🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
📝 Dr. Saiful Bahri, M.A
📚Mukaddimah: Persiapan Mental
Surat Al-Muhzamil diturunkan Allah di Makkah setelah surat Al-Qalam (Nûn), kecuali ayat terakhir diturunkan di Madinah[1]. Yaitu ayat yang menasakh (menghapus) hukum wajib shalat malam kecuali bagi Nabi Muhammad saw. Surat ini tidak memiliki nama selain“al-Muzammil” yang berarti orang berselimut, yaitu melingkarkan kain di tubuhnya[2], atau berselimut si waktu malam[3]. Surat ini diturunkan diawal – awal masa risalah beliau. Sebagai shock terapi bagi Rasul saw, yang saat itu menggigil dan kemudian berselimut, sakit, dan ketakutan, juga saat tidur dan beristirahat di waktu malam. Maka Allah memerintahkannya untuk bangun dan bankit menyampaikan risalah Allah, apapun resikonya[4].
📌“Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sebahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah a-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”. (QS. 73: 1-4)
Sebuah perintah yang diturunkan Allah, sebagai pembekalan efektif Shalat malam dan membaca al-Qur’an . Karena Allah sedang menyiapkan seorang dai dan nabi yang tangguh. Dan karena nantinya tantangan yang dihadapinya tidak ringan.
Shalat malam atau yang sering dikenal dengan qiyâmullail merupakan bentuk pembekalan yang efektif. Ada perlawanan terhadap keinginan hawa nafsu di sana. Saat orang sedang enak tidur atau bersembunyi dibalik ketakutanya, justru Allah memerintahkan untuk melawannya. “Bangunlah”. Menariknya Allah memberikan perkiraan waktu yang ideal untuk latihan penguatan mental ini. Dari sejak “al-laila” [5] yang berarti seluruh malam [6] , kecuali sedikit. Ini untuk tingkatan pertama. Kemudian, Allah menurunkannya menjadi standar. Qiyâmullail ini pertama kali diwajibkan, kemudian dinasakh dengan ayat ke 20 [7]. Adapun Imam Syafi’i, Muqatil bin Sulaiman dan Ibnu Kîsân mendukung pendapat Aisyah ra yang menyatakan kewajiban diatas dihapus dengan turunya kewajiban shalat lima waktu[8]. Dengan kebiasaan bangun pada waktu malam seperti ini seseorang akan benar-benar manpu melawan dirinya. Inilah persiapan dan penguatan mental yang sangat bagus.
Setelah itu perintah untuk menartilkan bacaan Al-Qur’an, bertujuan agar selain untuk bisa dipahami dengan mudah, juga supaya lebih terasa dan memungkinkan untuk dijiwai. Yaitu bacaan yang dibaca dengan pelan – pelan sehingga memberi hak yang cukup dalam mengartikulasikan bacaan huruf-huruf al-Qur’an juga hukum-hukum yang berkaitan dalam membacanya (tajwid), panjang pendeknya, idghâm izh-hârnya dan sebagainya.
Mengenai alasan, betapa pentingnya malam bagi seorang nabi juga para dai. Allah menegaskannya di ayat keenam dan tujuh. 📌“Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat (supaya khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)”. (QS.73: 6-7)
Dengan suasana yang hening akan membantu seseorang dan memudahkannya dalam mengatur suasana hatinya supaya sesuai dengan ritme bacaan al-Qur’an yang dibacanya. Sehingga hati bisa mengikuti gerak mulut. Sementara diwaktu siang, kondisi seperti ini sangat langka untuk didapatkan. Karena banyak urusan dan orang tergesa – gesa dalam urusannya. Kata “as-sabhu” aslinya berjalan cepat di dalam air. Untuk mengambarkan betapa sulitnya kondisi dalam kesibukan. Ini kiasan untuk orang yang berpergian[9]dan banyak urusannya.
📚Tugas Berat Siap Menanti
Setelah itu tugas yang berat pun tidak akan membebani atau menjadi tanggungan yang berlebihan.karena pemikul amanahnya benar-benar telah siap.baik dalam menerima atau menyampaikan risalah,ataupun menanggung resiko yang akan ditemuinya sebagai konsekuensi dakwah tersebut.’’sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat’.(QS.73:5) Qatadah berpendapat,bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah hukuman-hukum Allah.sebagian ahli tafsir yang lainnya menerjemahkannya dengan janji dan ancaman Allah [10].
📌‘’Sebutlah nama tuhanmu,dan beribadahlah kepadanya dengan penuh ketekunan’’(QS.73:8)
Tugas berat selain di atas, perlu penambahan bekal lagi.berdzikir.dengan mengingat Allah selalu,juga akan menguatkan mental Rasulullah dalam menjalankan misi risalahnya,bahwa Allah maha kuat, maka siapapun takkan mampu melawannya. Allah lah sebaik-baik penolong. Allah maha mendengar, sebaik hamba-nya. Allah maha penyayang, dan kisahnya takkan pernah memiliki batas.
Dengan berdzikir, kita akan semakin mengenal Allah.Semakin menatapkan keimanan dan keyakinan kita sebagai penerus risalah Nabi saw.Itulah yang dikehendaki Allah dalam membekali kekasihnya, Muhammad saw.
📌‘’(Dia-lah) Tuhan masyrik dan magrhib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah dia sebagai Pelindung’’. (QS.73:9
Karena dzikir ini merupakan salah satu sumber kekuatan seorang mukmin dalam kondisi apapun. Senada dengan pesan arif Ibnu ‘Atha illah as-Sakandary[11], ‘’Jangan tinggalkan berdzikir. Sebab kelalaianmu saat berdzikir. Semoga allah berkenan mengangkat derajatmu dari dzikir yang penuh dengan kelalaian menuju dzikir yang penuh kesadaran. Dan dari dzikir yang penuh kesadaran menuju dzikir yang disemangati oleh kehadiran-Nya menuju dzikir yang meniadakan segala sesuatu selain-Nya. Dan yang demikian itu bagi Allah bukanlah merupakan sesuatu yang sulit” [12]. Hanya tinggal kita membiasakannya dan mau terus berusha.
📚Sikap Terabik Dalam Menghadapi Rintangan Dakwah
📌“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik’’. (QS. 73:10)
Kenilaian kelembutan Allah dengan bersabar. Dengan kesabaran ini akan semakin membuat seseorang dekat dengan Allah.Dan semakin membuatnya kokoh serta istiqomah. Keyakinan terhadap takdir Allah, juga akan membantu kita dalam bersabar dan membuat segala rintangan menjadi sebuah bumbu kehidupan. Justru akan terasa lebih manis [13].
Sabar merupakan salah satu bentuk kepasrahan yang positif.Bukan sikap menyerah atau apatis dalam merespon sebuah masalah. Maka siakap sabar seperti ini akan semakin membuat seseorang kuat. Dan akan semakin dewasa dalam mengambil sikap. Karena ia telah mengalahkan ego dan perasaannya.
Bagaimana tidak, bukankah yang memerintah bersikap sabar telah memberikan jaminan. Dia akan membuat perhitungan terhadap orang-orang yang selalu menyakiti dan menghalangi Rasulullah saw. Mendustakan risalahnya dan memandangkan permusuhan terhadap risalah yang diembannya. Maka biarlah Allah yang mengurusi mereka.
📌“Dan biarkan Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar”. (QS. 73: 11)
Allah tangguhkan mereka. Sebenarnya agar mereka mau berpikir untuk bertaubat dan menyadari kekeliruannya. Kemudian segera memperbaiki kesalahannya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka semakin menjadi-jadi, memusuhi Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti dakwahnya. Menindas dan menyakiti mereka, baik secara fisik ataupun dengan tekanan dan teror psikis yang mereka terus lancarkan.
📚Untuk Para Pendusta
🔹Bersambung🔹
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130