๐ฟ๐บ๐
Pertanyaan
Assalamuallaikum wr wb…Saya mau bertanya ke ustadz/ah..Apakah di dlm islam ada hukum serta dalilnya, jika seorang wanita hamil atau nifas, baik rambut, kuku atau anggota badan lainnya tdk boleh rontok/lepas, kalaupun rontok atau lepas harus disucikan dulu Krn pernah kejadian. Seorang teman yg khawatir dan mencari-cari di lantai rambut rontoknya saat dia haid sehingga dia kumpulkan, disimpan rambut tsb di kertas, nanti kalau sudah mandi jinabah, semua rambut yg rontok diikutkan mandi /disucikan.
Jawaban
Ustadz Farid Nu’man Hasan
โู ุนูููู ุงูุณูุงู ู ุฑุญู ุฉ ุงููู ู ุจุฑูุงุชู
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu โAla Rasulillah wa baโd:
Di beberapa kitab para ulama memang ada anjuran untuk tidak memotong rambut dan kuku ketika haid atau junub, seperti Imam Al Ghazali dalam Ihya โUlumuddin-nya. Sehingga hal ini menjadi keyakinan sebagian kaum muslimin.
Sebenarnya, hal ini tidak memiliki dasar dalam Al Quran, As Sunnah, dan ijmaโ. Baik secara global dan terpeinci, langsung dan tidak langsung, tersurat dan tersirat. Oleh karena itu pada dasarnya tidak apa-apa, tidak masalah memotong rambut dan kuku baik yang haid dan junub.
Hal ini merupakan baraโatul ashliyah, kembali kepada hulum asal, bahwa segala hal boleh-boleh saja selama tidak ada dalil khusus yang melarangnya dari pembuat syariat.
Rasulullahย ๏ทบย bersabda:
ุงูุญูุงู ู ุง ุฃุญู ุงููู ูู ูุชุงุจู ูุงูุญุฑุงู ู ุง ุญุฑู ุงููู ูู ูุชุงุจู ูู ุง ุณูุช ุนูู ููู ู ู ุง ุนูุง ุนูู
โYang halal adalah apa yang Allah halalkan dalam kitabNya, yang haram adalah yang Allah haramkan dalam kitabNya, dan apa saja yang di diamkanNya, maka itu termasuk yang dimaafkan.โ
(HR. At Tirmidzi No. 1726, katanya:ย hadits gharib.ย Ibnu Majah No. 3367, Ath Thabarani dalamย Al Muโjam Al Kabirย No. 6124.ย Syaikh Al Albani mengatakan:ย hasan. Lihatย Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidziย No. 1726. Juga dihasankan oleh Syaikh Baariโ โIrfan Taufiq dalamย Shahih Kunuz As sunnah An Nabawiyah,ย Bab Al Halal wal Haram wal Manhi โAnhu,ย No. 1)
Kaidah ini memiliki makna yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Mereka dibebaskan untuk melakukan apa saja dalam hidupnya baik dalam perdagangan, politik, pendidikan, militer, keluarga, penampilan, dan semisalnya, selama tidak ada dalil yang mengharamkan, melarang, dan mencelanya, maka selama itu pula boleh-boleh saja untuk dilakukan. Ini berlaku untuk urusan duniawi mereka. Tak seorang pun berhak melarang dan mencegah tanpa dalil syaraโ yang menerangkan larangan tersebut.
Olehย karena itu,ย Imam Muhammadย At Tamimi Rahimahullahย sebagai berikutย menjelaskan kaidah itu:
ุฃู ูู ุดูุก ุณูุช ุนูู ุงูุดุงุฑุน ููู ุนูู ูุง ูุญู ูุฃุญุฏ ุฃู ูุญุฑู ู ุฃู ููุฌุจู ุฃู ูุณุชุญุจู ุฃู ููุฑูู
โSesungguhnya segala sesuatu yang didiamkan oleh Syariโ (pembuat Syariat) maka hal itu dimaafkan, dan tidak boleh bagi seorang pun untuk mengharamkan, atau mewajibkan, atau menyunnahkan, atau memakruhkan.โ (Imam Muhammad At Tamimi, ย Arbaโu Qawaid Taduru al Ahkam โAlaiha, Hal. 3. Maktabah Al Misykah)
Imam Ibnul Qayyimย Rahimahullahย mengatakan:
ููู ุณุจุญุงูู ูู ุณูุช ุนู ุฅุจุงุญุฉ ุฐูู ูุชุญุฑูู ู ููุงู ุฐูู ุนููุง ูุง ูุฌูุฒ ุงูุญูู ุจุชุญุฑูู ู ูุฅุจุทุงูู ูุฅู ุงูุญูุงู ู ุง ุฃุญูู ุงููู ูุงูุญุฑุงู ู ุง ุญุฑู ู ูู ุง ุณูุช ุนูู ููู ุนูู ููู ุดุฑุท ูุนูุฏ ูู ุนุงู ูุฉ ุณูุช ุนููุง ูุฅูู ูุง ูุฌูุฒ ุงูููู ุจุชุญุฑูู ูุง ูุฅูู ุณูุช ุนููุง ุฑุญู ุฉ ู ูู ู ู ุบูุฑ ูุณูุงู ูุฅูู ุงู
Dia โSubhanahu wa Taโala- seandainya mendiamkan tentang kebolehan dan keharaman sesuatu, tetapi memaafkan hal itu, maka tidak boleh menghukuminya dengan haram dan membatalkannya, karena halal adalah apa-apa yang Allah halalkan, dan haram adalah apa-apa yang Allah haramkan, dan apa-apa yang Dia diamkan maka itu dimaafkan. Jadi, semua syarat, perjanjian, dan muamalah yang didiamkan oleh syariat, maka tidak boleh mengatakannya haram, karena mendiamkan hal itu merupakan kasih sayang dariNya, bukan karena lupa dan membiarkannya.ย (Iโlamul Muwaqiโin, 1/344-345)
๐ Pandangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah
Tertulis dalam Majmuโ Al Fatawa-nya:
ููุณูุฆููู: ุนููู ุงูุฑููุฌููู ุฅุฐูุง ููุงูู ุฌูููุจูุง ููููุตูู ุธูููุฑููู ุฃููู ุดูุงุฑูุจููู ุฃููู ู
ูุดูุทู ุฑูุฃูุณููู ูููู ุนููููููู ุดูููุกู ููู ุฐูููููุ ููููุฏู ุฃูุดูุงุฑู ุจูุนูุถูููู
ู ุฅููู ููุฐูุง ููููุงูู: ุฅุฐูุง ููุตูู ุงููุฌูููุจู ุดูุนูุฑููู ุฃููู ุธูููุฑููู ููุฅูููููู ุชูุนููุฏู ุฅูููููู ุฃูุฌูุฒูุงุคููู ููู ุงููุขุฎูุฑูุฉู ูููููููู
ู ููููู
ู ุงููููููุงู
ูุฉู ููุนููููููู ููุณูุทู ู
ููู ุงููุฌูููุงุจูุฉู ุจูุญูุณูุจู ู
ูุง ููููุตู ู
ููู ุฐูููู
ู ููุนูููู ููููู ุดูุนูุฑูุฉู ููุณูุทู ู
ููู ุงููุฌูููุงุจูุฉู: ูููููู ุฐููููู ููุฐููููู ุฃูู
ู ููุงุ
ููุฃูุฌูุงุจู
ููุฏู ุซูุจูุชู ุนููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ู
ููู ุญูุฏููุซู ุญูุฐูููููุฉู ููู
ููู ุญูุฏููุซู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนูููููู
ูุง {: ุฃูููููู ููู
ููุง ุฐูููุฑู ูููู ุงููุฌูููุจู ููุงูู: ุฅููู ุงููู
ูุคูู
ููู ููุง ููููุฌูุณู} . ููููู ุตูุญููุญู ุงููุญูุงููู
ู: {ุญููููุง ููููุง ู
ููููุชูุง} . ููู
ูุง ุฃูุนูููู
ู ุนูููู ููุฑูุงููููุฉู ุฅุฒูุงููุฉู ุดูุนูุฑู ุงููุฌูููุจู ููุธูููุฑููู ุฏููููููุง ุดูุฑูุนููููุง ุจููู ููุฏู {ููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ูููููุฐูู ุฃูุณูููู
ู: ุฃููููู ุนูููู ุดูุนูุฑู ุงููููููุฑู ููุงุฎูุชูุชููู} ููุฃูู
ูุฑู ุงูููุฐูู ุฃูุณูููู
ู ุฃููู ููุบูุชูุณููู ููููู
ู ููุฃูู
ูุฑููู ุจูุชูุฃูุฎููุฑู ุงููุงุฎูุชูุชูุงูู. ููุฅูุฒูุงููุฉู ุงูุดููุนูุฑู ุนููู ุงููุงุบูุชูุณูุงูู ููุฅูุทูููุงูู ููููุงู
ููู ููููุชูุถูู ุฌูููุงุฒู ุงููุฃูู
ูุฑููููู. ููููุฐููููู ุชูุคูู
ูุฑู ุงููุญูุงุฆูุถู ุจูุงููุงู
ูุชูุดูุงุทู ููู ุบูุณูููููุง ู
ูุนู ุฃูููู ุงููุงู
ูุชูุดูุงุทู ููุฐูููุจู ุจูุจูุนูุถู ุงูุดููุนูุฑู. ููุงููููููู ุฃูุนูููู
ู
Ditanyakan:
Tentang seorang laki-laki yang junub dia memotong kukunya, atau kumisnya, atau menyisir kepalanya apakah dia terkena suatu hukum? Sebagian orang telah mengisyaratkan halย ย demikian dan mengatakan: โJika seorang junub memotong rambut atau kukunya maka pada hari akhirat nanti bagian-bagian yang dipotong itu akan kembali kepadanya dan akan menuntutnya untuk dimandikan, apakah memang demikian?โ
Jawab :
Telah shahih dari Nabiย ๏ทบย yang diriwayatkan dari Hudzaifah dan Abu Hurairah Radhiallahu โAnhuma, ย yaitu ketika ditanyakan kepadanya tentang status orang junub, maka Beliauย ๏ทบย bersabda: โSeorang muโmin itu tidak najis.โ Dalam riwayat yang Shahih dari Al Hakim: โBaik keadaan hidup dan matinyaโ
Saya tidak dapatkan dalil syarโi yang memakruhkan memotong rambut dan kuku bagi orang yang junub.ย ย Justru Nabiย ๏ทบย ย memerintahkanย orang yang masuk islam, โHilangkan darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah.โ Beliau juga memerintahkan orang yang masuk Islam untuk mandi.ย Dan beliau tidak memerintahkan agar potong rambut dan khitannya dilakukan setelah mandi. Tidak adanya perintah, menunjukkan bolehnya potong kuku dan berkhitan sebelum mandi. Begitu pula diperintahkannya (oleh Nabi) kepada ย wanita haid untuk menyisir rambutnya padahal menyisir rambut akan merontokan sebagian rambutnya. Wallahu Aโlam.โย (Majmuโ Al Fatawa, 21/121)
Wallahu a’lam.
๐๐๐บ๐๐๐บ๐๐
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
๐ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
๐ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678