Süleiman Hüsnü Paşa lahir di İstanbul dan lulus dari Akademi Militer tahun 1859 serta ditugaskan di Yenipazar, Herzegovina, dan Sköder. Berpangkat mayor pada tahun 1867 membawanya ditempatkan ke Pulau Kreta (Crete). Kepiawaiannya meredam pemberontakan di sana berbuah kenaikan pangkat dua kali berturut pada 1872. Ia mencapai pangkat Mayor Jenderal (Mirliva -أمير لواء) pada tahun 1873 serta menjadi Komandan Jenderal akademi militer di İstanbul.
Süleiman Hüsnü Paşa turut bermain politik dan ikut dalam pusaran Erkan-i Erbaa (komplotan empat) yang menggerakkan santri madrasah Fatih, Bayezid, dan Süleimaniye dengan berita bohong atas sultan. Kelompok Turki Muda (didirikan 24 Maret 1867 di Paris) ini berhasil menjatuhkan Sultan Abdülaziz dengan berpura-pura mengamankan sultan dari ancaman kudeta 30 Mei 1876.
Dengan naiknya Sultan Murad V lugu, maka banyak jenderal pendukung Turki Muda mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa. Termasuk diangkat menjadi Jenderal Divisi tidak lain juga Süleiman Hüsnü Paşa. Setelah itu ia mendapat tugas “nyaman dan aman” yakni menjadi panglima garnizun Plovdiv di garis belakang. Enak bukan, ternyata di tempat “aman dan nyaman” itulah taqdir akhirnya mengunjungi.
Pertempuran Plovdiv atau Philippopolis adalah yang terakhir dalam Perang Turki Utsmani-Russia tahun 1877-78.
Setelah kemenangan telak Russia di Shipka Pass maka Jenderal Joseph Vladimirovich Gourko segera bergerak ke arah tenggara menuju İstanbul. Tinggal Süleiman Hüsnü Paşa di benteng Plovdiv berkekuatan 7 ribu pasukan yang menghadang gerak laju mematikan ini. Jenderal Gourko mengerahkan 12 ribu pasukan untuk menggempur benteng terakhir ini.
Pada tanggal 16 Januari 1878, setelah dikepung pada musim dingin yang amat berat, satu skuadron pasukan berkuda dragoon (baca: dragun) pimpinan Kapten Alexander Burago menyerbu posisi pertahanan Turki Utsmani di Plovdiv. Serangan ini menghadapi pertahanan yang kuat namun jumlah Russia yang lebih banyak menentukan kemenangan akhir. Sejumlah 5.000 terbunuh-terluka dan 2.000 tertawan dari pihak Turki Utsmani dan Russia menderita 1.300 terbunuh.
Inggris dan Perancis kaget dengan kekalahan tersebut karena sudah cukup membantu persenjataan termasuk peremajaan meriam. Kedua negara tersebut mengintervensi Russia agar tidak menduduki İstanbul yang tinggal selangkah lagi. Russia dipaksa menerima Perjanjian San Stefano.
Süleiman Hüsnü Paşa termasuk nyaris terbunuh jika tidak meloloskan diri dan meninggalkan sisa pasukannya di benteng Plovdiv. Atas kegagalan ini Süleiman Hüsnü Paşa dijatuhi hukuman pembuangan ke Bağdad. Ia meninggal di sana pada tanggal 8 Agustus 1892.
Agung Waspodo, jangan terlalu lugu dan mudah percaya kepada siapapun dalam politik apalagi militer.
Depok, 27 September 2017
🔸Foto menggambarkan deretan meriam Turki Utsmani yang jatuh ke tangan balatentara Russia, 1878, AND.
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
Dipersembahkan oleh:
http://www.manis.id
📲Sebarkan! Raih pahala
====================
Ikuti Kami di:
📱 Telegram
🖥 Fans Page
📮 Twitter
📸 Instagram
🕹 Play Store
📱 Join Grup WA