Pendidikan Islam adalah Kunci Keberhasilan Pertarungan Jangka Panjang!

Sejarah Perguruan Adabiah adalah potret sejarah Minangkabau atau Sumatera Barat sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ada yang mengategorikan era ini sebagai generasi emas Minangkabau. Sebut saja sebagian nama-nama seperti Haji Abdul Karim Amrullah, Zainuddin Labay el-Yunusi, Syekh Jamil Jambek, Ibrahim Musa Parabek, Rohana Kudus, Achmad Chatib Datuk Batuah, Tan Malaka, Haji Agoes Salim, Abdul Muis, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, dan Rasuna Said, sebagai wakil dari generasi tersebut.
Adalah Abdullah Ahmad, mungkin kurang dikenal di luar Sumatera Barat, yang mendirikan Adabiah School pada tahun 1909 yang menjadi cikal bakal Perguruan Adabiah. Beliau pula yang pada tahun 1915 meyakinkan para pengusaha dan cendekiawan untuk mendirikan Sjarikat Oesaha yang mengelola Perguruan Adabiah.
Prof. Dr. Willard A. Hanna pernah menyimpulkan dalam tulisannya “The Role of the Minangkabau in Contemporary Indonesia” bahwa orang Minangkabau adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling terpelajar dan paling berpengaruh di Republik (Indonesia) ini. Pada masa tersebut, di Minangkabau paling tidak memiliki tiga kelompok corak pemuda: kelompok pemuda pembaharu yang dominan ideologi Islam, kelompok yang dominan unsur adat, dan mereka yang mendapatkan pendidikan Barat. Ketiga kelompok ini memiliki kesamaan yaitu:
* Tidak taklid dengan warisan nenek moyang,
* Menerima ide dan gagasan kemanusiaan tanpa memandang asal-usulnya,
* Melakukan komunikasi dengan kelompok masyarakat lain,
* Tidak berpikiran sempit kedaerahan.
Pendirian Adabiah School adalah contoh sikap kreatif dan inovatif terutama dalam pola pendidikan yang berbeda jauh dari sistem pendidikan surau serta menerima guru non-Minangkabau untuk mengajar di sekolahnya.
Sebuah fenomena menarik adalah bermunculannya sekolah-sekolah lain yang identik dengan Adabiah. Sekolah-sekolah tersebut didirikan tidak hanya di pusat kehidupan sosial, ekonomi, atau politik; namun meluas jauh dari keramaian dunia. Diantaranya:
* Madras School yang didirikan Syekh Ta’ib Umar di Sungayang, Tanah Datar
* Diniyah School yang didirikan Zainuddin Labay el-Yunusi di Padangpanjang,
* Arabiah School yang didirikan Syekh Abbas di Ladang Laweh, Agam
* Sekolah Thawalib didirikan HAMKA juga di Padangpanjang dan oleh Syekh Ibrahim Musa di Parabek, Agam
* PGAI oleh Abdullah Ahmad di Padang.
Ciri khas lainnya adalah pendidikan diselenggarakan juga di luar kelas yaitu melalui media massa berupa surat kabar dan majalah. Abdullah Ahmad menerbitkan majalah al-Munir di Padang pada tahun 1911. Oleh profesor Belanda, B.J.O. Schrieke beliau disebut sebagai bapak jurnalisme Islam Indonesia. Bahkan oleh HAMKA beliau disebut sebagai jurnalis Islam pertama di Sumatera, bahkan mungkin Indonesia. Pesatnya penerbitan majalah dan surat kabar merupakan suatu indikator naiknya melek huruf serta tingginya animo masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini.
Berikutnya muncul majalah lain seperti Munirul Manar (1919) dikelola oleh Zainuddin Labay el-Yunusi, al-Bayan (1920) oleh Syekh Ibrahim Musa Parabek, al-Basyir oleh Mahmud Yunus dan Ismail Laut, al-Ittiqan oleh H. Rasyid, dan al-Iftiraq oleh H. Abbas.
Beruntung para pelopor pendidikan di masa itu merasakan globalisasi ide dan gagasan di Dunia Islam. Abdullah Ahmad nampak mengadopsi pendekatan pendidikan luar kelas dari para “mentor”nya di luar negeri seperti Majalah al-Imam yang diterbitkan oleh Syekh Muhammad Taher ibn Muhammad Jalaluddin al-Azhari di Singapura (1906) dan Majalah al-Manar yang diterbitkan Rasyid Ridha di Mesir (1898) lebih awal lagi.
Namun, tidak juga dapat dipungkiri bahwa Abdullah Ahmad terinspirasi dari kaum adat, kaum Belanda, serta kaum Cina di Padang dalam menerbitkan majalah sebagai sarana pendidikan. Diantaranya, Mahyuddin Datuk Sutan Maharaja yang menerbitkan Utusan Melayu (1910) dan kemudian Suluh Melayu (1914), Arnold Snackey dengan
Bentara Melayu dan J. Moss serta B.A. Dooseau dengan Pelita Kecil, lalu Lie Bian Goan dengan Perca Barat dan Lim Sun Hin dengan Sinar Sumatera.
Agung Waspodo, kembali menyadarkan dirinya bahwa pendidikan (tarbiyah) memang suatu kekuatan  perubah yang kuat (walau pelan) yang tidak boleh dilupakan dalam proses pembaruan masyarakat.
Depok, 14 Syawwal 1439 Hijriyah

Berjihadlah

Kita Berjuang Bukan untuk Ketenaran Cukuplah Penduduk Langit Menjadi Saksi

Setelah beberapa kali ragu-ragu, akhirnya Ka’b ibn Malik Radhiyallahu’anhu tertinggal rombongan Nabi Muhammad ShalalLaahu ‘alayhi wa Sallam ke Perang Tabuk.

والمسلمون من تبع رسول الله صلى الله عليه وسلم كثير
لا يجمعهم كتاب حافظ، يعني بذلك الديوان

Ka’b menduga Rasulullah tidak mengetahui absennya dia karena banyaknya balatentara Kaum Muslimin yang berangkat menuju Tabuk. Begitu banyaknya sahabat yang antusias ikut sehingga tidak semuanya tercatat dalam diwan (register/manifest).

Dari sejak dahulu, para mujahid dan mujahidah tidak pernah berjuang agar tertulis namanya dalam suatu catatan atau prasasti.

وأخبر هم خبره فغزاها رسول الله صلى الله عليه وسلم في حرّ شديد واستقبل سفرًا بعيدًا واستقبل غزو عدوّ كثير 

[Sebagaimana diketahui, pra kondisi keberangkatan Tabuk berbeda dengan ekspedisi lainnya], Rasulullah menjelaskan bahwa perjalanan akan dilakukan pada musim panas/kering (lagi minim sumber air sepanjang rute perjalanan), jaraknya ekstra jauh, serta lawannya yang lebih banyak (daripada sebelumnya).

Rasulullah memberikan kesempatan yang cukup untuk bersiap dan saling membantu persiapan, ciri khas ummah yang shalihah.

فقلّ رجل يريد أن يتغيّب إلا ظنّ انه سيخفى له ذلك 

[Ternyata keadaan yg berat itu tidak mengurangi kesemangatan para sahabat untuk berangkat]. Hanya sedikit yang berniat untuk tidak ikut serta kecuali mereka yang menduga Rasulullah tidak mengetahui ketidakhadirannya.

Merupakan ciri mu’min ketika masalah mendera ummat dengan kekuatan besar, maka ia menyambutnya dengan kesemangatan yang lebih besar lagi.

يحزنني أني لا أرى إلا رجلًا مغموصًا عليه في النفاق، أو رجلًا ممّن عذر الله من الضعفاء

[Setelah benar-benar tertinggal dan tidak mungkin tersusul lagi, kini perasaan yang menghantui Ka’b adalah] sedih karena menilai dirinya sendiri tidak lebih dari seorang laki-laki yang tertancap penyakit nifaq (munafik) atau seorang laki-laki yang diberi udzur oleh Allah karena kelemahannya; [dua perasaan yang tidak dimiliki serta tidak pernah diinginkan Ka’b].

Sungguh menakjubkan para sahabat dahulu ketika melakukan kesalahan, mereka sibuk menghisab diri dan cemas dengan kekhilafannya serta tidak pernah mencari sebab pada orang lain.

Kemudian kita semua ketahui bahwa hanya Ka’b ibn Malik, Murarah ibn ar-Rabi, serta Hilal ibn Umayyah yang terus terang mengakui kesalahan mereka di hadapan Baginda Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam. Taubat mereka diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah hampir dua bulan lamanya menerima sanksi berupa larangan dari Rasulullah untuk berbicara dengan ketiganya, sampai turun ketiga ayat:

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada mereka,

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّىٰ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan kepada-Nya saja, kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman!

Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.

Surah At-Tawbah, Ayat 117-119

Agung Waspodo, beristighar panjang atas segala kelalaiannya, semoga Allah Ta’ala ampuni dirinya yang lemah itu.

Depok, 15 Syawwal 1439 Hijriyah


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Agoes Salim, Rencana Snouck, dan Doa Ibu Antara Batavia dan Mekkah – Bagian Pertama

Ketika menyisiri halaman pada buku Batavia saya terhenti pada halaman gedung Gymnasium Willem III yang sekarang menjadi bagian dari kompleks Gedung Perpustakaan Nasional, Salemba. Seingat saya Agoes Salim pernah sekolah di sini. Lalu, saya terbawa mundur ke waktu yang lalu.

Pahlawan nasional Agoes Salim dilahirkan dengan nama Masjhoedoelhak Salim (مشهود الحق سليم) di Kota Gadang, 8 Oktober 1884, Sumatera Barat. Beliau lahir dari ayah, Soetan Mohammed Salim seorang pejabat hakim (Kadi) di Tanjung Pinang, Riau. Sebagai pegawai Belanda, ayahnya  melawan tradisi Minang yang cenderung menjauhi institusi Belanda sejak kekalahan Perang Paderi, dengan menyekolahkan Agus Salim muda ke sekolah Belanda.

Mendapatkan perhatian dari guru Belandanya, Salim  mengadopsi nama Eropa dengan julukan August, kemudian menjadi Agus. Agus Salim meneruskan sekolah ke Gymnasium Willem III di Weltevreden, Batavia, yang telah dibuka sejak 1860. Sekolah elit ini diperuntukkan bagi anak keluarga Eropa yang berpenghasilan menengah serta dari kalangan Eurasia yang mukim di Batavia, Hindia Belanda.

Pada tahun 1901, setelah melalui proses yang panjang, pidato Ratu Wilhelmina menyinggung pentingnya perhatian pada kesejahteraan koloni Belanda, khususnya pulau Jawa. Sebuah pidato yang melahirkan kebijakan yang kemudian dikenal luas sebagai Ethical Policy, Kebijakan Etis. Tentu ada tujuan terselubung, mengingat kebijakan ini tidak lepas dari masukan Prof. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang mengepalai urusan kepribumian di Hindia Belanda sejak 1891.

Tujuan terselubung Snouck adalah menimbulkan “emansipasi pendidikan” agar pribumi Indonesia  keluar dari, apa yang ia istilahkan, varian Islam Abad Pertengahan. Snouck Hurgronje yang telah menghabiskan banyak waktu memata-matai jama’ah haji Hindia Belanda ketika ia ditugaskan di Jeddah pada akhir dekade 1880an.  Bahkan Snouck tidak segan berpura-pura masuk Islam dengan nama Syeh Abdul Gafar dan belajar Islam untuk mengelabui petugas Turki Utsmani di Makkah.

Perangkat lainnya, sebagai penguat dari tujuan Snouck Hurgronje di atas menurut Prof. Dr. Husnul Aqib Suminto (1985:4-6) adalah dengan  mengangkat dan menguatkan kembali kepala adat serta adat-istiadat lokal pra-Islam untuk  membenturkannya dengan sekaligus  menggerus peran ulama dalam menanamkan Islam sebagai sendi kebudayaan Indonesia.

Dalam kehidupan intelektual, Agus Salim sempat terpana dengan dr. Abdul Rivai, juga asal Sumatera Barat, yang mengepalai majalah bulanan Bintang Hindia. Dr. Abdul Rivai menggagas pemikiran Bangsawan Pikiran (intellectual aristocrats) yang sejalan dengan tujuan emansipasi pendidikan ala Snouck Hurgronje. Pemikiran dr. Abdul Rivai digandrungi oleh siswa pribumi yang bersekolah di institusi pendidikan Belanda. Bahkan Agus Salim pernah bertekad untuk sekolah di Belanda mengikuti jejak dr. Abdul Rivai pujaannya. Bahkan menurut Cote (1992), Kartini pun pernah terkesima dengan dr. Abdul Rivai.

Agus Salim yang lulus dari KW III School, nama lain Gymnasium Willem, sebagai siswa terbaik mendapatkan perhatian dari HCC Clockener Brousson. Brousson adalah rekan Rivai yang bekerja di Batavia. Brousson pernah menulis satu kolom khusus tentang Agus Salim pada Bintang Hindia dengan pujian: “Seorang pemuda yang periang dengan cita-cita hidup yanh tinggi dengan bakat yang nampak sebagai pembelajar cepat” Bintang Hindia vol. 1, no. 20, terbit 3 Oktober 1903.
Hati-hati terhadap pujian!

Dengan segudang prestasi serta keternamaan, Agus Salim muda belum juga mendapatkan peluang sekolah ke Belanda yang ia idamkan. Atas saran dari Snouck Hurgronje untuk masuk ke Kantor Kolonial, Agus Salim diarahkannya untuk bekerja sebagai pegawai Belanda. Keluarganya merasa senang, ketika Agus Salim mendapatkan rekomendasi dari Snouck untuk magang sebagai trainee penerjemah (dragoman) di kantor Konsulat Hindia Belanda di Jeddah.

Pada awalnya, pejabat Residence Sumatera Barat, keberatan dengan rekomendasi Snouck Hurgronje ini. Hal itu disebabkan karena khawatir Agus Salim muda bertemu dengan kerabatnya,  Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi ulama Sumatera Barat yang mukim di Makkah, yang tekenal anti Belanda. Khusus untuk menjawab kekhawatiran ini, Prof. Dr. Snouck Hurgronje mewawancari Agus Salim muda.  Hasil beberapa kali wawancara khusus keislaman oleh profesor Orientalis yang juga Islamophobe tersebut menyimpulkan bahwa “Agus Salim tidak cukup Islami untuk terpengaruh oleh pamannya.” Betapa kelirunya assessment Snouck Hurgronje kali ini!

Sebenarnya Agus Salim muda ragu-ragu untuk berangkat karena ia tahu betapa kecilnya gaji seorang trainee di Jeddah. Namun doa dan dukungan ibunya yang mendorongnya berangkat melalui Singapura.  Betapa berkahnya doa seorang ibu yang shalihah. Interaksi Agus Salim dengan Syekh Ahmad Khatib inilah yang kelak mengembalikan beliau dari pemikiran sekuler ala Belanda menuju nasionalis relijius yang kita lebih kenal atas beliau.

Agung Waspodo, menasihati dirinya bahwa doa, apalagi doa ibu, adalah senjata yang amat ampuh, the rest is history, selebihnya sudah kita kenal sebagai sejarah!

Depok, 7 Syawwal 1439 Hijriyah

Sumber:
* Laffan, Between Batavia and Mecca – Images of Agoes Salim from the Leiden University Library, 2003
* Merrilees, Batavia in Ninteenth Century Photographs, 2004
* Suminto, Politik İslam Hindia Belanda, 1985

Misi Membalas Dendam, Uhud adalah Hasadnya Musyrikin Makkah

📚 *Bagian Pertama*

Ibnu Hisyam mencatat bahwa setelah kekalahan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepada Quraisy, gembong kemusyrikan dicampakkan ke dalam sumur di Badr, dan sisanya lari tunggang-langgang ke Makkah maka Abu Sufyan menjadi tumpuan harapan mereka.

Tokoh yang melobinya adalah Abdullah ibn Abi Rabi’ah, Ikrimah ibn Abi Jahl, dan Shafwan ibn Umayyah. Mereka bertiga telah kehilangan, entah ayah, anak, atau saudara di Pertempuran Badr. Mereka mendesak Abu Sufyan dan rombongan kafilahnya yang terselamatkan itu untuk mendanai ekspedisi balas dendam.

Mereka mengajukan argumentasi bahwa kekalahan Badr itu adalah penghinaan yang harus dibalas serta pembunuhan atas punggawa mereka, mereka mendesak:

فأعينونا بهذا المال على حربه

Maka bantulah kami dengan pendanaan atas ekspedisi perang (Uhud) tersebut

Berkenaan dengan rencana busuk ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firmanNya Surah al-Anfaal ayat ke-36

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan.

Agung Waspodo, sekilas di waktu Subuh, perhatikan perjalanan hidup, apakah terwarnai oleh keRidhaan atau amarah murka?

Depok, 20 Februari 2018

👉🏻 Bersambung ke Bagian kedua

*Referensi:* _ar-Raudhul Unuf karya al-Imam Abil Qasim Abdurrahman al Khats’ami as-Suhayli, Jilid 3, halaman 250, Darul Hadits_

Baru Bisa Memanah? Bagus Itu​ ​Tetapi Jangan Cepat Puas!​

Diriwayatkan oleh Sa’id ibn al-Musayyab dalam Kitab ath-Thabaqat al-Kubra karya Ibn Sa’d bahwa ketika sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم yang bernama Shuahayb ibn Sinan (ra) hendak hijrah, beliau dicegat serombongan Musyrikin Quraisy.

Sambil menumpahkan isi kantung anak-panah (كنانة) untuk bersiaga, mirip dengan foto ilustrasi, lalu beliau berkata kepada para pencegatnya yang juga bersenjata:

لقد علمتم أني من أرماكم رجلا

Sungguh kalian tentu tahu bahwa aku adalah (yang terbaik) dari para pemanah (yang pernah bersama) kalian,

وايْم الله، لا تصلون إليّ حتى أرمى بكل سهم معي في كنانتي

Demi Allah, tidak dapat (kalian) mencapaiku, sebelum kupanah (kalian semua) dengan setiap anak-panah yang ada di dalam kantung-panahku (quiver),

ثُمَّ أضربكم بسيفي ما بقى في يدي منه شيء

Kemudian kutebas dengan pedangku sendiri, siapapun yang (mungkin masih) tersisa diantara kalian.

​Kitab ath-Thabaqat al-Kubra, jilid III, halaman 209, paragraf kedua dari atas.​

​Pelajarannya:​

1⃣. Pemanah haruslah berlatih karena Allah SWT, sumber segala kekuatan,

2⃣. Pemanah haruslah berlatih untuk mampu melesatkan panah dalam jumlah tertentu dalam waktu yang sempit serta dibawah kondisi tertekan,

3⃣. Pemanah juga harus memiliki keterampilan mengalahkan mental lawan secara psikologis,

4⃣. Pemanah juga harus terlatih menggunakan pedang semahir panahannya,

5⃣. Pemanah memahami bahwa keterampilannya harus terus dijaga,

Namun, pemanah juga harus bisa berdagang serta mengerti diplomasi, seperti apa? nantikan dalam kelanjutan kisah Shuhayb ibn Sinan ar-Rumi Radhiyallahu’anhu selanjutnya..

Agung Waspodo, mensyukuri pagi yang produktif seperti pagi ini, alhamdulillah.

Depok, 6 Februari 2018

Petistiwa Gerhana Bulan & Matahari adalah Pelajaran Aqidah ; Pondasi Utama Kita dalam BerIslam​

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنًسْتَعِيْنُهُ وَنًسْتَغْفِرُهْ وَنًعُوذً ِبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛

​Ma’asyiral mukminin rahimakumullah,​
Matahari dan bulan adalah di antara tanda-tanda kekuasaan Allah . Keduanya bergerak dan berputar dalam orbit yang ditetapkan sehingga melahirkan ragam fenomena alam untuk diambil pelajaran dan hikmahnya oleh umat manusia.

هُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلشَّمۡسَ ضِيَآءٗ وَٱلۡقَمَرَ نُورٗا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُواْ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلۡحِسَابَۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ يُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Allahu Akbar, Allah SWT menghadirkan kembali fenomena gerhana bulan. Peristiwa itu terjadi saat pergerakan bulan berada di bawah bayang bumi karena cahaya matahari terhalang bumi. Gerhana bulan total terjadi saat posisi bumi berada antara bulan dan matahari dalam posisi garis lurus. Namun begitu, peristiwa gerhana bulan 31 Januari 2018 ini begitu spesial bagi kalangan saintis, karena termasuk fenomena langka, karena posisi bulan akan berada pada posisi terdekatnya dengan bumi, sehingga ukuran bulan akan terlihat jauh lebih besar. Fenomena ini dikenal dengan sebutan supermoon, meskipun tidak akan benar-benar gelap karena piringan bulan tidak tepat melewati jalur pusat umbra bumi. Kemungkinan besar bulan akan berwarna merah kegelapan, karena posisi bulan yang berdekatan dengan pusat kerucut bayang umbra bumi. Menurut Muhammad Irfan, Astronom Observatorium Boscha, peristiwa bulan ditutup bayang umbra bumi sekitar 1 jam 16 menit saja.

​Ma’asyiral mukminin rahimakumullah​,
Seluruh fenomena yang datang karena pergerakan matahari dan bulan ditegaskan tidak terkait sama sekali dengan fenomena kematian seseorang bahkan yang paling mulia sekalipun di atas bumi.  Demikianlah keilmiahan ajaran Islam yang membedakan mana konten keimanan yang menjadi bagian dari pelajaran aqidah, dan mana konten yang mendorong tumbuh kembang sains.

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi Muhammad  ﷺ bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Al-Bukhari No. 1044)

Pelajaran utama dari peristiwa alam Gerhana seperti tadi malam sejatinya adalah pelajaran Tauhid, pelajaran yang menjadi dasar pondasi keislaman kita yang paling mendasar. Bukankah aqidah yang lurus (salimul aqidah) adalah konten utama dalam fase perbaikan diri (ishlah an-nafsi), kekohannya sangat menentukan tahapan amal yang harus dilalui berikutnya oleh setiap Muslim dalam kehidupan. Kemulian hidup dan mati kita sangat ditentukan pada kualitas tauhid kita.

​Ma’asyiral mukminin rahimakumullah,​
Terkait peristiwa gerhana, memori kita segera menyusun ulang sejarah bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh Nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ, ketika wafat puteranya yang bernama Ibrahim pada usia 16 atau 17 bulan dalam masa disusui di perbukitan Madinah, dititipkan pada pasangan keluarga Abu Saif al-Qain dan Ummu Saif Khaulah binti Mundzir al-Anshariyah r.a., seorang pandai besi,  Seluruh anak beliau ﷺ wafat saat Nabi masih hidup, kecuali Fatimah r.a. Kehilangan 6 (enam) orang anak tentunya terasa jauh lebih berat daripada 1 (satu) orang anak. Telah kita ketahui bahwa 5 (lima) orang anak lahir sebelum kenabian, yakni Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah, sementara Abdullah lahir setelah kenabian. Kisah wafatnya kedua putera beliau tatkala masih kecil, Abdullah dan Qasim, ternyata harus terulang kembali saat beliau dikaruniai seorang anak dari Mariyah al-Qibthiyah, Ibrahim, yang mengalami sakit keras hingga meninggal dunia.

حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ وَشَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ كِلاَهُمَا عَنْ سُلَيْمَانَ وَاللَّفْظُ لِشَيْبَانَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلاَمٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ ثُمَّ دَفَعَهُ إِلَى أُمِّ سَيْفٍ اِمْرَأَةِ قَيْنٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو سَيْفٍ فَانْطَلَقَ يَأْتِيهِ وَاتَّبَعْتُهُ فَانْتَهَيْنَا إِلَى أَبِي سَيْفٍ وَهُوَ يَنْفُخُ بِكِيْرِهِ قَدِ امْتَلَأَ الْبَيْتُ دُخَانًا فَأَسْرَعْتُ الْمَشْيَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا أَبَا سَيْفٍ أَمْسِكْ جَاءَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمْسَكَ فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّبِيِّ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ وَقَالَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُولَ
فَقَالَ أَنَسٌ لَقَدْ رَأَيْتُهُ وَهُوَ يَكِيدُ بِنَفْسِهِ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَمَعَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَاللهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُونُونَ

Telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid dan Syaiban bin Farrukh, keduanya dari Sulaiman dan lafazh ini milik Syaiban; Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Mughirah; Telah menceritakan kepada kami Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik  dia berkata:
Rasulullah  ﷺ pernah bersabda: Pada suatu malam anakku lahir, yaitu seorang bayi laki-laki, lalu kuberi nama dengan nama bapakku, Ibrahim. Kemudian anak itu beliau berikan kepada Ummu Saif, isteri seorang pandai besi, yang bernama Abu Saif. Rasulullah ﷺ mendatanginya dan aku ikut menyertai beliau. Ketika kami sampai di rumah Abu Saif, aku dapatkan dia sedang meniup Kirnya (alat pemadam besi) sehingga rumah itu penuh dengan asap. Maka aku segera berjalan di depan Rasulullah ﷺ  lalu kuberi tahu Abu Saif; Hai, Abu Saif! Berhentilah! Rasulullah  ﷺ telah datang! Maka dia pun berhenti. Kemudian Nabiﷺ  menanyakan bayinya, lalu diserahkan ke pangkuan beliau. Nabiﷺ  mengucapkan kata-kata sayang apa saja yang Allah kehendaki. Kata Anas: Kulihat bayi itu begitu tenang di pangkuan beliau saat ajal datang kepadanya. Maka Rasulullah  ﷺ menangis mengucurkan air mata. Kata beliau: Air mata boleh mengalir, hati boleh sedih, tetapi kita tidak boleh berkata-kata kecuali yang diridlai Rabb kita. Demi Allah, wahai Ibrahim, kami sungguh sedih karenamu! (Shahih Muslim 2315-62)

Kematian Ibrahim dalam kondisi belum selesai masa menyusuinya, sehingga disebutkan bahwa kedua orang tua susuannya akan menyempurnakan susuannya kelak di Surga.

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالاَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ:
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَخَّنُ وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ ثُمَّ يَرْجِعُ قَالَ عَمْرٌو فَلَمَّا تُوُفِّيَ إِبْرَاهِيمُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ اِبْنِي وَإِنَّهُ مَاتَ فِي الثَّدْيِ وَإِنَّ لَهُ لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلاَنِ رَضَاعَهُ فِي الْجَنَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Muhammad bin Abdullah bin Numair lafazh ini milik Zuhair keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu ‘Ulayyah dari Ayyub dari Amru bin Sa’id dari Anas bin Malik ra dia berkata:
Tidak pernah kulihat orang yang lebih penyayang terhadap keluarganya melebihi Rasulullah  ﷺ  . Anas ra berkata: Ibrahim (anak beliau) disusukan pada suatu keluarga di sebuah kampung di perbukitan Madinah. Pada suatu hari beliau pergi menengoknya, dan kami ikut bersama beliau. Beliau masuk ke rumah yang kala itu penuh dengan asap, karena orang tua pengasuh Ibrahim adalah seorang tukang pandai besi. Kemudian Nabi ﷺ menggendong Ibrahim seraya menciumnya, setelah itu beliau pun pulang. Kata ‘Amru; “Tatkala Ibrahim wafat, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Ibrahim adalah anakku. Dia meninggal dalam usia menyusu. Kedua orang tua pengasuhnya akan menyempurnakan susuannya nanti di surga.” (Shahih Muslim 2316-63)

Disebutkan ketika Ibrahim wafat, dalam kisah berikut ini:

حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ حَسَّانَ: حَدَّثَنَا قُرَيۡشٌ، هُوَ ابۡنُ حَيَّانَ، عَنۡ ثَابِتٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: دَخَلۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ عَلَى أَبِي سَيۡفٍ الۡقَيۡنِ، وَكَانَ ظِئۡرًا لِإِبۡرَاهِيمَ عَلَيۡهِ السَّلَامُ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِبۡرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ، ثُمَّ دَخَلۡنَا عَلَيۡهِ بَعۡدَ ذٰلِكَ، وَإِبۡرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفۡسِهِ، فَجَعَلَتۡ عَيۡنَا رَسُولِ اللهِ ﷺ تَذۡرِفَانِ، فَقَالَ لَهُ عَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ بۡنُ عَوۡفٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: وَأَنۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ فَقَالَ: (يَا ابۡنَ عَوۡفٍ، إِنَّهَا رَحۡمَةٌ). ثُمَّ أَتۡبَعَهَا بِأُخۡرَى، فَقَالَ ﷺ: (إِنَّ الۡعَيۡنَ تَدۡمَعُ، وَالۡقَلۡبُ يَحۡزَنُ، وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرۡضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبۡرَاهِيمُ لَمَحۡزُونُونَ). رَوَاهُ مُوسَى، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ الۡمُغِيرَةِ، عَنۡ ثَابِتٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.
Al-Hasan bin ‘Abdul ‘Aziz telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Hassan menceritakan kepada kami: Quraisy bin Hayyan menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas bin Malik ra, beliau berkata:
Kami masuk bersama Rasulullah  ﷺ  ke rumah Abu Saif Al-Qain, beliau adalah suami ibu susu Ibrahim ra. Rasulullah   ﷺ  mengambil Ibrahim, lalu menciumnya. Kemudian kami masuk lagi beberapa saat kemudian, pada saat Ibrahim mendekati ajalnya. Mulailah kedua mata Rasulullah ﷺ berlinang air mata. ‘Abdurrahman bin ‘Auf ra berkata kepada beliau: Engkau juga (menangis), wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) ini adalah rahmat (kasih sayang).” Lalu beliau kembali menangis. Beliau ﷺ bersabda, “Sesungguhnya mata ini menangis, hati ini berduka, namun kita tidak mengatakan kecuali perkataan yang Rabb kita ridhai. Dan sesungguhnya kami benar-benar berduka berpisah denganmu, wahai Ibrahim.”
Musa meriwayatkannya, dari Sulaiman bin Al-Mughirah, dari Tsabit, dari Anas ra, dari Nabi ﷺ

Bersamaan saat wafatnya Ibrahim ra, ternyata terjadi pula gerhana matahari di Madinah. Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah, beliau berkata,
كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ ، فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ »
Di masa Rasūlullah ﷺ pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah.’” (HR. Al-Bukhari no. 1043)

Redaksi hadits yang berbunyi ‘Jika kalian melihat gerhana, maka shalat dan berdo’alah’ dimaknai oleh sebagian ulama sebagai wajibnya melaksanakan shalat Gerhana, sebagaimana Imam Abu Hanifah dan  Imam Asy-Syaukani. Shalat gerhana dapat disebut dengan khusūf (الخسوف) dan juga kusūf (الكسوف), meskipun kemudian yang lebih banyak digunakan adalah khusūf untuk gerhana bulan dan kusūf untuk gerhana matahari. Allah SWT berfirman dalam Surat Fushshilat ayat 37:
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيۡلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُۚ لَا تَسۡجُدُواْ لِلشَّمۡسِ وَلَا لِلۡقَمَرِ وَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ ٱلَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.

Nabi Muhammad  ﷺ juga berpesan,
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَهُوَ شَيْبَانُ النَّحْوِيُّ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ خَبَرِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ قَالَ
لَمَّا انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُودِيَ بِ الصَّلَاةَ جَامِعَةً فَرَكَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ فِي سَجْدَةٍ ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ فِي سَجْدَةٍ ثُمَّ جُلِّيَ عَنْ الشَّمْسِ فَقَالَتْ عَائِشَةُ مَا رَكَعْتُ رُكُوعًا قَطُّ وَلَا سَجَدْتُ سُجُودًا قَطُّ كَانَ أَطْوَلَ مِنْهُ
Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah ﷺ , maka diserukanlah (kepada kaum muslimin) dgn seruan, Ash-Shalātu Jāmi’ah (Marilah kita menunaikan shalat jama’ah). Maka Rasulullah ruku’ dua raka’at dalam satu kali sujud, kemudian beliau berdiri lalu ruku’ lagi dua raka’at dalam satu kali sujud. Setelah itu matahari sudah kembali normal, maka Aisyah pun berkata, Saya sama sekali tak pernah melakukan ruku’ & tak pula sujud yg lebih panjang darinya. (HR. Muslim No.1515)

Shalat Gerhana Bulan dihukumi hasanah dalam madzhab Hanafiyah, mandubah dalam madzhab Al-Malikiyah, Sunnah Muakkadah dalam madzhab Asy-Syafi’iyah dan Hanabilah. Shalat ini dikerjakan dengan dua rakaat dan menambah ruku’ di setiap rakaatnya, membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang panjang, dan memperlama ruku’ dan sujudnya, sebagaimana riwayat dari Ibn ‘Abbas berikut:
كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  فَصَلَّى الرَّسُول  وَالنَّاسُ مَعَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً نَحْوًا مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأْوَّل ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأْوَّل
Dari Ibnu Abbas ra berkata, “Terjadi gerhana matahari dan Rasulullah ﷺ melakukan shalat gerhana. Beliau berdiri sangat panjang sekira membaca surat Al-Baqarah. Kemudian beliau ruku’ sangat panjang lalu berdiri lagi dengan sangat panjang namun sedikit lebih pendek dari yang pertama. Lalu ruku’ lagi tapi sedikit lebih pendek dari ruku’ yang pertama. Kemudian beliau sujud. Lalu beliau berdiri lagi dengan sangat panjang namun sidikit lebih pendek dari yang pertama, kemudian ruku’ panjang namun sedikit lebih pendek dari sebelumnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

​Ma’asyiral mukminin rahimakumullah,​
​Kokohnya aqidah​ mendorong untuk ​membaguskan ibadah​. Bagusnya Ibadah ​mendorong kemuliaan akhlak​. Mulianya akhlak mendorong lahirnya amal. Puncaknya amal adalah ​jihad fi sabilillah​, namun ketika puncak amal itu belum terbuka untuk kita, maka kita tetap didorong untuk memenuhi tahapan amal mulai dari ​menyempurnakan perbaikan diri, membangun keluarga Islami, membimbing masyarakat agar senang dengan kehidupan Islam, membebaskan negeri dari segala bentuk penjajahan, mendorong seluruh kebijakan negara agar memenuhi kebutuhan kaum muslimin, mendorong persatuan di antara negara-negara Muslim, hingga kita lahirkan peradaban Islami yang memimpin dunia ini, dimana seluruh umat manusia merasa terpenuhi seluruh hak-hak mendasarnya dalam kehidupan, dan pada saat itulah, Islam hidup dengan segala kelengkapannya sebagai rahmat bagi sekalian alam.​
Mari kita wujudkan bersama.

​(Khutbah Shalat Gerhana Bulan, 31 Jan 2018)​

PEREMPUAN KUAT yang HIJRAH dalam Keadaan HAMIL Besar

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Nashr berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Asma binti Abu Bakar radliallahu ‘anhuma,

أَنَّهَا حَمَلَتْ بِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ بِمَكَّةَ
Bahwasanya di Makkah ia mengandung bayi Abdullah bin az-Zubair (dari suaminya az-Zubayr ibn al-Awwam Radhiyallahu’anhu).

قَالَتْ فَخَرَجْتُ وَأَنَا مُتِمٌّ فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ فَنَزَلْتُ قُبَاءً فَوَلَدْتُ بِقُبَاءٍ
Ia berkata, “Aku lalu keluar (dari kota Makkah) sedangkan (kehamilanku) sudah sempurna, aku menuju Madinah, ketika sampai di Quba, aku singgah dan melahirkan di sana.

ثُمَّ أَتَيْتُ بِهِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعْتُهُ فِي حَجْرِهِ ثُمَّ دَعَا بِتَمْرَةٍ فَمَضَغَهَا ثُمَّ تَفَلَ فِي فِيهِ
Aku lalu membawa bayiku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku letakkan di pangkuannya. Kemudian Baginda minta diambilkan buah kurma, lalu mengunyahnya untuk kemudian menyuapinya ke mulut bayiku.

فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ دَخَلَ جَوْفَهُ رِيقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Maka pertama kali yang masuk ke dalam perutnya adalah kunyahan (kurma) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

ثُمَّ حَنَّكَهُ بِالتَّمْرَةِ ثُمَّ دَعَا لَهُ فَبَرَّكَ عَلَيْهِ
Beliau menyuapkan kunyahan kurma kemudian mendoakan keberkahan kepadanya.

وَكَانَ أَوَّلَ مَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الْإِسْلَامِ
Dia adalah bayi pertama yang lahir dalam Islam.

فَفَرِحُوا بِهِ فَرَحًا شَدِيدًا لِأَنَّهُمْ قِيلَ لَهُمْ إِنَّ الْيَهُودَ قَدْ سَحَرَتْكُمْ فَلَا يُولَدُ لَكُمْ
Orang-orang pun bangga sekali, sebab telah dikatakan kepada mereka ‘sesungguhnya orang-orang Yahudi telah menyihir kalian, sehingga kalian tidak akan memiliki anak’.”

HR Al-Bukhari no. 5047, versi Fathul Bari hadits no. 5469.

Berbagai hikmah dalam satu hadits dari Asma’ binti Abi Bakr Radhiyallahu’anhu ‘anhuma:

1. Asma’ ibnt Abi Bakr (ra) meriwayatkan hadits kepada para laki-laki sebagaimana ‘Aisyah (ra) juga banyak merawikan hadits tentang seluk-beluk kehidupan Rasulullah SAW; betapa cerdas serta kuatnya ilmu para muhadditsat generasi itu,
2. Asma’ ibnt Abi Bakar (ra) tetap tegar berangkat hijrah walaupun suaminya masih terhambat untuk berangkat,
3. Asma’ ibnt Abi Bakr (ra) menempuh perjalanan tidak kurang dari 327 kilometer dalam keadaan hamil yang siap melahirkan dari Makkah hingga ke Quba, dekat Madinah
4. Tahnik bayi merupakan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu memberikan kunyahan halus kurma kepada bayi; anak Asma’ ibnt Abi Bakr (ra) adalah yang pertama mendapatkannya di Quba sekaligus mendapatkan doa keberkahan dari Baginda SAW,
5. Anak Asma’ ibnt Abi Bakr (ra) dan Abdullah ibn az-Zubayr (ra) adalah bayi pertama yang lahir dari kalangan Kaum Muslimin dalam Hijrah,
6. Yahudi di Madinah melancarkan serangan sihir kepada Kaum Muslimin yang tertolak dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Agung Waspodo, menarik banyak kesimpulan dari kisah yang dituturkan Asma’ ibnt Abi Bakr (ra) ini, walLaahu a’lam.

Depok, pagi-pagi 30 Januari 2018

Anak Orang Kreta jadi Pahlawan

Mustafa Ertuğrul Bey lahir tahun 1893 di kota Hanya (Hania), Pulau Kreta (Crete), empat tahun sebelum pemberontakan terakhir kaum Orthodox-nya. Kedua orangtuanya Muslim asli dari pulau tersebut. Islam masuk kembali ke Pulau Kreta pada tahun 1669 dibawa Turki Utsmani.  Keluarganya memutuskan untuk hijrah ke İstanbul pada tahun 1903, tiga tahun sebelum pulau tersebut bergabung dengan negara Yunani.

Lesson #1 Doa orangtua adalah keberkahan.

Nasib baik membawa Mustafa Ertuğrul menjadi kadet pada Akademi Militer Turki Utsmani di İstanbul sebelum terlibat dalam Perang Dunia Pertama dan mendapat tugas sebagai perwira artileri di pesisir selatan Turki. Wilayah ini merasakan pemberontakan etnis Yunani pada akhir tahun 1916 karena kekalahan mulai mendera Turki Utsmani. Pemberontak semakin berani dengan adanya pendaratan pasukan Perancis di Pulau Castellorizo. Memasuki bulan Januari pasukan tersebut membutuhkan logistik jika akan terus menyerbu pantai selatan Turki.

Menurut Liman von Sanders dalam otobiografinya “Lima Tahun di Turki” , elemen militer Jerman pada tubuh AB Turki Utsmani bekerja keras untuk menangkal ancaman serius ini. Putusnya jalur logistik di garis belakang ini maka mengancam keberadaan seluruh balatentara khalifah Turki Utsmani di Irak, Syam, Palestina, Hijaz, hingga Yaman.

Liman von Sanders pada bab 12 menyebutkan operasi khusus memindahkan meriam howitzer serta meriam gunung dari stasiun kereta-api Baladis ke kota Kas untuk menangkal pendaratan Perancis tersebut. Tentu dengan lebih memuji perwira Jerman serta sedikit sekali mengapresiasi pihak Turki Utsmani, Liman von Sanders menerangkan betapa sulitnya proses pemindahan meriam tersebut. Beruntung bahwa meriam tersebut telah siap pada tanggal 6 Januari 1917 dengan mendatangkan 400 unta untuk menggendong amunisi melintasi pegunungan yang terjal.

Lesson #2 Jangan takut kepada ancaman lawan, jadikan itu sebagai tantangan yang menguji kesiapan dan kesigapan kita.

Kapal AL Inggris yang bernama Ben-My-Chree ditugaskan mengirim suplai ke pulau tersebut dikawal kapal perusak Ariadne milik AL Perancis. Kapten kapal Ben-My-Chree, Charles Sampson, pada awalnya menolak merapat karena pelabuhan Castellorizo menghadap ke utara sehingga terlihat jelas dari posisi artileri Turki di kota Antifilo/Antiphellos (sekarang Kas). Namun perintah atasan tidak dapat ditolak, kapal tersebut merapat ke dermaga dan masuk jarak tembak artileri yang pada tanggal 9 Januari 1917 itu dipimpin oleh Mustafa Ertuğrul Bey. Beliau memiliki beberapa perwira teknis Jerman di bawah kesatuannya seperti Mayor Schmidt-Kelbow, Kapten Schuler, Letnan Satu Hesselberger, dan Kapten Ittman.

Lesson #3 Belajarlah memimpin karena itu bisa dibutuhkan sewaktu-waktu dan sepanjang waktu.

Mulai pukul 14:10 tembakan meriam pantai kaliber 105 mm menembaki Ben-My-Chree. Melalui tembakan bracket berikutnya berhasil mengenai hangar bekas penyimpanan pesawat dan menimbulkan api. Ben-My-Chree memang pernah dipakai sebagai kapal induk oleh AL Inggris dalam pendaratan di Gallipoli yang gagal pada tahun 1915. Kapal ini juga dilibatkan dalam operasi dukungan terhadap pemberontakan Syarif Hussein ibn Ali al-Hasyimi di Hijaz terhadap kekhilafahan Turki Utsmani tahun 1916-1917. Semakin banyak tembakan yang mengenai Ben-My-Chree sehingga kapten kapal memerintahkan awaknya meninggalkan kapal pada pukul 14:45. Kapal naas ini tenggelam ke dasar teluk yang dangkal sehingga anjungannya masih menyembul di atas permukaan laut.

Lesson #4 Berlatihlah membidik senjata karena itu adalah sunnah Nabi Muhammad ShalalLaahu ‘alayhi wa Sallam sekaligus keterampilan yang tidak mungkin dikuasai secara cepat.

Atas jasanya ini, Mustafa Ertuğrul Bey mendapat berbagai bintang jasa. Setelah runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani ia bergabung dengan pasukan kemerdekaan dibawah Mustafa Kemal. Dalam Perang melawan pendudukan Yunani tahun 1919-1922, beliau ditugaskan di wilayah Aydın, khususnya memobilisasi milisi bandit terkenal pimpinan Demirci Mehmet Efe. Pada tahun 1919 ia terluka akibat sergapan Yunani dan terpaksa istirahat di Antalya sebagai legiun cacat veteran.

Lesson #5 Tidak semua kita wafat di medan laga, namun semua kita berpeluang syahid.

Mustafa Ertuğrul Bey menikahi anak komandannya, Şefik Aker Bey. Ketika undang-undang Nama Belakang tahun 1934 ditetapkan. Beliau mengambil nama mertuanya menjadi Mustafa Ertuğrul Aker. Beliau wafat pada tahun 1964.

Agung Waspodo , mengucapkan alhamdulillah untuk pagi yang produktif.
Depok, 19 Januari 2018

Referensi:

Lardas, Mark. World War I Seaplane and Aircraft Carriers, London: Osprey Publishing, 2016.

von Sanders, Liman. Five Years in Turkey, Annapolis: United States Naval Institute, 1927.

Banyak Syuhada Tak Bermakam, Bahkan Tak Bertanda​

Pemakaman para syuhada balatentara kekhilafahan Turki Utsmani di Front Galicia (Galiçya Cephesinde) yang dikirim ke front Balkan pada Perang Dunia Pertama.

Sebagai komitmen menjadi bagian dari aliansi Poros Tengah (Central Powers), maka kekhilafahan Turki Utsmani mengirimkan pasukan terbaiknya untuk berperang bersama balatentara Austri-Hungaria. Front Timur ini cukup berdarah dan menelan banyak korban. Sasaran utama adalah menguasai Romania sebagai negeri penyangga Aliansi Sekutu (Allied yang utamanya terdiri dari Inggris, Perancis, dan Russia).

Pengiriman pasukan kekhilafahan merupakan salah satu butir kesepakatan Pertemuan Enver-Falkenhayn tahun 1916, foto makam dari AND dan foto peta milik pribadi.

Agung Waspodo, ya Allah ya Rabb wafatkan kami dalam husnil khatimah.

Pemimpin itu Membersamai Anggotanya​

​​Kisah Latihan Memanah, Sahabat Nabi SAW​​

1. Menunjukkan keahlian memanah itu diperbolehkan, bahkan di pasar di tengah banyak orang:

​”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan melewati beberapa orang dari suku Aslam yang sedang menunjukkan keahlian bermain panah di pasar,​

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَسْلَمَ يَتَنَاضَلُونَ بِالسُّوقِ

2. Memanah adalah keahlian para Nabi dan para pemimpin itu berlatih bersama pasukannya:

maka beliau bersabda: ​”Memanahlah wahai Bani Isma’il, karena nenek moyang kalian adalah ahli memanah dan aku berlatih bersama Bani Fulan” (satu diantara dua golongan yang sedang berlatih) “.​

فَقَالَ ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلَانٍ لِأَحَدِ الْفَرِيقَيْنِ

3. Para pemimpin itu adil dalam membersamai latihan memanah para prajuritnya:

​Lalu mereka (satu kelompok yang lain) menahan tangan-tangan mereka (berhenti berlatih), maka beliau memprotes: “Mengapa mereka tidak terus berlatih?”.​

فَأَمْسَكُوا بِأَيْدِيهِمْ فَقَالَ مَا لَهُمْ

4. Berlatih memanah bersama pemimpin itu meningkatkan semangat juang balatentaranya:

​Mereka menjawab: “Bagaimana kami harus berlatih sedangkan baginda berlatih bersama Bani Fulan?”.​

قَالُوا وَكَيْفَ نَرْمِي وَأَنْتَ مَعَ بَنِي فُلَانٍ

​Maka beliau bersabda: “Berlatihlah, aku bersama kalian semuanya”.​

قَالَ ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلِّكُمْ


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَسْلَمَ يَتَنَاضَلُونَ بِالسُّوقِ فَقَالَ ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلَانٍ لِأَحَدِ الْفَرِيقَيْنِ فَأَمْسَكُوا بِأَيْدِيهِمْ فَقَالَ مَا لَهُمْ قَالُوا وَكَيْفَ نَرْمِي وَأَنْتَ مَعَ بَنِي فُلَانٍ قَالَ ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلِّكُمْ

​Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Yahya dari Yazid bin Abu ‘Ubaid dari Anas telah bercerita kepada kami Salamah radliallahu ‘anhu berkata; (lihat di atas)​

HR Al-Bukhari no. 3245

​Agung Waspodo​, merasa berhutang budi dengan para pemimpin yang sudi membersamai dirinya dalam berbagai pelatihan.

Manggarai, 10 Januari 2018