Bijak dalam Memberi Nasihat – Siap Menerima Kritik dan Saran

1
67

Oleh: Ust. DR Wido Supraha

1. Bijak dalam Memberi Nasihat

Memberi nasihat merupakan salah satu bentuk metodologi ta’lim.

Memberi nasihat dalam rangka memperbaiki seseorang dari kesalahan (tashhih al-akhta’), adalah kewajiban muslim dan bagian dari manhaj Qur’ani.

Nasihat diberikan pada umumnya bersifat pencegahan, teguran, ataupun pelurusan terhadap suatu kesalahan.

Cara Nabi Saw. dalam memberikan nasihat adalah cara terbijak.

Memahaminya akan memberikan kesadaran atas kelemahan aturan buatan manusia, sehingga mampu menggunakan cara yang terbaik sesuai kondisi, peristiwa, dan output yang diinginkan.

Memberikan nasihat bukanlah pekerjaan sederhana, namun ia menjadi karakter dasar dalam ber-Islam.

Namun tentu dalam pelaksanaannya membutuhkan pemahaman akan prinsip-prinsip dasar.

Terutama mengikhlaskan diri hanya karena Allah dan memahami bahwa berbuat kesalahan adalah tabiat manusia.

Nasihat yang kita berikan hendaknya berdasarkan dalil syar’i dan bukti kesalahan yang dilakukan.

Semakin besar kesalahan saudara kita, tentunya semakin besar pula perhatian kita kepadanya.

Namun penting untuk membedakan antara pelaku kesalahan yang tahu bahwa ia salah dan tidak mengetahui bahwa ia salah, dan baru kemudian membedakan jenis kesalahannya, apakah menyangkut syari’at ataukah pribadi atau apakah termasuk dosa besar ataukah dosa kecil.

Mengetahui maksud baik dari kesalahan yang dibuat seseorang jangan sampai menghalangi upaya kita untuk meluruskannya.

Di dalam memberikan nasihat kita harus adil dan tidak memilih-milih dalam hal menegur satu jenis kesalahan yang sama, namun begitu perlu diperhatikan cara yang digunakan agar tidak menyebabkan kesalahan yang lebih besar.

Dalam hal ini kita pun perlu membedakan antara orang yang bersalah namun memiliki segudang kebaikan sebelumnya, dengan orang yang memang ahli maksiat, dan membedakan antara orang yang melakukan kesalahan berkali-kali dengan orang-orang yang baru sekali melakukannya, atau orang yang melakukan kesalahan secara berturut-turut dengan orang yang jarang melakukannya, atau bahkan membedakan antara orang yang melakukan kesalahan secara terang-terangan dengan orang yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

Tentunya kekuatan internalisasi agama seseorang mempengaruhi seberapa besar upaya kita untuk meluluhkan hatinya.

Nasihat yang baik adalah nasihat yang dilakukan tanpa membuka aibnya ke publik.

Tatkala memberi nasihat kita harus mempertimbangkan kedudukan dan posisi seseorang.

Menasihati orang yang lebih tua, tentu berbeda dengan menasihati anak kecil yang juga memiliki perbedaan psikologis dalam setiap jenjang usianya.

Menasihati lawan jenis yang bukan mahram pun membutuhkan kehati-hatian.

Upaya kita dalam meluruskan berbagai kesalahan dan memperbaiki dampaknya jangan sampai melupakan kita untuk memberikan terapi atas pokok kesalahannya.

Maka diperlukan kiat-kiat dalam memperbaikinya, di antaranya tidak mengada-ada dalam membuktikan suatu kesalahan, atau tidak perlu memaksa untuk mendapat pengakuan dari pelaku kesalahan atas kesalahannya.

Kita perlu memberi waktu yang cukup baginya untuk memperbaiki diri, dan tidak mengesankan bahwa ia adalah ‘musuh’.

Nabi kita yang mulia memberikan banyak teladan dalam hal memberikan nasihat ini, seperti bersegera setelah melihat suatu kesalahan dan menjelaskan hukumnya dengan jelas, dan berkonsentrasi pada prinsip dasar yang dilanggar, baru kemudian pemahaman akan prinsip tersebut yang diluruskan, dan melanjutkan terapinya dengan mengulang-ulang dalam beberapa kesempatan.

Beliau pun membimbing ke arah pencegahan terjadinya kesalahan.

Untuk hal-hal yang terkait dengan hubungan sesama manusia, Nabi Saw mendesak pelaku kesalahan untuk bersegera meminta maaf, dan mengingatkan keutamaan orang yang diperlakukan salah.

2. Siap Menerima Kritik dan Saran

Menasihati yang paling utama adalah mendahului dengan menasihati diri sendiri.

Kritik atas datang kepada diri kita hendaknya dianggap sebagai bagian dari skenario Allah untuk menasihati diri kita, sehingga posisinya menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu.

Bahkan jika tidak pernah muncul, perlu kita cari dan upayakan agar dapat hadir.

Maka sangat baik bagi seorang muslim menjadi sosok yang rindu kritik dan nasihat, dan aktif mencari dan bertanya kepada orang lain, menikmati setiap kritikan yang kita dapatkan, mensyukurinya.

Kadangkala kritikan dan nasihat yang datang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Ada kalanya isinya benar namun dengan cara yang salah.

Nikmatilah kritikan yang datang dengan tidak memotong pembicaraan, tidak berkomentar, apalagi membantah. Sementara menjadi pendengar yang baik.

Jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih sesudahnya, dan perdalam prinsip dasarnya jika dibutuhkan sebagai bahan untuk mengevaluasi diri lebih komprehensif, dan membuat program perbaikan yang sesuai.

Jangan lupa jika telah diperbaiki untuk memberikan update kepada pemberi nasihat atau ucapan terima kasih dalam bentuk material.

Doakan ia tanpa ia ketahui untuk dapat terus menjaga kita dalam kebaikan.

Kritik adalah kunci kemajuan kita menuju kesuksesan.

Ia akan disenangi karena sentiasa berbuat kebaikan yang membuat masyarakat di sekitarnya menjadi senang dan sayang.

Ia akan disukai dan didekati karena jauh dari hal-hal yang dibenci.

Yakinlah bahwa upaya kita untuk mensyukuri setiap kritikan dan nasihat akan meningkatkan kemuliaan kita.

Mereka yang sering menganggap kritikan sebagai suatu penghinaan, hal yang menyakitkan dan merendahkan, dan menganggap pengkritik adalah musuh, adalah mereka yang nyaman berada di area comfort zone.

Jika perasaan aman dan nyaman terganggu maka akan muncul semangat perlawanan.

Tabiatnya, kritikan tidak pernah muncul pada saat yang tepat,  karena kita biasanya lebih siap untuk dipuji dibandingkan dikritik.

Kalaulah mereka menyampaikan kritikan tidak dengan cara yang baik, maka fahamilah bahwa kita tidak berhak mengatur orang lain bertindak sesuai yang kita inginkan.

Ambillah hikmah dari setiap peristiwa.

Orang yang tidak pernah dikritik boleh jadi adalah orang yang tidak melakukan apa-apa, tidak mengatakan apa-apa, tidak akan menjadi apa-apa, dan tidak akan sukses.

Maka terimalah kritik dengan tidak membawa ke ranah pribadi, berpikirlah positif, dan terimalah dengan hati terbuka, karena yang kita tunggu-tunggu telah didatangkan Allah.

Wallahu a’lam.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here