Tanpa iman hidup kita tak kan berarti. Jauh dari cahaya Ilahi.
Hati kelam bagai malam yang sunyi. Dan diri tak kenal budi pekerti.
Tanpa iman hati bagai ruang kosong tak berpenghuni.
Perangai jauh dari terpuji.
Akal akan sulit terkendali.
Pribadi pun jauh dari mawas diri.
Dengan iman kesulitan tiada memberatkan.
Keterjatuhan tak akan memperburuk keadaan.
Kelelahan tak menyurutkan
Semua dinikmati sebagai tempaan.
Iman kita seperti laut kadang pasang kadang pula surut.
Menjaga keimanan menjadi kewajiban.
Dengan amaliyah yang istiqamah. Dengan segala ibadah yang tak pernah lelah.
Mari menjaga iman kita agar tak sengsara di dunia.
Mari menjaga iman kita agar tak menderita di akhirat sana.
Imam Hasan Al Banna mengungkapkan:
_”Mereka mendengar seruan yang mengajak untuk beriman, maka mereka pun beriman. Kita memohon kepada Allah agar membuat diri kita mencintai iman ini, menghiasi hati kita dengannya sebagaimana Allah pernah memberikan cinta itu kepada mereka dan menghiasi hati mereka dengannya. Iman adalah Bekal utama kita. (Ath-Thariq ila Ar-Rabbaniyyah, Majdi Al Hilali, hlm 46-47)_
Iman itu perbuatan. Saatnya kita merealisasikan keimanan kita dengan perjuangan hingga titik darah terakhir kita.
Bergerak dan segera tinggalkan kebekuan. Lantaran iman itu energi yang mampu memelesatkan kita.
Selayaknya anak panah yang tak pernah lepas dari busurnya maka sampai kapan anak panah itu hingga ke sasaran.
Jika kita tak berusaha untuk bergerak dan berusaha keras untuk ambil bagian dari perjuangan ini maka dimana keberadaan iman kita.
Tidaklah harapan akan sampai pada yang dicitakan bila kita tak segera bergegas untuk meraihnya.
Seperti halnya matahari yang enggan beranjak dari ufuk tak akan ada kebermanfaatan yang ia tebar.
*Kata kuncinya adalah bergerak atau tergantikan.*
Mari kita segera tinggalkan belenggu-belenggu yang bisa menghentikan langkah kita. Tatap ke depan dan segera lah melaju.
Abaikan hal-hal yang sia-sia dan merugikan diri kita dan berusaha menghentikan derap langkah kita.
Maju dan terus melaju hingga perjumpaan dengan Sang Penentu.
Jadikan iman sebagai kendaraan menuju haribaan Tuhan. Niscaya jiwa-jiwa kan terselamatkan.
Wallahu musta’an.
Pemateri: Ustadzah Rochma Yulika