan mengenai salah satu bentuk transaksi dalam perniagaan, yaitu utang piutang. Dalam ayat ini, Allah membelajarkan kita agar tertib administrasi dengan menuliskan setiap hutang yang terjadi dalam proses jual beli. Hal ini dilakukan agar tidak ada penyesalan dan penipuan, serta menimbulkan permusuhan kelak di antara penjual dan pembeli. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: ‘Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan’, dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.” (Q.s. al-Jum’ah [62]: 11).

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa perniagaan yang dilakukan manusia tidak selayaknya membuatnya lupa untuk beribadah kepada Allah. Artinya, beribadah dan penghambaan kepada Allah harus lebih diutamakan dan didahulukan daripada semua aktifitas keduniawian, termasuk perdagangan yang barangkali bisa memberikan keuntungan materi yang banyak.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Selain menegaskan bahwa perniagaan tidak boleh mengalahkan ibadah, ternyata dalam banyak ayat, Allah juga menggunakan diksi perdagangan untuk transaksi ukhrawi antara manusia dengan Allah. Yaitu bahwa Allah membeli amal, harta dan jiwa manusia untuk ditukar dengan surga yang jauh baik dan lebih menguntungkan dari perdagangan di dunia. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. “(Q.s. Al-Taubah [9]: 11).

Setiap orang yang berdagang pasti mengharapkan keuntungan dan tidak menghendaki kerugian. Hal ini merupakan keniscayaan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi serupa berlaku dalam perdagangan dengan Allah Swt. Ketika kita memutuskan untuk berdagang di jalan-Nya, maka modal yang harus kita miliki adalah hidayah, istiqamah dan amal shalih, kemudian keuntungan yang harus kita dapatkan adalah pahala dan surga yang disiapkan-Nya. Senada dengan ayat tersebut, Allah juga berfirman:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah, “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Q.s. at-Taubah [9]: 24)

Melalui ayat ini, Allah Swt. mengancam orang-orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada memilih ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Ayat ini memandu agar setiap muslim menghilangkan keraguan dan kelemahan iman yang ada pada diri mereka. Orang yang memiliki keyakinan kuat kepada-Nya tidak akan mendahulukan selain-Nya dari ketaatan kepada-Nya. Dan itu adalah sebuah kemutlakan. 
Oleh karena itu, jangan sampai kita merugi dalam perdagangan ukhrawi kita, seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang kafir yang disebut dalam ayat berikut ini:

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

“Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka, tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (Q.s. al-Baqarah [2]: 16).

Ayat ini mencela orang-orang munafik dan orang-orang kafir, sebab mereka menjual akhirat demi kepentingan dunia. Mereka menjual hidayah demi mendapatkan kesesatan. Akibatnya, mereka merugi, sebab perdagangan yang beruntung itu adalah perniagaan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt., baik di dunia maupun akhirat.
Jangan sampai ada di antara kita termasuk bagian dari orang-orang yang disindir dalam ayat di atas. Jikalau itu sampai terjadi, maka kita sudah mengalami kerugian hidup dan kebangkrutan dari perdagangan sesungguhnya. Kita sudah mengganti hidayah dengan kesesatan, kemudian mengganti pahala dengan adzab. Naudzubillah.

Tidak ada gunanya mendapatkan keuntungan duniawi, sementara kita mengalami kebangkrutan ukhrawi. 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Masih ada beberapa ayat lain yang menjelaskan mengenai perdagangan ukhrawi dengan Allah. Pada intinya, ayat-ayat tersebut menekankan perlunya kita berniaga dengan Allah agar mendapatkan keuntungan di akhirat. Ini adalah keuntungan yang jauh lebih banyak dan lebih baik daripada perniagaan di dunia. Bahkan, keuntungan dunia sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan keuntungan di akhirat. Yang kita jual dalam berdagang dengan Allah adalah amal shalih serta pengorbanan kita dengan harta dan jiwa dalam rangka mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah. Allah membelinya dengan menganugerahkan surga dan ridha-Nya di akhirat kelak.

Maka di akhir khutbah ini, khatib ingin mengingatkan diri sendiri dan mengajak jamaah sekalian untuk memikirkan perdagangan dengan Allah. Mari kita pikirkan amal apa yang layak kita jual kepada Allah, agar Ia berkenan membeli-Nya dengan surga-Nya. Adakah amal terbaik yang bisa kita persembahkan sebagai modal perdagangan kita dengan Allah? Apakah shalat kita, tilawah kita, sedekah kita, birrul walidain kita dan semua amal kebaikan yang bisa kita lakukan sudah memenuhi standar sebagai komoditas yang layak untuk Allah beli dengan surga-Nya? Tidak ada jalan untuk mencapai hal itu, kecuali dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas amal shalih kita. Semoga, diantara amal-amal yang kita lakukan, ada beberapa yang Allah anggap layak untuk dibayar dengan surga-Nya, Amin Ya Rabbal Alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى، وَأَطِيْعُوْهُ فِي السِّرِّ وَالنَّجْوَى.
ثُمَّ صَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى الْهَادِي الْبَشِيْر، وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْر، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْفَضْلِ الْكَبِيْر. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ: «إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً»
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَـجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنـِّكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات، وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَات.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّء الْأَسْقَامِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَة، وَالْمُعَافَاةِ الدَّائِمَة، فِي دِيْنِنَا وَدُنْيَاناَ وَأَهْلِنَا وَمَالِناَ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here