π Kamis, 15 Dzulqo’dah 1437H / 18 Agustus 2016
π *SIROH DAN TARIKH*
π Pemateri: *Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP*
π *Ketika Ketabahan Kaum Muslimin Telah Menurun Kegagalan Terjadi Beruntun*
πΏπΊπππΌππ·π
*Kisah Pengepungan Nicaea 109 Hijriyah (Rabiul Awwal-Rabiul Akhir), 727 Masehi (Juli-Agustus)*
Pengepungan kota Nicaea pada tahun 727 Masehi tercatat sebagai sebuah kegagalan pada masa Daulah Umayyah dalam menguasai kota penting pada theme (distrik militer Byzantiun) wilayah Opsician.
Sejak kegagalan pengepungan terhadap kota Konstantinopel pada tahun 717-718 sebelumnya, Daulah Umayyah telah melancarkan berbagai serbuan ke hampir seluruh area Asia Kecil (Asia Minor).
Pada tahun 727 M, sebuah balatentara kekhilafahan yang dipimpin oleh seorang anak khalifah sendiri bermanuver cepat menembus wilayah pedalaman Asia Kecil.
Sebelum memulai pengepungan kota Nicaea pada bulan Juli, balatentara ini berhasil membumihanguskan 2 benteng di perbatasan guna mengamankan jalur logistik ke belakang.
Setelah bertahan selama 40 hari dan kota tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kekalahan, balatentara Kaum Muslimin mundur kembali ke wilayahnya. Sungguh berbeda dengan angkatan sebelumnya yang bertahan tahunan ketika mengepung Konstantinopel. Bertahannya kota ini mengangkat pamor kaisar Leo III Isaurian yang mengklaim kemenangan ini sebagai penguatan atas Kebijakan Iconoclastic-nya yang menghapuskan semua lukisan berbentuk manusia pada gereja-gereja Byzantium.
Pengepungan ini menandai titik balik dalam sejarah serbuan Daulah Umayyah. Disamping itu, munculnya berbagai ancaman serta tantangan di sepanjang perbatasannya yang terbentang jauh telah menyedot perhatian khalifah dari front ini.
_*Later Belakang -Melemahnya Konsistensi Perjuangan, Efek Kegagalan Latuftahanna*_
Setelah kegagalan pengepungan atas Konstantinopel, ibukota Byzantium, antara tahun 717-718 M, kedua pihak menyepakati periode perdamaian yang pendek. Daulah Umayyah mendapatkan sedikit waktu untuk mengembalikan kekuatan militernya yang berkurang sekaligus menumpas pemberontakan Yazid ibn Al-Muhallab.
Ketika pertempuran di sepanjang perbatasan pecah kembali dua tahun kemudian, strategi militer Daulah Umayyah telah bergeser dari doktrin penaklukan kepada penyerbuan. Sejak itu, walau serbuan terus dilancarkan secara rutin setiap musim semi dan panas melintasi Pegunungan Taurus namun intensitasnya telah jauh menurun. Terkadang serbuan itu terkoodinasi dengan manuver angkatan laut yang biasanya diteruskan dengan serbuan pada musim dingin.
Serbuan Kaum Muslimin ini berhasil menghancurkan banyak benteng milik Byzantium di sepanjang perbatasan, namun sepertinya tidak ada kebijakan untuk menduduki wilayah sebelah barat Pegunungan Taurus secara permanen. Keberhasilan tersebut tidak terakumulasi dalam Penguasaan wilayah, patut disayangkan.
Reaksi kekaisaran Byzantium juga amat pasif karena mereka sendiri terus memupuk kekuatan untuk mengatasi lemahnya sumber daya kekaisaran dibandingkan dengan kekhilafahan. Strategi militer yang diterapkan oleh Byzantium adalah untuk tidak menghadapi balatentara kekhilafahan secara frontal namun mundur secara taktis ke berbagai jaringan perbentengan yang tersebar di area Asia Kecil.
Naiknya khalifah Hisyam (b. 723-43) membawa angin segar bagi operasi militer dengan meningkatnya kembali skala penyerbuan. Salah seorang panglima yang paling terkenal pada masa itu adalah Mu’awiyah ibn Hisyam, salah satu anak khalifah sendiri. Beliau memimpin langsung ekspedisi militer pada tahun 725 dan 726 yang mampu menjangkau hingga Dorylaion. Turunnya keluarga khalifah ke medan perang adalah suatu prestasi memasuki penghujung masa kekhilafahan Daulah Umayyah.
_*Pengepungan Tahun 727 – Harapan yang Terlalu Cepat Sirna*_
Pada musim panas 727 Masehi, Mu’awiyah ibn Hisyam kembali memimpin ekspedisi militer bersama besar dengan elemen terdepan dipimpin oleh ‘Abdullah al-Battal yang tercatat bahkan dalam kronikel sejarah Theophanes the Confessor dari Byzantium; namun terlalu berlebihan ketika mencatat jumlah balatentara Daulah Umayyah Sebanyak 100.000 pasukan. Theophanes juga mencatat adanya panglima nomor dua bernama Amr yang tidak ditemukan dalam catatan sejarah Kaum Muslimin.
Gebrakan pertama balatentara Mu’awiyah ini menghancurkan benteng Gangra di Paphlagonia serta Ateous di Phrygia yang dikenal dalam kitab sejarah Kaum Muslimin sebagai Tabya. Pada penyerangan ini kontingen Muslimin dari kota Antioch mengalami korban besar.
Pada akhir bulan Juli kesatuan terdepan yang dipimpin oleh al-Battal sampai di luar kota Nicaea. Artabasdos sebagai count di kota ini memilih untuk bertahan di dalam benteng kota. Kaum Muslimin menggempur kota dengan persenjataan berat selama 40 hari, bahkan berhasil merontokkan sebagian dinding pertahanan kota. Namun kota tersebut tetap bertahan hingga akhir pengepungan.
Pada akhir bulan Agustus, balatentara Kaum Muslimin memutuskan untuk mundur dengan membawa tawanan serta rampasan perang yang banyak. Ada catatan sejarah lain yang ditulis oleh Michael the Syrian yang mengklaim penduduk kota Nicaea akhirnya mundur sebelum pasukan Kaum Muslimin kembali dan menghancurkan kota; hal inj jelas keliru.
_*Dampak Kekalahan bagi Kedua Pihak*_
Mundurnya balatentara Kaum Muslimin ini menjadikan Kaisar Leo III meneruskan kebijakan agresifnya mengejar sampai ke perbatasan. Setelah ini, balatentara Daulah Umayyah tidak pernah lagi menyerbu sedalam itu ke wilayah Asia Minor.
Balatentara andalan Daulah Umayyah yang berasal dari Syam-Jazirah diputuskan beralih medan ke Pegunungan Kaukasus menghadapi bangsa Khazar. Namun kekalahan besar Kaum Muslimin dari bangsa Khazar pada tahun 730 menyebabkan ancaman di sepanjang front utara semakin nyata. Terlebih dengan disepakatinya aliansi antara Byzantium dan Khazar melalui pernikahan dinasti antara anak Leo III yang bernama Constantine V dengan putri Irene dari Khazar.
Periode serbuan tahun 730an hanya bersama kecil di sepanjang perbatasan yang tidak membahayakan lawan sama sekali. Pada periode berikutnya, tahun 740an, Daulah Umayyah menggelar kembali ekspedisi militer berskala besar. Namun, kekuatan militer Byzantium sudah berhasil memperkuat diri dan menimpakan kekalahan atas Kaum Muslimin di Pertempuran Akroinon.
Perenungan atas kelemahan Kaum Muslimin,
Siang hari Menjelang Akhir Ramadhan 1437 Hijriyah,
Depok, 3 Juli 2016
πΏπΊπππΌππ·ππΉ
Dipersembahkan oleh:
website: www.iman-islam.com
Telegram : https://is.gd/3RJdM0
Facebook : https://m.facebook.com/majelismanis/
Twitter : https://twitter.com/grupmanis
Istagram : https://www.instagram.com/majelismanis/
Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=id.manis
πΌ Sebarkan! Raih pahala…