Tafsir QS. Al-Hujurat Ayat 9-10 (Bagian 1)

Sabtu, 04 Syafar1438 H/05 November 2016

Al-Qur’an

Ustadzah Noorahmat

============================

Assalamu’alaikum adik-adik.
Bagaimana khabarnya? Semoga Allah Azza wa Jalla mengkaruniai istiqamah dalam Iman Islam.

Kali ini coba kita bahas ayat yang dilantunkan (tasmi’) oleh Syaikh Ali Jabeer dari atas mobil komando aksi 4 November kemarin di waktu maghrib. Beliau melantunkan ayat-ayat dari QS. Al-Hujuraat dengan penuh penghayatan hingga membuat tidak sedikit peserta aksi damai meneteskan air mata kerinduan kepada Rabb Semesta Alam.

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali(kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

Adik-adik, Allah Azza wa Jalla memerintahkan kaum mukmin agar mendamaikan di antara dua golongan yang berperang satu sama lainnya:

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.” (QS. Al-Hujurat: 9)

Allah Ta’ala menyebutkan mereka sebagai orang-orang mukmin, padahal mereka berperang satu sama lainnya. Berdasarkan ayat ini Imam Bukhari dan lain-lainnya menyimpulkan bahwa maksiat itu tidak mengeluarkan orang yang bersangkutan dari keimanannya, betapapun besarnya maksiat itu. Tidak seperti yang dikatakan oleh golongan Khawarij dan para pengikutnya dari kalangan Mu’tazilah dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar dimasukkan ke dalam neraka untuk selama-lamanya).

Hal serupa juga disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari. Dimana Rasulullah SAW pernah bersabda:

“انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا”. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا نَصَرْتُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ أَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: “تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمَ، فَذَاكَ نَصْرُكَ إِيَّاهُ”

“Tolonglah saudaramu, baik dalam keadaan aniaya atau teraniaya. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kalau dia teraniaya, aku pasti menolongnya. Tetapi bagaimana aku menolongnya jika dia aniaya?” Rasulullah SAW menjawab: Engkau cegah dia dari perbuatan aniaya, itulah cara engkau menolongnya.”

Anas r.a. pernah berkata bahwa pernah dikatakan kepada Nabi Saw., “Sebaiknya engkau datang kepada Abdullah bin Ubay bin Salut (pemimpin kaum munafik).” Maka Rasulullah SAW. berangkat menuju ke tempatnya dan menaiki keledainya, sedangkan orang-orang muslim berjalan kaki mengiringinya. Jalan yang mereka tempuh adalah tanah yang terjal. Setelah Nabi Saw. sampai di tempatnya, maka ia (Abdullah ibnu Ubay) berkata, “Menjauhlah kamu dariku. Demi Allah, bau keledaimu menggangguku.” Maka seorang lelaki dari kalangan Ansar berkata, “Demi Allah, sesungguhnya bau keledai Rasulullah SAW lebih harum ketimbang baumu.” Maka sebagian kaum Abdullah ibnu Ubay marah, membela pemimpin mereka; masing-masing dari kedua belah pihak mempunyai pendukungnya. Kemudian tersebutlah di antara mereka terjadi perkelahian dengan memakai pelepah kurma, pukulan tangan, dan terompah. Maka menurut berita yang sampai kepada kami, diturunkanlah ayat berikut berkenaan dengan mereka, yaitu firman Allah SWT : “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.”

Adik-adik pernah mendengar perseteruan antara Kabilah Aus dan Khazraj? Sa’id ibnu Jubair r.a menceritakan bahwa orang-orang Aus dan orang-orang Khazraj terlibat dalam suatu perkelahian memakai pelepah kurma dan terompah, maka Allah Ta’ala. menurunkan ayat ini dan memerintahkan kepada Nabi SAW. untuk mendamaikan kedua belah pihak.

As-Saddi menyebutkan bahwa dahulu seorang lelaki dari kalangan Ansar yang dikenal dengan nama Imran mempunyai istri yang dikenal dengan nama Ummu Zaid. Istrinya itu bermaksud mengunjungi orang tuanya, tetapi suaminya melarang dan menyekap istrinya itu di kamar atas dan tidak boleh ada seorang pun dari keluarga istri menjenguknya. Akhirnya si istri menyuruh seorang suruhannya untuk menemui orang tuanya. Maka, kaum si istri datang dan menurunkannya dari kamar atas dengan maksud akan membawanya pergi. Sedangkan suaminya mengetahui hal itu, lalu ia keluar dan meminta bantuan kepada keluarganya. Akhirnya datanglah saudara-saudara sepupunya untuk menghalang-halangi keluarga si istri agar tidak di bawa oleh kaumnya. Maka, terjadilah perkelahian yang cukup seru di antara kedua belah pihak dengan terompah (sebagai senjatanya), maka turunlah ayat ini berkenaan dengan mereka. Lalu, Rasulullah SAW mengirimkan utusannya kepada mereka dan mendamaikan mereka, akhirnya kedua belah pihak kembali kepada perintah Allah Azza wa Jalla.

Firman Allah SWT :

فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ…

“jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat: 9)

Berlaku adillah dalam menyelesaikan persengketaan kedua belah pihak,’ berkaitan dengan kerugian yang dialami oleh salah satu pihak akibat ulah pihak yang lain, yakni putuskanlah hal itu dengan adil dan bijaksana.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat: 9)

Kenapa berlaku adil sangat penting sekali?

Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di dunia berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah berkat keadilan mereka sewaktu di dunia.”

Semoga kita termasuk generasi yang mampu menjadi perekat antar perbedaan diantara mukminiin, sehingga Ummat ini semakin kuat dengan persatuan.

Kita bertemu kembali di bagian kedua yang akan membahas Tafsir QS. Al-Hujuraat ayat 10.

Seri Memahami Diri

Jum’at, 04 Syafar1438 H/04 November 2016

Pengembangan Diri & Motivasi

Bunda Heni & Tim

============================

Assalamualaikum

Bagaimana kabar hari ini?
Semoga Allah masih memberikan curahan Rahmat dan hidayah kepada kita semua.
Masih ingat materi jumat lalu?

Semoga masih ingat🤓🤓
Berikut ini lanjutaan dari materi jumat lalu,mestinya hari Sabtu di share tapi karena kesibukan hari ini bisa di share
Maaff yaa….🙏🏼🙏🏼

Kehidupan pot bunga yang terjaga berhubungan dengan sisi karakter tersembunyi Anda yang terjaga. Selain itu juga berhubungan dengan cara anda menahan dunia memasuki kehidupan sosial.

1⃣ Tanaman jatuh dan tetap utuh
Anda terlihat kuat dan percaya diri serta selalu ingin mendemonstrasikan. Ketenangan di tengah – tengah masalah. Di balik wajah yang keras,anda adalah seorang yang lebih peduli menjaga citra diri.

2⃣ Pot rusak,tapi tanaman tidak rusak
Anda nampak tenang dan tidak dapat diganggu orang lain. Kenyataannya Anda tidak suka menunjukkan emosi.

3⃣ Pot dan tanaman rusak tanpa dapat diperbaiki
Anda nampak pandai bicara dan tidak mau menonjolkan diri. Hanya perlu waktu dan kesempatan yang tepat untuk menonjolkan diri.

4⃣ Karena alasan tertentu,pot dan tanaman tidak terlihat
Anda pintar menciptakan kesenangan dan membuat orang lain tertawa. Orang melihat Anda sebagai kehidupan dalam pesta,rame,pintar menyembunyikan keseriusan dan sisi pemalu.

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADATAIN (Lanjutan)

Rabu, 02 Shafar 1438 H/02 November 2016

Aqidah

Ustadzah Prima Eyza Purnama

============================

Assalaamu’alaikum wrwb

Adik-adik pemuda Islam harapan umat, mudah-mudahan hari ini senantiasa dalam kebaikan iman dan limpahan hidayah dari Allah SWT. Aamiin..

Mari kita lanjutkan kembali pembahasan kita mengenai syarat-syarat diterima syahadat yang pada kesempatan lalu telah selesai membahas syarat yang pertama.
Kali ini pembicaraan kita masuk pada syarat yang kedua.

SYARAT KEDUA:

اَلْيَقِيْنُ اَلْمُنَافِيْ لِلشَّكِّ

(KEYAKINAN YANG MENGHILANGKAN KERAGUAN)

Orang yang bersyahadat haruslah meneguhkan keyakinan pada dirinya, tanpa keraguan sedikit pun, tentang keesaan ALLAH dan kerasulan Nabi SAW. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Hujurat (49) : 15,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”

Dalam ayat tersebut jelas disebutkan bahwa yang disebut mu’minun (orang-orang beriman) yang sempurna HANYALAH ( إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ ) orang-orang yang :
→ Beriman kepada ALLAH dan Rasul-Nya.
→ Kemudian mereka TIDAK RAGU-RAGU ( ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا  )

Hal ini sekaligus memahamkan kita pada prinsip penting bahwa keiman dan keyakinan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya itu harus terus berproses dan tidak boleh berhenti berproses ke arah kesempurnaan.
Sebab, kata yang digunakan dalam ayat tersebut adalah “tsumma” (kemudian) →  ini mengisyaratkan adanya proses.
Sehingga semakin berjalan waktu, seharusnya semakin yakin dan semakin sempurna keimanan.

Yakni keimanan yang :
→ Tidak bercampur dengan keraguan dan kebimbangan.
→ Berupa keyakinan yang menenteramkan, kokoh, sempurna dan tidak menimbulkan kegelisahan.

Ingatlah bahwa sudah bagian dari ketetapan dan ketentuan Allah SWT bahwa dalam menjalani hidup, seorang yang beriman memang akan dihantam dengan berbagai ujian dan kesulitan yang dapat menggoyahkan dan peristiwa-peristiwa yang menggundahkannya. Bagi orang yang sempurna keimanannya, ujian-ujian tersebut tidaklah sedikit pun menggoyang dan menggoyahkan keimanannnya. Ia tetap berada dalam keyakinan/keimanan yang paripurna terhadap Allah dan Rasul-Nya. Jika ia ditimpa kesulitan, misalnya, ia sangat yakin bahwa Allah lah Dzat Yang Maha Memudahkan dan Melapangkan. Jika diuji dengan sakit, ia sangat yakin bahwa Allah lah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Jika ia butuh pertolongan, ia meminta pertolongan kepada Allah karena Allah lah Dzat Yang Maha Memberi pertolongan.

Dalam setiap urusan-urusannya, ia sama sekali tidak bergantung kepada makhluk. Demikian seterusnya dan seterusnya dalam setiap perkara dalam kehidupannya. Apalagi dalam hal peribadahan, ia akan menjadi orang yang sempurna ketaatan dan penyembahannya kepada Allah SWT, disebabkan keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa Allah lah satu-satunya ilah yang diTuhankan sehingga Allah lah satu-satunya Dzat Yang layak untuk disembah dan ditaati. Ia tidak mentaati sesuatu selain Allah. Tidak mentaati dukun, tukang ramal, tidak menyembah batu, kuburan, dan lain-lain yang bisa menyekutukan Allah.
Na’udzubillaahi min dzaalik…

Maka dengan demikian, bukti dari keimanan yang terus berproses ini adalah MUJAHADAH (bersungguh-sungguh). Yakni jika qalbu telah merasakan lezatnya iman dan kegandrungan kepada ketaatan, serta sudah terbangun keyakinan telah mengakar begitu kuat, niscaya akan mendorong diri untuk bersungguh-sungguh mewujudkan keimanan itu di luar qalbu, yakni dengan aplikasi amal, baik amal ibadah maupun amal sholeh (kebajikan-kebajikan) dalam bentuk yang sangat luas.

Jika ia mendapatkan realitas yang bertentangan bertentangan dengan iman, maka ia pun akan bermujahadah (bersungguh-sungguh) dengan harta dan jiwanya untuk menyeru dan mengajak kepada keimanan dan amal.

Para ulama mengatakan bahwa mujahadah itu harus memenuhi 2 syarat:

1. Sungguh-sungguh  ( جِدِّ يَّةٌ )
2. Terus-menerus  ( إِسْتِمَرَارِيَّةٌ )
Inilah Iman yang Benar.
Seperti yang disebutkan Allah dalam QS. Al Hujurat (49) ayat 15 diatas :

أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (mereka itulah orang-orang yang benar)

→ ini maknanya: إنهم مؤمنون  (merekalah yang disebut mu’minun).
Orang beriman yang benar.

Bukan seperti yang disebutkan dalam QS Al Hujurat [49] : 14 tentang sebagian orang Badui yang mengaku beriman,

قَالَتِ الْأَعْرَابُ ءَامَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

→ Mereka belum beragama dan beriman secara baik dan sempurna, masih perkataan lahiriah saja, belum menghujam di dalam hati.

Keyakinan yang sempurna ini pun semakna dengan yang diwahyukan Allah pada QS. Fushshilat (41) ayat 30 :

…إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah ALLAH’  kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka..”

→ Sekali lagi “tsummas-taqaamuu” (kemudian mereka meneguhkan pendirian/keyakinan mereka).

Bersambung..

Wallaahua’alamu bisshawab..

Shalat-shalat Sunnah

Ustadz Menjawab
Ustadz Muhar Nur Abdi
02 November 2016
=====================

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

kak, minta penjelasannya mengenai shalat2 sunnah

MFT 09
===========
Jawaban

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Untuk shalat-shalat sunnah, ada banyak macamnya. Tapi kali ini, kita jelaskan beberapa saja ya..

Shalat-shalat sunnah yang lazim atau sering dilakukan oleh kebanyakan muslim..
Berikut shalat-shalat sunnah itu:

1. Shalat Wudhu.
Yaitu shalat sunnah dua raka’at yang bisa dikerjakan setiap selesai berwudhu.

Niatnya :
“Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi Ta’aalaa”

Artinya, “aku niat shalat sunnah wudhu dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

2. Shalat Tahiyatul Masjid.
Yaitu shalat sunnah dua raka’at yang dikerjakan ketika memasuki masjid, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum shalat dua raka’at lebih dahulu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Niatnya :

“Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”

Artinya, “aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua raka’at karena Allah Ta’ala.”

3. Shalat Dhuha.
Yaitu shalat sunnah yang dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah raka’atnya minimal 2 maksimal 12. Dari Anas r.a., berkata Rasulullah SAW, “Barang siapa shalat Dhuha 12 raka’at, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majjah)

Niatnya :

“Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa”

Artinya, “aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

4. Shalat Rawatib.
Yaitu shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Niatnya :

a.   Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya : 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:

‘Ushalli sunnatadh Dzuhri*  rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’ Artinya: ‘aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah’

b.   Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu. Waktunya : 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah shalat Isya. Niatnya :

‘Ushalli sunnatadh Dzuhri*  rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah sesudah  dzuhur dua rakaat karena Allah’

5. Shalat Tahajjud.
Yaitu shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah malam. Dan setelah tidur. Minimal 2 raka”at maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan shalat ini, diterangkan dalam Al-Qur’an. “Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra : 79 )

Niatnya :

“Ushalli sunnatal tahajjudi  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”

Artinya, “aku niat shalat sunnah tahajjud dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

6. Shalat Istikharah.
Yaitu shalat sunnah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, apabila kita menghadapi dua pilihan, atau ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya dikerjakan pada 2/3 malam terakhir.

Niatnya :

“Ushalli sunnatal Istikharah  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”

Artinya, “aku niat shalat sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

7. Shalat Witir.
Yaitu shalat sunnat mu’akkad (dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan dengan shalat tarawih, Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat.

Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah SAW, “Witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa yang suka satu maka kerjakanlah.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai)

Dari Aisyah r.a., “adalah nabi SAW shalat sebelas rakaat diantara shalat isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam setiap dua raka’at dan yang penghabisan satu raka’at.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niatnya :

“Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi Ta’aalaa”

Artinya, “aku niat shalat sunnat witir dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

Wallaahua’alam..

KISAH NABI ADAM A.S. (2)

Selasa, 01 Safar 1438 H/01 Nopember 2016

Sirah

Pemateri: Dr. Wido Supraha

=============================

Brother and Sista,

Apa khabarnya? Today, kita dah masuk bulan Safar lho? Tetap semangat yach!
Oh ya, terkait judul materi ini, kita lanjutkan ya kisahnya.

Dari berbagai nash yang kita terima hari ini, berikut ini kelanjutan beberapa fakta terkait dengan Nabi Adam a.s., sebagai berikut:

5⃣ Nabi Adam a.s. adalah manusia yang kehidupannya menyadarkan kita semua, bahwa manusia dapat dengan mudah diombang-ambingkan oleh syaithan akan sesuatu hal hingga memiliki persepsi yang berbeda 180 derajat, jika manusia tidak berpegang kokoh dengan ilmu, dan hal ini terlihat dalam persepsi Adam a.s. akan hakikat pohon ‘ syajaratul khuldi’ dan makna kekekalan dari Allah ﷻ (Q.S. 2:35/ 7:18-19/ 20:116-119) dan syaithan (Q.S. 7:20-22/ 20:120/

6⃣ Nabi Adam a.s. adalah manusia pertama yang menyadarkan seluruh manusia di muka bumi bahwa terbukanya aurat bagi manusia akan hadir rasa malu yang luar biasa, dan ini terlihat setelah Nabi Adam a.s. dan istrinya memilih memakan pohon terlarang. (Q.S. 20:21)

7⃣ Kisah Nabi Adam a.s. mengingatkan umat manusia bahwa jika di dunia mereka memiliki mata yang bisa melihat ayat-ayat Allah ﷻ tapi tidak beriman dan berilmu dengannya, maka kelak manusia akan dikumpulkan dalam kondisi tidak dapat melihat alias buta. (Q.S. 20:115-126)

8⃣ Kecerdasan Adam a.s. yang mengetahui seluruh nama-nama yang digunakan di dunia seperti nama-nama manusia, hewan, bumi, zat, gerakan, bentuk dan sejenisnya adalah karena ilmu dari Allah ﷻ, sehingga kesadaran ini tidak menjadikan Nabi Adam a.s. sombong di puncak kecerdasannya. (Q.S. 2:33)

Sampai disini dulu ya Brother and Sista. Ada yang mau ditanyakan? Kita akan lanjutkan poin-point terkait penciptaan manusia pada tulisan selanjutnya ya.

Belajar Tawadhu dan Rendah Hati dari Rasulullah SAW

Senin, 30 Muharam 1438 H/31 Oktober 2016

Akhlak

Ustadz Muhar Nur Abdy

============================

Suatu hari, Umar bin Khattab r.a. pernah menangis, iba melihat keadaan Nabi SAW. Umar menjumpai utusan Penguasa alam semesta itu bangun tidur dan anyaman tikar mengecap di tubuhnya. Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis, wahai Umar?.”

“Bagaimana saya tidak menangis, Kisra dan Kaisar duduk di atas singgasana bertahtakan emas,” sementara tikar ini telah menimbulkan bekas di tubuhmu, wahai Rasulullah. Padahal engkau adalah kekasih-Nya,” jawab Umar.

Rasulullah SAW kemudian menghibur Umar, beliau bersabda: “Mereka adalah kaum yang kesenangannya telah disegerakan sekarang, dan tak lama akan sirna, tidakkah engkau rela mereka memiliki dunia sementara kita memiliki akhirat…?”

Kemudian beliau SAW melanjutkan, “Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang bepergian dibawah terik panas. Dia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya.”

® Ramah Terhadap Anak Kecil

Di Madinah, ada seorang anak kecil yang berkun-yah Abu Umair. Si Anak memiliki hewan peliharan seekor burung. Ia suka bermain dengan burung peliharaannya itu. Suatu hari, burung itu mati, dan Rasulullah SAW menyapa dan menghiburnya.

Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata, “Nabi SAW datang menemui Ummu Sulaim yang memiliki seorang putra yang diberi kun-yah Abu Umair. Rasulullah SAW suka mencadainya. Suatu hari, beliau melihat Abu Umair bersedih. Lalu beliau SAW bertanya,

فقال: “مَا لِي أَرَى أَبَا عُمَيْرٍ حَزِينًا؟” فقالوا: مات نُغْرُه

“Mengapa kulihat Abu Umair bersedih?” Orang-orang menjawab, “Nughrun (burung kecil seperti burung pipit yang lekuk matanya berwarna merah)nya yang biasa bermain dengannya mati.”

Kemudian beliau menyapanya untuk menghibur si anak yang kehilangan mainannya ini,

أبَا عُمَيْرٍ، مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟

“Abu Umair, burung kecilmu sedang apa?.” (HR. Bukhari No. 5850)

® Mengerjakan Pekerjaan Rumah

عن عائشة أنها سُئلت ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعمل في بيته، قالت: “كَانَ يَخِيطُ ثَوْبَهُ، وَيَخْصِفُ نَعْلَهُ، وَيَعْمَلُ مَا يَعْمَلُ الرِّجَالُ فِي بُيُوتِهِمْ.”

Dari Aisyah r.a., ia pernah ditanya apa yang dilakukan Rasulullah SAW di rumah. Aisyah radhiallahu ‘anha menjawab, “Beliau menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sendalnya, dan mengerjakan segala apa yang (layaknya) para suami lakukan di dalam rumah.” (HR. Ahmad No. 23756)

® Bergaul Dengan Penduduk Desa

Sebagian orang kadang malu jika ada orang desa yang polos, yang mungkin terlihat kuno, mau berteman dekat dengan mereka. Televisi-televisi kita menyugukan tayangan bagaimana anak-anak gaul, malu berteman dengan yang terlihat culun. Hal itu disaksikan anak-anak, sehingga mereka meniru. Tentu, ini berbahaya jika tidak direspon oleh orang tua dengan pendidikan adab dan akhlak yang mulia. Ketika orang tua mampu menampilkan teladan dari Rasulullah SAW, seorang tokoh berkedudukan tinggi di masyarakat, mau berteman dengan orang biasa, tentu hal itu akan menimbulkan kesan yang berbeda pada diri anak-anak.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، أَنَّ رَجُلا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ كَانَ اسْمُهُ زَاهِرًا , وَكَانَ يُهْدِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , هَدِيَّةً مِنَ الْبَادِيَةِ ، فَيُجَهِّزُهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ زَاهِرًا بَادِيَتُنَا وَنَحْنُ حَاضِرُوهُ ” وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّهُ وَكَانَ رَجُلا دَمِيمًا , فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَوْمًا وَهُوَ يَبِيعُ مَتَاعَهُ وَاحْتَضَنَهُ مِنْ خَلْفِهِ وَهُوَ لا يُبْصِرُهُ ، فَقَالَ : مَنْ هَذَا ؟ أَرْسِلْنِي . فَالْتَفَتَ فَعَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ لا يَأْلُو مَا أَلْصَقَ ظَهْرَهُ بِصَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ عَرَفَهُ ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَقُولُ : ” مَنْ يَشْتَرِي هَذَا الْعَبْدَ ” ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِذًا وَاللَّهِ تَجِدُنِي كَاسِدًا ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ ” أَوْ قَالَ : ” أَنتَ عِنْدَ اللَّهِ غَالٍ ” .

Dari Anas bin Malik r.a., bahwasanya ada seorang dari penduduk desa (Arab badui) yang bernama Zahir, dia selalu menghadiahkan berbagai hadiah dari desa untuk Nabi SAW. Jika Nabi SAW hendak keluar, beliau menyiapkan perbekalannya. Lalu bersabda: “Sesungguhnya Zahir adalah desa kami (maksudnya beliau SAW bisa belajar darinya sebagaimana orang Badui mengambil manfaat dari padang Sahara) dan kami adalah kotanya (yang membuka pintu Madinah lebar-lebar untuk kehadirannya, ini adalah salah satu bukti pergaulan yang baik).

Nabi SAW mencintainya, dia adalah seorang yang jelek (tidak tampan) namun baik hatinya. Suatu hari Nabi SAW mendatanginya sementara ia sedang menjual barangnya, lalu beliau mendekapnya dari belakang, sementara dia tidak bisa melihat beliau. Dia berseru: ‘Siapa ini? Lepaskan aku!’ Kemudian ia menengok ke belakang dan ia tahu bahwa itu adalah Nabi SAW. Ketika dia tahu, dia tetap merapatkan punggungnya agar bersentuhan dengan dada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW berseru, ‘Siapa yang mau membeli hamba sahaya ini?’ Zahir menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kalau begitu demi Allah, engkau akan mendapatiku (terjual) sangat murah.’ Nabi SAW bersabda, ‘Akan tetapi, di sisi Allah engkau tidaklah murah’ atau ‘Di sisi Allah engkau sangat mahal.’ (HR. Ahmad No.12669)

Lihatlah bagaimana beliau SAW bercanda dengan teman-teman beliau. Pertemanan beliau tidak didasari oleh tampilan fisik, materi kekayaan, namun, beliau mendasari pertemanan berdasarkan keta’atan.

Kita semua tahu, Nabi SAW adalah manusia paling mulia yang pernah ada dan selama-lamanya. Ada para raja, pemimpin negara dan pejabat negara, orang-orang kaya, tidak satu pun yang melebihi kedudukan beliau SAW. Dan mereka tidak layak dibandingkan dengan beliau SAW. Lihatlah, alangkah rendah hatinya beliau SAW dalam pergaulannya. Dalam kehidupan sosialnya.

Dan kita berlindung kepada Allah SWT, agar kita yang tidak memiliki jabatan dan kedudukan ini, tidak berbuat sombong dan meremehkan orang lain.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad..

Wallaahua’alam..

Seri Memahami Diri

Jum’at, 27 Muharam 1438 H/28 Oktober 2016

Pengembangan Diri & Motivasi

Bunda Heni & Tim

============================

Memelihara tanaman memungkinkan kita memberi tanpa mengharapkan balasan, ucapan terima kasih atau penghargaan. Memang benar tanaman hanya meminta sedikit perhatian. Hanya air dan sinar matahari. Dalam hal material pun, tanaman bahkan hanya memberikan. Sedikit imbalan. Meskipun demikian, rumah yang dihiasi tanaman semakin populer karena terkesan lebih dekoratif. Mungkin kita menanam tanaman karena memenuhi kebutuhan penting manusia: kebutuhan untuk selalu dibutuhkan.

Sebuah pot tanaman yang ada di balkon jatuh. Anda segera keluar untuk melihat kerusakannya. Apa yang Anda lihat?

1⃣ Tanaman jatuh dan tetap utuh.

2⃣ Pot rusak,tapi tanaman tidak rusak.

3⃣ Pot dan tanaman rusak tanpa dapat diperbaiki.

4⃣ Karena alasan tertentu, pot dan tanaman tidak terlihat.

Yukss dipilih..dan tunggu penjelasan nya di hari sabtu..

Meraih Kemuliaan Dengan Iman dan Ilmu

Kamis, 26 Muharam 1438 H/27 Oktober 2016

Ibadah

Ustadz Farid Nu’man Hasan

============================

Allah Ta’ala berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Kandungan ayat ini:

• Allah Ta’ala meninggikan derajat orang beriman dan berilmu dengan banyak tingkatan dibanding yang tidak beriman dan berilmu.

• Iman saja tanpa ilmu akan mudah diperdayai, bahkan beriman tapi sedikit daya guna.

• Berilmu tapi tanpa iman, membuatnya tidak bermanfaat, bahkan ketiadaan iman membuat ilmunya bisa membawa petaka bagi diri dan orang lain.

Imam Al-Qurthubi Rahimahullah menjelaskan:

أَيْ فِي الثَّوَابِ فِي الْآخِرَةِ وَفِي الْكَرَامَةِ فِي الدُّنْيَا، فَيَرْفَعُ الْمُؤْمِنَ عَلَى مَنْ لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ وَالْعَالِمَ عَلَى مَنْ لَيْسَ بِعَالِمٍ. وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: مَدَحَ اللَّهُ الْعُلَمَاءَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ. وَالْمَعْنَى أَنَّه ُيَرْفَعُ اللَّهُ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ عَلَى الَّذِين َآمَنُوا وَلَمْ يُؤْتَوُا الْعِلْمَ (دَرَجاتٍ) أَيْ دَرَجَاتٍ فِي دِينِهِمْ إِذَا فَعَلُوا مَا أُمِرُوا بِهِ.

“Yaitu ketinggian balasan yang diperolehnya di kehidupan akhirat, dan ketinggian karamah (kemuliaan) di dunia. Maka, Allah meninggikan orang beriman di atas yang tidak beriman, dan meninggikan orang berilmu di atas yang tidak  berilmu.

Ibnu Mas’ud berkata: “Allah memuji para ulama dalam ayat ini.”

Dalam ayat ini Allah meninggikan orang yang diberikan ilmu di atas orang beriman yang tidak diberikan ilmu.

(Banyak derajat) yaitu derajat dalam agama mereka jika mereka menjalankan apa-apa  yang diperintahkan.”

• Imam Al-Qurthubi, Jami’ Lil Ahkam Al-Qur’an, 17/299

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADAT

Rabu, 25 Muharam 1438 H/26 Oktober 2016

Aqidah

Ustadzah Novria Flaherti
============================

SYIRIK (MENYEKUTUKAN ALLAH)

Sikap adalah menyekutukan Allah SWT dalam zat, sifat, perbuatan dan ibadah.

® Zat yaitu Meyakini bahwa Zat Allah sama dengan zat makhluk-Nya.

® Sifat yaitu Meyakini bahwa sifat Allah sama dengan sifat makhluk-Nya.

® Perbuatan yaitu Meyakini bahwa makhluk yang mengatur alam semesta dan rezeki ummat manusia.

® Ibadah yaitu Menyembah selain Allah SWT dan mengagungkannya, mencintainya seperti kepada Allah SWT

BENTUK SYIRIK

© Menyembah patung atau berhala.

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا.

“Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya; ‘Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?.'” (QS. Maryam: 42)

© Menyembah Matahari.

 وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushshilat: 37)

© Menyembah Malaikat dan Jin.

وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ ۖ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يَصِفُونَ.

“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat- sifat yang mereka berikan.” (QS. Al-An’am: 100)

© Menyembah para Nabi.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ.

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?.” (QS. At-Taubah: 30)

© Menyembah Rahib atau Pendeta.

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ.

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31)

© Menyembah Taghut

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ.

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang- orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl: 36)

© Menyembah Hawa Nafsu.

 أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ.

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

MACAM-MACAM SYIRIK

1. Syirik Besar (Asy-Syirkul Akbar)
• Tampak (Zhahir)
• Tersembunyi (Khafiy)

2. Syirik Kecil (Asy-Syirkul Asghar)

® Syirik Besar (Asy-Syirkul Akbar)

• Yaitu tindakan menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya. Syirik besar tak akan diampuni dan tak akan masuk surga.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا.

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh- jauhnya.” (QS. An-Nisa: 116)

• Syirik Besar Zhahir

° Menyembah bintang, matahari, bulan, patung, batu, pohon besar, manusia, malaikat, jin dan setan.

• Syirik Besar Khafiy

° Meminta kepada orang yang telah mati dengan keyakinan mereka bisa memenuhi permintaan mereka.

° Menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti halnya Allah SWT.

° Tindakan yang mengarah kepada kesyirikan, tetapi tingkatannya belum sampai keluar dari tauhid (hanya mengurangi kemurnian tauhid).

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka, perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)

® Syirik Kecil (Asy-Syirkul Asghar)

• Syirik Kecil Zhahir.

° Berupa pernyataan ataupun perbuatan.

° Contoh bersumpah dengan nama selain Allah, seperti “Demi Nabi!”, “Demi Ka’bah!”.

° “Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah SWT, ia telah kafir dan musyrik.” (HR. Tirmidzi)

 ° Contoh lain: memakai jimat dengan keyakinan jimat itu akan memberikannya keselamatan.

• Syirik Kecil Khafiy

° Berupa niat atau keinginan, seperti riya’ dan sum’ah.

° Contohnya: membaca Al-Qur’an dengan merdu agar dipuji orang lain.

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ.

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya.” (QS. Al-Ma’un: 4-6)

BAHAYA SYIRIK

• Kezaliman yang nyata (QS. 31:13)
• Sumber khurafat
• Sumber ketakutan dan kesengsaraan (QS. 3:151)
• Merendahkan derajat manusia (QS. 22:31)
• Menghancurkan kecerdasan manusia (QS. 10: 18)
• Tak akan mendapatkan ampunan dan kekal di neraka selama-lamanya (QS. 5:72)

SEBAB-SEBAB SYIRIK

• Kebodohan
• Lemahnya iman
• Taklid buta (QS. 7: 28)

® Sumber
• Al-Qur’anul Kariim
• Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah. 2009- Modul Tarbiyah Islamiyah. Jakarta: Rabbani Press
• Iman Rukun Hakikat dan yang Membatalkannya; Muhammad Nuaim Yasin; alih bahasa Tete Qomarudin; Assyamil Press;  Bandung 2001

Makmum Tidak Membaca Iftitah

Ustadzah Menjawab
Ustadzah Novria
26 Oktober 2016
=====================

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Mau tanya  .. apa shalatnya sah jika tidak membaca doa iftitah ketika sholat, dikarenakan imamnya sudah  hampir ruku’ ,sehingga kita pun segera langsung membaca al-fatihah ? Syukron

================
Jawab

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Do’a iftitah hukumnya sunnah, dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum ta’awudz membaca al-Fatihah. Jika ia meninggalkan membaca doa iftitah pada rakaat pertama, maka sholatnya tetap sah. (Kitab Shifatish Shalah, Ibnu Taimiyah)

Dari Abu Hurairah ra, berkata “Biasanya Rasulullah saw setelah bertakbir ketika shalat, beliau diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, “wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah: … (beliau menyebutkan do’a iftitah).” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah saw membaca do’a iftitah dengan do’a yang bermacam-macam, beliau memuji Allah swt, menyanjung dan mengagungkan-Nya dalam doanya itu. Beliau bersabda, “Tidak sempurna shalat seseorang hingga bertakbir, memuji Allah, memuliakan serta menyanjung-Nya dan membaca ayat-ayat Al Quran yang mudah baginya” (HR. Abu Daud dan Hakim dan ia menshahihkannya, disepakati oleh adz-Dzahabi)

Imam An Nawawi berkata, “Ketahuilah bahwa semua do’a-do’a ini (berbagai macam do’a iftitah) hukumnya mustahabbah (sunnah) dalam shalat wajib maupun shalat sunnah” (Al Adzkar, 1/107)

Jadi sholt tetap sah  jika tidak dibaca karena hukumnya sunnah.

Allahu ‘Alam Bisshowab