Membangun Optimisme Keluarga Muslim

Allah berfirman dalam surat Ash-Syu’ara’ ayat 18 :

قَالَ اَلَمْ نُرَبِّكَ فِيْنَا وَلِيْدًا وَّلَبِثْتَ فِيْنَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِيْنَۙ

“Dia (Fir‘aun) menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu”.

Inilah keluarga Fir’aun. Terdiri atas Ayah yang kafir. Ibu yang taat kepada perintah Allah dan anak yang militan.

Kisah tersebut disampaikan Allah untuk membangun optimisme bagi kaum muslimin. Anak anak harus terus diasah keimanan nya meski apapun halangannya.

Anak anak Islam pastilah lahir dari keluarga Islam. Bila ada anak Islam yang lahir dari keluarga kafir, maka itu adalah hal diluar kelaziman. Dan hanya terjadi beberapa saja dalam kehidupan yang kita temui. Semakin banyak anak anak Islam yang kita inginkan, maka semakin perlu dan urgent membentuk Keluarga Islam.

Keluarga adalah tempat pertama anak anak belajar tentang aturan kehidupan, bercermin dari aturan keluarga. Ada the rule of family yang menjadi bagian ketentuan agama. Aturan Islam yang dikenal anak anak dalam keluarga, akan menumbuhkan kemampuan anak menyelami samudra hikmah dan indahnya Islam. Melihat Islam sebagaimana kebahagiaan yang dirasakan setelah melakukan berbagai aturan itu.

Dari sebuah keluarga, seorang anak akan melihat bagaimana orangtuanya shalat, berpuasa, tilawah Al Qur’an dan lain sebagainya. Sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah akan senantiasa menanamkan iman dan membentuk anak-anaknya menjadi pribadi dengan akhlak dan budi pekerti yang baik terutama saat bergaul dalam masyarakat.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمً

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al Isra’ ayat 23).

Berbuat baik kepada ibu bapak di ayat 23 surat Al Isra’, merupakan perintah yang menjadi landasan rule of family. Bayangkan dengan sikap tersebut akan tumbuh kedamaian dan kemuliaan jiwa. Membangun pribadi bermartabat karena akhlaknya.

Keluarga adalah orang terdekat bagi setiap manusia dan tempat mencurahkan segala isi hati maupun masalah. Keluarga juga merupakan tempat berkeluh kesah bagi setiap anggotanya karena hanya keluargalah yang akan – dan senantiasa, memberikan perhatian kepada setiap orang meskipun keadaan keluarga setiap orang memiliki keunikan sendiri.

Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa keluarga yang sakinah adalah keluarga yang dipenuhi dengan ketentraman dan ketenangan hati. Dihidupkannya bayangan tentang surga dan juga gambaran tentang neraka, untuk semakin menguatkan fokus tujuan dari berkeluarga.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari (kemungkinan siksaan) api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At Tahrim ayat 6).

Dari ayat tersebut diatas, terasa benar bahwa penjaga neraka saja adalah malaikat yang selalu menjaga dan taat perintah. Meski perintah tersebut tidak enak yaitu menjaga neraka. Namun ini tetap dilakukan untuk mencegah penghuni neraka keluar dari rumah api yang besar yang terdiri dari unggun api disetiap sudutnya. Sehingga rasa tak enak dari gambaran ini diharapkan menumbuhkan rasa ngeri dalam diri keluarga. Ketakutan yang sifatnya positif. Positif karena produktif dalam membangun karakter taat.

Produktif untuk melahirkan amal yang baik baik. Menjaga nama baik keluarga. Menjadi agen kebaikan. Menyebarluaskan kebaikan dengan publikasi dan promosi kebaikan, dari keluarga baik di sekitar lingkungan. Menyengat setiap pendengar dan penonton untuk megikuti jejak kebaikan.

QS Ali-Imran ayat 33

اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰۤى اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰلَ عِمْرٰنَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing).

Salah satu jejak kebaikan itu adalah kebahagiaan yang ditampilkan dalam rangka mengajak orang untuk menikah. Mengajak berpikir bahwa memiliki keturunan yang baik dan saleh sangat melipatgandakan kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan yang sifatnya kekinian dan kedisinian saja. In syaa Allah kebahagiaan itu hingga berkumpul kembali di jannah.

Hari ini kita melihat keluarga Islam yang demikian sejuk dan menyejukkan, mulai menjamur. Seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Menjadi energi baru bagi peradaban yang mulai menggeliat bangkit. Anak anak yang gemar tilawah didampingi keluarganya. Keluarga keluarga yang bersemangat agar hadir satu orang penghafal Al Qur’an di rumah rumah mereka.

RUMAH PUSAT PERSEMAIAN ADAB​

📚 Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Nahl [16] ayat 68:

وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ

Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.

📚 Juga dalam surat An-Naml [27] ayat 18:

حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam maskan-maskan (sarang-sarang) mu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

♦️ ​Bait​ (rumah) mengandung makna tempat (maskan) bermalam, tempat beristirahat, tempat berlindung dari panas, angin dan hujan

♦️ ​Maskan​ (rumah tempat tinggal) mengandung makna tempat menyerap energi ketenangan dalam istirahatnya hingga seseorang menemukan ketentraman dan kebahagiaan jiwanya.

♦️ Maksimalkan fungsi ​bait​ atau ​maskan​ untuk mencapai tujuan filsafatnya dengan variasi amal shalih yang diridhai-Nya seperti memperbanyak tilawah Al-Qur’ān, shalat Sunnah berjama’ah, halaqah keluarga, pembiasaan-pembiasaan baik, ​mau’izhah hasanah​, agar adab mulia terinternalisasikan dari pusatnya langsung: rumah.

✨ ​Wallāhu a’lam,

ISTRI


Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Nisā [4] ayat 1:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

📌 Di balik kesuksesan seorang pria ada wanita di belakangnya, istrinya terkasih. Namun, di balik kegagalan seorang pria juga di antaranya karena ada wanita yang tidak halal di belakangnya.

📌 Wanita adalah madrasah bagi anak-anak kita, bekerjasama aktif dalam membentuk kepribadian dan adab anak keturunan kita adalah sebuah kemestian

📌 Berinteraksi dengan isteri kita membutuhkan kesadaran dan pemahaman utuh akan kelebihan dan kekurangannya. Nabi Muhammad ﷺ, pernah bersabda:

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ

Sesungguhnya wanita itu dijadikan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Maka jika kamu bertindak untuk meluruskannya. niscaya kamu akan membuatnya patah. Tetapi jika kamu bersenang-senang dengannya, berarti kamu bersenang-senang dengannya, sedangkan padanya terdapat kebengkokan.

Aisyah binti Abu Bakar Ra. ​Istri nabi di dunia dan di akhirat​

🍁 Ayahnya,  orang terdekat Rasulullah Saw. Ibunya, Ummu Rumman seorang sahabiyat  terkemuka yang menorehkan banyak jasa kepada Islam. Saudara perempuannya, Asma binti Abi Bakar mendapat gelar dzatun nithoqoin (pemilik dua selendang) karena jasanya dalam peristiwa hijrah Rasulullah Saw ke Madinah.  Suami saudara perempuannya yaitu Zubair bi Awwam adalah pembela setia Rasulullah Saw. Kakeknya Abu Quhafah turut masuk Islam dan menjadi sahabat Rasulullah Saw. Neneknya Ummul Khoir Salma binti Sakhr juga masuk Islam dan menjadi sahabiyat Rasulullah Saw.  Saudara laki-lakinya Abdurrahman bin Abu Bakar seorang ahli memanah yang terkenal dan turut dalam peperangan bersama Rasulullah Saw.

🍄Aisyah menikah dengan Rasulullah Saw diusia yang masih sangat belia 6 tahun, dan masuk ke rumah Rasulullah Saw di usia 9 tahun. Ia menjadi istri Rasulullah Saw yang paling muda. Namun Rasulullah Saw sangat memahami keadaan Aisyah dengan usianya yang sangat muda.

💐Disamping beliau mendidik Aisyah dengan ilmu, hikmah dan akhlak, beliau tidak melarangnya melakukan hal-hal yang pantas dilakukan oleh anak-anak seusianya. Aisyah memiliki banyak boneka yang ia pajang dirumahnya. Aisyah juga memiliki sahabat-sahabat yang sering bermain di rumahnya. Awalnya mereka sungkan dengan Rasulullah Saw, akan tetapi setelah mereka bertemu Rasulullah Saw dan Rasulullah menyambut mereka dan mempersilakan untuk bermain dengan Aisyah, mereka menjadi terbiasa. 

🌼Rasulullah Saw memiliki panggilan sayang untuk Aisyah yaitu beliau biasa memanggilnya dengan Aisy atau humaira (yang pipinya kemerah-merahan).

🌸Rasulullah Saw berlomba lari dengan Aisyah Ra dalam beberapa kesempatan saat mereka sedang berjalan berdua.  Saat tubuh Aisyah masih kurus, Aisyah memenangkan lomba itu. Akan tetapi saat tubuh Aisyah menjadi gemuk, Rasulullah Saw memenangkan lomba lari itu.

🌺Aisyah Ra pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Rasulullah Saw di rumahnya. Ia menjawab : “Ia membantu pekerjaan istrinya, sampai jika mendengar adzan, beliau baru keluar.” (HR Bukhari).

🍀Rasulullah mengajarkan kelembutan dan kasih sayang kepada Aisyah Ra. Saat Aisyah hendak menaiki unta dan merasa kesulitan sementara unta itu tidak mau duduk, Aisyah menarik pelana unta itu dengan kencang. Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Hendaknya engkau bersikap lembut, karena kelembutan dalam segala sesuatu akan menambahnya lebih indah. Dan jika kelembutan hilang dari sesuatu, akan membuatnya menjadi buruk.”

🌾Rasulullah Saw juga pernah menegur Aisyah ketika ia mengatakan sesuatu yang tidak baik. Suatu saat Aisyah mengomentari Shafiyyah salah satu istri Rasulullah dengan mengatakannya “Cukuplah untuk mengetahui kekurangan Shafiyyah bahwa dia itu begini (maksudnya tubuhnya pendek).” Beliau berkata: “Sesungguhnya engkau telah mengatakan kata-kata yang apabila di campur dengan air laut akan tercemar olehnya.” 

🎋Suatu ketika Rasulullah berkata kepada Aisyah: “Sesungguhnya aku tahu kapan engkau sedang senang kepadaku dan kapan sedang marah. Aisyah bertanya:  “Bagaimana engkau mengetahuinya?” Beliau menjawab: “Jika engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan  ‘Demi Tuhan Muhammad.’ Dan jika engkau sedang marah, engkau akan mengatakan ‘Demi Tuhan Ibrahim’. Aisyah berkata: “Itu benar. Demi Allah ya Rasulullah…aku hanya bisa menjauhi namamu. (Muttafaq Alaih)

🥀Ibnu Shafwan pernah bertanya kepada Aisyah Ra “Apa kelebihan-kelebihan yang dimilikimu?” Aisyah Ra berkata: “Jibrilmembawa gambarku kepada Rasulullah Saw (dalam mimpi) lalu beliau menikahiku, Rasulullah Saw menikahiku dan aku masih perawan, beliau menerima wahyu saat sedang satu selimut denganku, aku adalah orang yang paling dicintainya, Allah Swt menurunkan beberapa ayat Al-Qur’an karena aku, aku pernah melihat Jibril dan tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya, Rasulullah Saw meninggal di rumahku dan dipangkuanku.” (HR Hakim)

​🌷Butir-butir hikmah: 🌷​

☘Rasulullah Saw memilih Aisyah Ra menjadi istrinya dengan bimbingan wahyu. Namun, bila kita lihat secara umum,Aisyah memiliki keluarga yang semua anggotanya berkontribusi pada dakwah Islam.
🌿Sebagai suami, Rasulullah Saw sangat memahami kondisi dan perkembangan psikologi istrinya. Beliau memperlakukannya sesuai dengan kondisinya. Memperlakukan Aisyah sesuai dengan usianya.

🌱Rasulullah Saw juga memberikan kebebasan kepada istrinya untuk bergaul dengan sahabat-sahabatnya dan mengundang mereka ke rumahnya. Para suami perlu tahu siapa saja sahabat-sahabat istrinya dan apa saja yang ia lakukan bersama mereka.

🌴Seperti Rasulullah Saw, para suami juga perlu memberikan fasilitas kepada istrinya untuk mengekspresikan hobinya. Bila Aisyah menyukai koleksi boneka, maka apakah yang disukai para istri saat ini?

🌳Suami memiliki kewajiban untuk membimbing istrinya dengan ilmu, hikmah dan akhlak. Juga meningkatkan pengetahuan istri, dan membimbing mereka agar memiliki akhlak mulia.

🌲Panggilan khusus dari suami kepada istri atau dari istri kepada suami akan menambah harmonisasi dalam keluarga.

🌵Aktifitas fisik yang dilakukan berdua saja antara suami istri menjadi perekat hubungan keduanya. Seperti kegiatan olah raga, santai, atau jalan berdua.

🎍Suami  harus  memiliki pekerjaan-pekerjaan yang ia lakukan di dalam rumah. Tidak semua pekerjaan diserahkan kepada istri. Sebagaimana Rasulullah Saw melakukannya.

🍂Pasangan suami istri perlu memiliki keterampilan untuk memberikan teguran/peringatan, baik dari pemilihan bahasa maupun cara penyampaiannya  sehingga teguran itu tidak menyakiti perasaan pasangan. 

💐Masing-masing pasangan perlu melakukan teguran keras jika kesalahan yang dilakukan pasangan sudah melampaui batas. Namun tetap dilakukan dengan cara yang baik.

🌹Pasangan suami istri  harus terus meningkatkan tafahum (saling memahami) sampai  masing-masing mengenali  situasi hati pasangan tidak harus  dengan mengatakan perasaannya akan tetapi dari sikap yang ditunjukkannya.
Kisah tentang kehidupan Rasulullah Saw dan istrinya Aisyah Ra sangat banyak. Baik kisah indah maupun kisah yang sarat dengan konflik. Namun,  pribadi Rasulullah Saw  sebagai suami yang berusaha untuk memahami dan membahagiakan istri yang dicintainyalah yang menjadi kunci utuhnya rumah tangga mereka.  

🌷Wallohu a’lam bish showwab🌷

Berbagai Niat yg Dapat Kita Hadirkan Saat Membaca Al-Qur'an​

كثير من إخواننا المسلمين لا يقرأ القرءان إلا بقصد الثواب والأجر وقصر علمه عن عظيم نفع القرءان وأنه كلما قرأ القرءان بنية نال فضلها كما قال النبي ﷺ إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل أمريء ما نوى..الحديث.
Banyak diantara saudara2 kita kaum muslimin, dia tidak membaca Al-Qur’an kecuali dengan maksud untuk mendapatkan pahala dan ganjaran dikarenakan minimnya pengetahuan mereka tentang betapa besarnya manfaat dari Al-Qur’an. Sesungguhnya setiap kali seseorang membaca Al-Qur’an dengan niat tertentu maka akan mengalir keutamaannya. Sebagaimana sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya amal perbuatan seseorang tergantung pada niatnya…..(al-hadits).

فالقرءان منهج حياة والنية تجارة العلماء فمن هذا المبدأ والمنطلق أردت أن أذكر نفسي وإخواني ببعض النوايا عند القراءة ومنها:
Al-Qur’an adalah pedoman hidup, dan niat adalah transaksinya orang  berilmu. Dengan landasan dan titik tolak ini, saya ingin mengingatka diri sendiri dan saudar2ku dengan berbagai niat yg dapat dihadirkan ketika kita membaca Al-Qur’an, diantaranya:
1- اقرأ القرآن لأجل العلم والعمل به.
1.Saya membaca Al-Qur’an demi mengetahui dan mengamalkan isinya.
2- اقرأ القرآن بقصد الهداية من الله.
2. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
3- اقرأ القرآن بقصد مناجاة الله تعالى.
3. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan bermunajat kepada Allah.
4- اقرأ القرآن بقصد الإستشفاء به من الأمراض الظاهرة والباطنة.
4. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan mengobati penyakit2 lahir dan batin dengan Al-Qur’an.
5- اقرأ القرآن بقصد أن يخرجنى الله من الظلمات إلي النور.
5. Saya membaca Al-Qur’an tujuan agar Allah SWT mengeluarkanku dari kegelapan menuju cahaya.
6- اقرأ القرآن لأنه علاج لقسوة القلب فيه طمأنينة القلب
 وحياة القلب وعمارة القلب.
6. Saya membaca Al-Qur’an karena ia adalah pengobatan bagi hati yg keras. Dalam membacanya terdapat ketenangan hati, hidupnya hati dan kokohnya bangunan hati.
7- اقرأ القرآن بقصد أن القرآن مأدبة الله تعالى.
7. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan karena Al-Qur’an merupakan jamuan Allah SWT
8- اقرأ القرآن حتى لا أكتب من الغافلين وأكون من الذاكرين.
8. Saya membaca Al-Qur’an sehingga saya tidak tercatat sebagai orang2 yg lalai dan saya termasuk orang2 yg berdzikir
9- اقرأ القرآن بقصد زيادة اليقين والإيمان بالله.
9.Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan menambah iman dan keyakinan kepada Allah SWT
10- اقرأ القرآن بقصد الإمتثال لأمر الله تعالي بالترتيل.
10. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan memenuhi perintah Allah dengan tertib
11- اقرأ القرآن للثواب حتى يكون لى بكل حرف 10 حسنات والله يضاعف لمن يشاء.
11. Saya membaca Al-Qur’an untuk mendapatkan pahala sehingga saya bisa meraih 10 kebaikan dari setiap huruf dan Allah akan melipatgandakannya kepada siapa saja yg Ia kehendaki
12- اقرأ القرآن حتى أن أنال شفاعة القرآن الكريم يوم القيامة.
12. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya mendapatkan syafa’at Al-Qur’anul Karim di hari kiamat kelak
13- اقرأ القرآن بقصد إتباع وصية النبى ﷺ.
13. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan mengikuti wasiat Nabi SAW
14- اقرأ القرآن حتى يرفعنى الله به ويرفع به الأمة.
14. Saya membaca Al-Qur’an hingga Allah meninggikan derajat saya dan dengannya derajat umat ini juga menjadi tinggi
15- اقرأ القرآن حتى أرتقي في درجات الجنة وألبس تاج الوقار ويكسي والداى بحلتين لا يقوم لهما الدنيا.
15. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya naik -layak- mendapat derajat surga dan saya memakai mahkota dan memakaikan pakaian kebesaran kepada kedua orang tua saya yang tidak pernah mereka dapatkan pakaian itu didunia.

16- اقرأ القرآن بقصد التقرب إلي الله بكلامه.
16. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan taqarrub mepada Allah melalui kalamNya
17- اقرأ القرآن حتى أكون من أهل الله وخاصته.
17. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya menjadi ahlulloh wa khossotihi (keluarga Allah dan mereka yg dekat dengan Allah, pent)
18- اقرأ القرآن بقصد أن الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة.
18. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan bahwa orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama malaikat safarotil kiromim baroroh
19- اقرأ القرآن بقصد النجاة من النار ومن عذاب الله.
19. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan agar selamat dari api neraka dan adzab Allah
20- اقرأ القرآن حتى أكون في معية الله تعالي.
20. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya berada dalam maiyyatulloh (kebersamaan dengan Allah)
21- اقرأ القرآن حتى لا أرد إل أرذل العمر.
21. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya tidak menjadi orang yg hina sehina-hinanya
22- اقرأ القرآن حتى يكون حجة لى لا علىّ.
22. Saya membaca Al-Qur’an sehingga ia menjadi pembela saya bukan yg menuntut/mencelakakan saya
23- اقرأ القرآن بقصد أن النظر في المصحف عبادة.
23. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan bahwa memandang mushaf adalah ibadah
24- اقرأ القرآن حتى تنزل علىّ السكينة وتغشانى الرحمة ويذكرنى الله فيمن عنده.
24. Saya membaca Al-Qur’an hingga turun kepada saya ketenangan dan saya diliputi rahmat dan Allah mengingat saya sebagai orang yg berada bersamaNya
25- اقرأ القرآن بقصد الحصول على الخيرية والفضل عند الله.
25. Saya membaca Al-Qur’an dengan tujuan mendapatkan kebaikan dan keutamaan disisi Allah SWT
26- اقرأ القرآن حتى يكون ريحي طيب.
26. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya mendapatkan keuntungan yg baik
27- اقرأ القرآن حتى لا أضل في الدنيا ولا أشقي في الآخرة.
27. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya tidak tersesat di dunia dan tidak sengsara di akhirat
28- اقرأ القرآن لأن الله يجلى به الأحزان ويذهب به الهموم والغموم.
28. Saya membaca Al-Qur’an karena dengannya Allah mengangkat kesedihan2 serta menghilangkan resah dan gelisah
29- اقرأ القرآن ليكون أنيسي في قبري ونور لي علي الصراط وهادياً لي في الدنيا وسائقاً لي إلى الجنة.
29. Saya membaca Al-Qur’an agar dia menjadi teman dekat saya di dalam kubur dan cahaya bagi saya diatas jalan kehidupan, menjadi petunjuk bagi saya di dunia dan penuntun menuju surga
30- اقرأ القرآن ليربينى الله ويؤدبنى بالأخلاق التي تحلى بها الرسول ﷺ.
30. Saya membaca Al-Qur’an agar Allah mendidik saya, menta’dib dengan akhlak yang menjadi hiasan diri Rasulullah SAW
31- اقرأ القرآن لأشغل نفسي بالحق حتى لا تشغلني بالباطل.
31. Saya membaca Al-Qur’an agar jiwa saya sibuk dengan kebenaran sehingga kebatilan tidak menyibukan saya
32- اقرأ القرآن لمجاهدة النفس والشيطان والهوى.
32. Saya membaca Al-Qur’an untuk menempa diri, melawan setan dan hawa nafsu
33- اقرأ القرآن ليجعل الله بينى وبين الكافرين حجاباً مستوراً يوم القيامة.
33. Saya membaca Al-Qur’an agar Allah menjadikan penghalang sebagai penutup antara saya dengan orang kafir di hari akhir kelak
٣٤- اقرأ القرآن ثم ابلغ منه ولو آية كما امرنا بذالك الحبيب المصطفى
34. Saya membaca Al-Qur’an kemudian menyampaikannya walau hanya satu ayat sebagaimana diperintahkan oleh  Nabj SAW
٣٥-اقرأ القرآن لأدعو امتى للعمل به وبأحكامه
35. Saya membaca Al-Qur’an agar saya berdakwah kepada umat untuk mengamalkan isi dan hukum2nya
٣٦-أقرأ القرآن لتزداد معرفتى بدينى
36. Saya membaca Al-Qur’an agar bertambah pengetahuan tentang agama saya
٣٧-اقرأ القرآن حتى اشعر بأن الله يكلمني
37. Saya membaca Al-Qur’an hingga saya merasa bahwa Allah sedang berbicara kepada saya
٣٨-أقرأ القرآن لأعرف منه احوال الامم السابقة
38. Saya membaca Al-Qur’an agar saya tahu darinya kondisi umat2 terdahulu
٣٩-أقرأ القرآن لأقبل مأدبة الله
39. Saya membaca Al-Qur’an untuk menerima jamuan dari Allah Swt
٤٠-أقرأ القرآن لانه لا يخلق من كثرة الرد
40. Saya membaca Al-Qur’an karena ia tidak diciptakan dengan keraguan
فهيا لنكون من أهل القرآن، وهذه هي التجارة مع الله المضمونة الرابحة والتي يعطى الله عليها من فضله الكريم وعطائه الذي لا ينفد.
Marilah kita menjadi ahlul Qur’an. Dan ini adalah bisnis kita dengan Allah yang mencakup keuntungan yang Allah berikan karena keutamannya yg mulia dan pemberiannya yang  tidak pernah meleset.

Kisah Zainab binti Khuzaimah Ra. Ummul Masaakin (Ibu Kaum Fakir Miskin)​

Zainab binti Khuzaimah Ra lahir di Makkah 13 tahun sebelum Rasulullah Saw diangkat menjadi nabi.  Sejak tinggal di Makkah ia dikenal sangat menyayangi orang-orang fakir dan miskin. Ketika cahaya Islam menerangi jazirah Arab, Zainab binti Khuzaimah Ra termasuk golongan pertama yang memeluk Islam. Ia menyaksikan bagaimana kaum kafir Quraisy melakukan penindasan yang sangat berat kepada kaum muslimin.

Ia hijrah ke Madinah bersama suaminya Thufail bin Harits yang syahid di perang Uhud. Kemudian ia dinikahi oleh Rasulullah Saw setelah masa iddahnya usai.

Akan tetapi pernikahan beliau hanya berusia dua bulan karena Allah Swt memanggilnya. Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah Saw yang pertama kali meninggal dunia di Madinah.

Zainab binti Khuzaimah Ra hidup di bawah naungan kasih sayang, cinta dan kelembutan . Ia hidup di dalam dekapan kehangatan dan keagungan Islam. Ia menghabiskan hari-harinya di rumah Rasulullah Saw dengan ketha’atan dan kedermawanan.

Kebahagiaannya berumah tangga bersama Rasulullah Saw, ia syukuri dengan cara berbelas kasih kepada orang-orang miskin, bersikap lembut, dan berbuat baik kepada mereka. 

Zainab menghabiskan semua waktunya untuk beribadah kepada Allah Swt, menyantuni sekian banyak orang miskin   dan bershadaqoh kepada mereka. Karena sifatnya tersebut, ia sangat dikenal   dengan julukan Ummul Masaakin (ibunya kaum fakir miskin). Julukan yang sangat indah dan agung. Seindah jiwa ibunda Zainab dengan keagungannya.

Semua yang keluar dari rumahnya hanyalah shadaqah dan keta’atan kepada  Allah sehingga membuatnya menjadi perempuan yang mulia dan agung. 

Terkait dengan kebiasaan baik Zainab, Rasulullah Saw menyampaikan banyak hadits  tentang shadaqah. Diantara hadits riwayat Bukhari berikut:
Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tangan yang diatas (memberi) lebih baik dari pada tangan yang dibawah (penerima). Jika kalian memberi, mulailah dari orang terdekat yang menjadi tanggunganmu.   Shadaqah yang paling baik adalah yang diberikan dari kecukupannya. Siapa yang menahan diri untuk tidak meminta, maka Allah akan membuatnya tidak meminta. Siapa yang menganggap dirinya cukup, maka Allah akan membuatnya cukup.” (HR Bukhari).​ 

Dalam hadits lain, ​Rasulullah Saw bersabda:  Perbuatan-perbuatan baik menjaga seseorang dari dampak-dampak buruk, penyakit-penyakit dan kebinasaan.Orang-orang yang biasa berbuat baik di dunia juga akan menjadi orang-orang yang biasa berbuat baik di akhirat.” (HR Al-Hakim)

Ibunda Zainab binti Khuzaimah Ra tidak pernah meriwayatkan hadits. Mungkin karena sibuk mengurus orang-orang miskin dan terlalu singkat masa kebersamaannya bersama Rasulullah Saw.

Butir-butir Hikmah:

🌷 Perbuatan baik perlu dibiasakan sejak kecil sehingga menjadi akhlak yang muncul secara otomatis saat dewasa.

🌷 Hati yang diliputi oleh hidayah Allah yang menjadikan dasar bagi seseorang dalam memilih pasangan.

🌷 Hati yang diliputi oleh hidayah selalu memiliki kesiapan untuk menerima taqdir yang ditentukan Allah Swt, baik ataupun buruk bentuk taqdir itu bagi dirinya.

🌷 Tha’at dan dermawan merupakan dua sifat yang saling berdekatan.

🌷 Salah satu bentuk syukur seorang hamba akan ni’mat yang Allah berikan diantaranya memiliki keluarga yang harmonis adalah dengan memperbanyak shadaqah atau perbuatan baik lain.

🌷 Orang-orang yang sangat dekat dengan orang miskin dan membantu mereka  akan Allah berikan kedudukan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat.

🌷 Kehidupan berkeluarga yang harmonis, sakinah, mawaddah dan rahmah perlu dijaga secara lahir batin diantaranya dengan amal-amal kebaikan seperti shadaqah kepada  fakir miskin.

🌷 Shadaqah akan membuat hati orang yang melakukannya menjadi lembut dan penuh kasih sayang.

🌷 Shadaqah terbaik adalah shadaqah yang diambil dari kecukupan harta yang dimiliki seseorang.

🌷 Allah tidak akan memberikan kekurangan kepada mereka yang gemar memberi.

🌷 Para istri perlu memiliki kemandirian ekonomi sehingga shadaqah yang dilakukannya tidak mengganggu pemenuhan kebutuhan keluarga.

🌷 Para istri perlu memiliki keterampilan mengelola keuangan  keluarga agar rizki yang Allah berikan cukup untuk kehidupan keluarga.

🌷 Para suami perlu memberikan kepercayaan dan fleksibilitas kepada istri untuk mengelola keuangan keluarga.  Dan ia berkewajiban untuk membimbing istrinya dalam hal ini.

🌷 Stabilitas ekonomi  dalam keluarga menunjang kokohnya ketahanan keluarga.

🌷 Prinsip umum ekonomi keluarga adalah bagaimana income keluarga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga  sehingga menghasilkan kepuasan.

🌷 Termasuk didalam kepuasan adalah bershadaqah (melihat orang lain bahagia karena terpenuhi kebutuhannya).

🌷 Setiap orang perlu memiliki amal unggulan seperti Zainab binti Khuzaimah Ra dengan amalan unggulannya bershadaqah.

🌷Sempitnya waktu seringkali membuat seseorang sulit berbagi  ilmu,  namun perbuatan baik yang dilakukannya menjadi  ilmu dan teladan tersendiri bagi orang lain.  

Wallohu a’lam bish showwab

Kisah Saudah binti Zam’ah Ra.​ ​​Ummul Mukminin yang dermawan dan berhijrah dua kali​​

🌟 Saudah binti Zam’ah Ra termasuk diantara as Sabiqunal aw Waluun (orang-orang yang paling dahulu memeluk agama Islam). Bersama dengan suaminya Sakran bin Amr Ra, ia melakukan hijrah ke Habasyah. Kemudian mereka kembali ke Makkah saat kaum muslimin masih mengalami penindasan dari kaum kafir Quraisy. Tidak lama kemudian,Sakran sang suami meninggal dunia.

⭐️ Saat Khadijah wafat,  Rasulullah Saw larut dalam kesedihan yang sangat dalam. Seluruh sahabat tahu bagaimana tingginya kedudukan Khadijah Ra di hati Rasulullah Saw. Seorang sahabiyat yang bernama Khaulah binti Hakim ingin sekali meringankan kesedihan dan kepiluan Rasulullah Saw. Ia memberanikan diri untuk bertanya apakah Rasulullah Saw tidak berfikir untuk menikah lagi? Dan ia sudah menyediakan jawaban sebagai solusi jika Rasulullah Saw menghendaki untuk menikah lagi. Maka ketika Rasulullah Saw benar-benar bertanya siapa kiranya yang pantas menjadi istri beliau, Khaulah dengan tegas mengatakan “Jika engkau menghendaki seorang janda, maka Saudah orang yang tepat. Dan jika engkau menghendaki seorang gadis, maka Aisyah binti Abu Bakar orang yang tepat.” Kemudian Rasulullah meminta Khaulah untuk menyampaikan niat baik beliau dan terjadilah pernikahan Rasulullah Saw dengan Saudah binti Zam’ah.

💫 Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw kemudian menikahi Aisyah binti Abu Bakar. Saudah seorang perempuan yang selalu ingin meningkatkan keta’atannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Disaat orang lain berlomba untuk mendapatkan perhatian lebih dari suaminya, Saudah menyerahkan jatah harinya bersama Rasulullah Saw kepada Aisyah Ra dengan penuh kesadaran karena ingin membahagiakan Rasulullah Saw sebagai bentuk ketha’atannya kepada Allah Swt. 

☀️ Ketika Rasulullah Saw dan keluarga menunaikan haji wada, Saudah meminta kepada Rasulullah Saw untuk berjalan lebih dulu menuju Muzdalifah sebelum ramai orang keluar dengan pertimbangan ia sudah tua khawatir tidak kuat berjalan di tengah keramaian. Sementara istri-istri yang lain berjalan bersama rombongan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw memahami  semangat Saudah Ra untuk meningkatkan ketha’atan kepada Allah Swt dan mengizinkannya.

⚡️ Kesalehan Saudah Ra inilah yang dicemburui oleh Aisyah Ra hingga Aisyah mengatakan “Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika diriku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang wanita yang kekuatan dirinya sungguh luar biasa.” 

💥 Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda ketika sedang melaksanakan haji wada: “Ini boleh dilakukan oleh mereka (istri-istri beliau), namun setelah ini mereka tetap di rumah.” Mendengar pernyataan Rasulullah Saw tersebut, Saudah berkata: “Aku tidak akan pergi haji lagi setelah ini.” Demikianlah kegigihan Saudah Ra untuk tha’at kepada Rasulullah Saw baik saat beliau masih hidup juga setelah beliau wafat.

🌤 Ibnu Sirin menceritakan bahwa ketika Umar bin Khottob menjadi khalifah, ia mengirimkan satu karung berisi uang dirham kepada Saudah ra. Ketika melihatnya, Saudah Ra terkejut dan memerintahkan agar uang itu dibagikan kepada fakir miskin yang membutuhkannya.

🌧 Di akhir masa pemerintahan Umar bin Khottob, Saudah Ra kembali ke hadapan Sang Pencipta.

🌷 ​Butir-butir hikmah:​

⛅️ Kullu maa qodarallahu khoir (setiap yang Allah takdirkan selalu membawa kebaikan). Ini adalah kaidah tentang iman kepada taqdir. Ketika musibah datang, kita tidak pernah tahu rencana Allah selanjutnya. Namun yang harus kita yakin bahwa taqdir yang Allah berikan selalu mengandung kebaikan. Seperti Saudah Ra yang ditinggal wafat suaminya, tentu sangat berat bagi Saudah dalam kondisi kaum muslimin dalam penindasan. Namun taqdir selanjutnya menjadikan ia berada di posisi mulia menjadi Ummul Mukminin.

🌦 Menjadi diri sendiri adalah kunci yang dipegang Saudah Ra saat menjadi istri Rasulullah Saw. Ia tidak berkeras menggantikan posisi Khadijah Ra karena memang tidak mungkin tergantikan. Maka Saudah Ra menjadi istri Rasulullah Saw dengan dirinya sen

diri,dengan kemuliaan-kemuliaan akhlak yang dimiliki oleh dirinya. Orang yang memiliki kemuliaan akhlak tidak akan pernah merasa khawatir akan penerimaan orang lain terhadap dirinya. Karena akhlak yang mulia yang menjadikan seseorang mendapat kemuliaan.

🌩 Saudah Ra. Termasuk didalam as Sabiqunal aw Walun (orang-orang yang paling dulu masuk Islam), dan mereka mendapat keutamaan disisi Allah dan Rasul-Nya. Namun dengan keutamaannya, Saudah Ra tidak merasa jumawa, ia malah mau berbagi dengan Aisyah Ra yang masih sangat muda. Saudah Ra sangat rendah hati, dan sikap rendah hati itulah yang menjadikannya sangat mulia.

❄️ Ketha’atan kepada Allah membuat seseorang sangat mudah melakukan kebaikan. Seperti Saudah yang dengan mudah memberikan jatah harinya bersama Rasulullah Saw kepada Aisyah dan dengan mudah pula ia membagikan uang dirham yang demikian banyak yang dihadiahkan Umar bin Khattab kepadanya.

☃ Keadilan dan sikap baik seorang suami kepada semua istrinya (saat ia berpoligami) yang membawa keberkahan bagi keluarga. Istri yang mampu mendahulukan istri yang lain adalah pertanda istri yang bahagia. Dan kebahagiaan seorang istri dalam keluarga sangat berkaitan erat dengan perlakuan suami terhadapnya.

💧 Para suami harus memahami kondisi istrinya. Ketika istri mengemukakan keinginannya, suami harus menghargai keinginan istrinya dan memberikan ruang bagi keinginan-keinginan pribadi istri. Seperti Rasulullah Saw yang mengizinkan Saudah Ra untuk jalan terlebih dulu saat haji wada.

☔️ Demikian juga suami istri harus mengedepankan husnudhon (baik sangka) kepada pasangannya. Saudah Ra tetap berbaik sangka kepada Rasulullah Saw saat beliau menikah dengan Aisyah dan Rsulullah Saw berbaik sangka kepada Saudah Ra saat ia menyerahkan jatah harinya kepada Aisyah Ra.

🌊 Saling menghargai merupakan kunci harmonisasi  rumah tangga. Ketika Saudah Ra menyerahkan jatah harinya kepada Aisyah Ra, bukan berarti Rasulullah Saw kemudian mengabaikannya. Akan tetapi Rasulullah Saw tetap mengunjungi Saudah Ra, memberikan perhatian kepadanya, bersantai dan bercanda bersamanya dan bertanggung jawab penuh terhadapnya. 

🌪 Ketha’atan yang dilakukan seorang istri perlu mendapatkan support dari suaminya.  Walaupun suami tidak bisa melakukan ketha’atan yang sama. Support dari suami dalam ketha’atan yang dilakukan istri merupakan bentuk ta’awun (kerjasama) dalam kebaikan dan taqwa.

🌈 Pujian yang diberikan Aisyah kepada Saudah merupakan cermin bagaimana Rasulullah Saw sangat profesional  mengelola keluarga besarnya. Dimana istri-istri beliau, saling membantu, saling memuji, saling memberi dukungan.  

☄ Seorang istri solihah akan menjaga kehormatan dirinya dan kehormatan suaminya bahkan saat suaminya telah tiada.

💫 Ditinggal pasangan adalah satu tahapdari sekian tahapan keluarga. Maka setiap orang perlu mempersiapkannya.

💦 Seorang mukmin menyimpan harta ditangannya bukan di hatinya sehingga sangat mudah baginya untuk bersedekah dengan harta yang dimilikinya.

Wallohu a’lam bish showwab

Kisah Khadijah Binti Khuwailid Ra. Wanita Mulia Sepanjang Masa

Oleh: Eko Yuliarti Siroj

❤️ Dia adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab. Dia adalah ibu kandung putra putri Rasulullah Saw. Orang pertama yang beriman kepada beliau dan kepada risalahnya.

💚 Dalam sebuah suasana santai yang diliputi oleh cahaya Robbani, Rasulullah Saw tampak sedang berbincang dengan Khadijah Ra. Suaranya yang jernih menyentuh relung hatinya dan hikmah yang meluncur dari kedua bibirnya membuat jiwanya begitu bahagia.

💙 Dalam suasana seperti itu, datanglah seorang pelayan yang mengatakan “Tuanku, sesungguhnya Halimah binti Abdullah bin Al Harits As Sa’diyah mohon izin untuk bertemu dengan anda berdua.” Saat mendengar nama Halimah disebut, hati Rasulullah Saw yang diliputi kerinduan dipenuhi dengan kenangan-kenangan masa lalu yang sangat disukainya. Beliau teringat dengan padang ilalang Bani Sa’ad dan bagaimana ia tumbuh dibawah asuhan Halimah As Sa’diyah.

💜 Khadijah Ra langsung berdiri untuk menyambut kedatangan Halimah. Ia sering mendengar Rasulullah Saw. Bercerita tentang sosok wanita yang penuh rasa cinta, kasih sayang, kehangatan dan kemuliaan tersebut. Ketika Rasulullah Saw menatap wanita itu, Khadijah mendengar suaminya dengan suara lirih memanggil rindu “Ibuku…ibuku…”. Bahagia yang amat sangat terpancar dari wajah Rasulullah Saw.

❣ Ditengah perbincangan yang hangat, Rasululllah Saw bertanya tentang keadaan keluarga Halimah. Halimah pun menceritakan kondisi sulit yang dialamainya beserta keluarganya. Ia menceritakan tentang kemiskinan yang menjadi-jadi di kampungnya.
Mendengar hal itu, Rasulullah Saw memperlihatkan kedermawanannya dengan menyampaikan kesedihannya mendengar cerita Halimah ibu susunya. Khadijah meresponnya dengan hati yang penuh kasih sayang. Ia membekali Halimah dengan 40 ekor kambing dan 1 ekor unta yang bisa dipergunakan untuk mengangkut air dan perbekalan yang cukup hingga Halimah sampai di kampung halamannya. Khadijah selalu siap mengorbankan hartanya demi menyenangkan hati suaminya di jalan Allah. Rasulullah Saw berterima kasih kepada Khadijah atas kebaikannya, lalu ia menyiapkan semua pemberian istrinya dan membawanya ke hadapan ibu susunya.

💞 *Butir-butir Hikmah*💞 :
💕 Diantara kebaikan seorang perempuan adalah memiliki nasab yang jelas dan baik.
Pasangan suami istri perlu menyiapkan  waktu khusus untuk berbincang santai berdua saja. Membahas hal-hal ringan yang membahagiakan. Bertukar cerita yang saling menyenangkan.
💓 Masing-masing pasangan baik suami dan istri hendaknya mempelajari ilmu komunikasi agar masing-masing mengetahui bagaimana cara membahagiakan pasangan dengan cara yang sederhana.
Diantara karakter keluarga yang baik adalah selalu menyambut kehadiran tamu dengan baik.
💗 Istri yang baik menghargai dan menghormati tamu suaminya. 
💖 Diantara adab menerima tamu adalah menghadirkan pasangan dihadapan tamu jika tamu tersebut lawan jenis.  Hal ini sebagai bentuk penghargaan untuk pasangan dan menghindari fitnah.
💘 Rasulullah Saw sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang pernah memberikan kebaikan kepadanya.
💝 Saat memberikan bantuan kepada keluarga besar, baik suami maupun istri harus melakukannya secara terbuka dengan pasangan. Tidak menyembunyikan kebaikan yang dilakukan untuk keluarga besarnya, akan tetapi bahu membahu memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. 
Keterbukaan antara suami istri inilah yang akan menghindarkan suami istri dari salah paham dalam segala hal.

Kisah Khaulah binti Ashim

Khaulah menikah dengan sahabat mulia Hilal bin Umayyah Al-Anshary. Ia dikenal sebagai salah satu diantara tiga orang sahabat yang tidak turut di perang Tabuk. Ketika turun ayat

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur:4)

Saad bin Ubadah seorang pemuka kalangan anshar bertanya :”Apakah demikian ayat itu turun ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab:”Wahai kaum anshar, apakah kalian tidak mendengar apa yang dikatakan oleh pemuka kalian?” Mereka berkata:”Wahai Rasulullah, jangan engkau mengolok-oloknya. Dia seorang pencemburu. Demi Allah, tidak ada seorangpun dari kami yang berani menikahi perempuan yang pernah dinikahinya karena takut ia cemburu kepada kami. Saad berkata:”Demi Allah wahai Rasulullah, sungguh aku tahu bahwa itu benar dan bahwasanya ia datang dari Allah. Yang membuat saya kaget jika aku mendapatkan seorang perempuan yang sedang digauli oleh seorang, maka aku tidak dapat melakukan apa2 kecuali jika aku mendatangkan empat orang saksi. Padahal mungkin saja mereka telah selesai dari pekerjaannya itu.” Para sahabat menganggap urusan ini mudah hingga datanglah Hilal bin Umayyah yang datang melaporkan bahwa ketika ia pulang ke rumah dia mendapatkan istrinya sedang bersama seseorang yang ia lihat dengan matanya sendiri dan mendengar dengan telinganya. Ia tidak bisa tidur nyenyak malam itu hingga dipagi hari ia segera menemui Rasulullah Saw dan bertutur menceritakan apa yang dialaminya;”Aku datang diwaktu isya dan aku mendapati istriku sedang bersama seseorang. Aku melihat dengan  mataku sendiri dan mendengar dengan telingaku sendiri.” Rasulullah tidak menyukai laporan Hilal itu dan beliau bersikap sangat tegas kepadanya.

Kaum anshar berkumpul dan mengatakan:”Kita sedang diuji dengan kekhawatiran yang telah disampaikan Saad bin Ubadah.”
Sekarang…Rasulullah Saw memukul telak Hilal bin Umayyah dengan membatalkan kesaksiannya didepan banyak orang. Hilal berkata:”Demi Allah, aku berharap agar Allah memberilan jalan keluar dari masalah rumah tanggaku ini. Allah Maha Tahu bahwa aku berkata  jujur.”

Turunlah wahyu kepada Rasulullah Saw :
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ
“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah empat kali bersaksi dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia termasuk orang yang berkata benar.” (QS An-Nuur:6)

Rasulullah pun bersabda:”Aku berikan kabar gembira wahai Hilal. Sungguh Allah telah memberikanmu kemuliaan dan solusi.” Hilal berkata:”Itulah yang aku harapkan dari Tuhanku.” Kemudian Rasulullah Saw mengutus seseorang kepada istri Hilal memberitahu untuk datang kepada Rasulullah. Datanglah Khaulah dan Rasulullah membacakan ayat ini. Hilal berkata:”Perkataanku tentangnya benar.” Khaulah berkata:”Itu dusta.” Maka Rasulullah bersabda:”Saling melaknatlah antara mereka berdua.” Dikatakan kepada Hilal, bersaksilah karena kesaksian suami bobotnya sama dengan empat orang saksi jika ia benar. Maka ketika sampai pada saksi yang kelima, dikatakan kepada Hilal “Wahai Hilal bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya adzab dunia lebih ringan daripada adzab akhirat. Dan sesungguhnya poin ini yang akan mendatangkan adzab bagimu.” Hilal berkata:”Demi Allah, Ia tidak akan mengadzabku sebagaimana Ia tidak menjilidku karena urusan istriku ini.” Maka kesaksian yang kelima bahwa laknat Allah atasnya jika ia  berdusta. Kemudian dikatakan kepada istrinya  bersaksilah dengan nama
Allah empat kali persaksian bahwa sesungguhnya ia (suami) termasuk orang yang berdusta. Kemudian iapun bersaksi. Dan dikatakan kepadanya bahwa yang kelima bertakwalah kepada Allah sesungguhnya adzab dunia lebih ringan daripada adzab akhirat. Dan poin ini yang akan mendatangkan adzab kepadamu. Ia terdiam sejenak kemudian berkata:”Demi Allah kaumku tidak akan menelanjangiku.” Maka ia bersaksi yang kelima bahwa kemarahan Allah atasnya jika suaminya benar.
Kemudian keduanya berpisah dan Rasulullah memutuskan untuk tidak menisbatkan anak si perempuan ini kepada siapapun dan tidak mengganggunya. Siapa yang mengganggunya maka ia akan menerima hukuman. Dan Rasulullah memutuskan mereka untuk tidak bersatu dalam satu rumah dan tidak ada pemberian makanan karena mereka berdua dalam status saling melaknat (mulaa’anah) bukan bercerai atau ditinggal wafat. Rasulullah bersabda:”Pehatikanlah wanita itu! apabila ia melahirkan anak yang putih, berambut lurus, betisnya kuat, rambutnya kemerahan, maka ia anak Hilal suaminya. Dan apabila ia melahirkan anak berbola mata hitam, keriting dan kedua betisnya kecil, maka ia anak dari orang yang dituduh berzina dengannya.” Dan ternyata perempuan itu melahirkan bayi yang berbola mata hitam, keriting dan kecil kedua betisnya. Rasulullah pun bersabda:”Jika bukan karena sumpah, aku akan
membuat perhitungan dengan perempuan itu.”

Red:
🔹 Islam sangat menjaga nasab/keturunan seseorang.
🔸 Syarat-syarat tuduhan terhadap petistiwa perzinahan sangat berat, demikian pula hukuman thd pelaku pezinahan itu juga berat
🔹 Setiap keluarga muslim wajib saling menjaga dan mengupayakan secara preventif agar tidak terjadi perzinahan oleh anggota keluarganya dengan senantiasa memperhatikan keharmonisan rumah tanngganya

Wallahu a’lam bish showab

Oleh: Eko Yuliarti Siroj

Kisah Khaulah binti Tsa’labah

  قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Mujadilah:1)

Sahabiyat yang mulia Khaulah binti Tsa’labah al-Anshariyah merupakan istri dari seorang sahabat mulia Aus bin Shamit. Mereka termasuk kaum muslimin awalan.

Sebagaimana layaknya, Aus setiap hari bekerja mencari nafkah untuk anak istrinya. Suatu hari, ia pulang terlambat tidak seperti biasanya. Khaulah berdiri didepan pintu rumah mengkhawatirkan kondisi suaminya. Mendapati istrinya berdiri didepan pintu, Aus malah berfikiran lain. Ia menganggap suatu petaka telah terjadi. Dengan melihat istrinya berada di depan pintu, ia menganggap istrinya pergi keluyuran sebagaimana yang ia tuduhkan. Sebenarnya ini pertanda bahwa Aus sangat cemburu. Dan Khaulah menanggapinya dengan tenang. Ia malah merasa senang karena suaminya memiliki kekhawatiran/kecemburuan besar kepadanya. Namun…betapa terkejutnya ia ketika Aus menamparnya dengan kuat hingga ia sempoyongan dan jatuh ke tanah. Ia telah menyembunyikan penatnya lelahnya dari menghadapi kehidupan yang berat tanpa saling memahami. Ia disadarkan oleh suara tinggi penuh perintah dari suaminya untuk menyiapkan makan malam. Khaulah bangkit menyiapkan makanan sekalipun jeritan sakit masih melolong dalam dirinya. Tak tersedia dirumah itu selain roti dan minyak. Aus memandang tajam makanan itu. Dahinya tegang, ia mencaci… bicara berbusa-busa dan bersumpah tidak akan makan malam itu. Khaulah berusaha tenang menjaga emosinya walau perasaannya bergejolak karena kasian dengan anak-anaknya yang masih kecil dan sedang tertidur lelap. Ia khawatir anak2 terbangun karena mendengar suara tinggi ayah mereka.
Sikap tenang Khaulah membuat amarah Aus semakin menjadi. Sesungguhnya peristiwa seperti ini sudah sering terjadi dirumah Khaulah. Akan tetapi sikap Aus hari ini melampaui sikap-sikap dia di hari biasanya. Aus mengucapkan kalimat mengejutkan yang membuat Khaulah seorang sahabiyat yang tak pernah meninggalkan shalat bersama dengan Nabi. Dengan pendengaran yang jelas, Khaulah mendengar suaminya berkata dengan sangat kasar:”Engkau bagiku bagai punggung ibuku wahai Khaulah…” Kemudian ia membuka pintu dan pergi meninggalkan rumah.

Khaulah terpaku didalam rumah…dengan kepala yang berputar-putar antara percaya dan tidak dengan apa yang baru saja terjadi. Runtuh sudah semua pertahanan yang ia miliki..luluh sudah ketegaran yang selalu ia tampakan. Dan kini…air mata berderai-derai bagai hujan deras mengalir dipipi Khaulah. Dalam sedih ia terus bertanya…apa maksud dari kalimat yang diucapkan suaminya? Maka ia menemukan jawaban bahwa itu maknanya thalak. Akan tetapi thalak yang biasa diucapkan oleh orang-orang jahiliyah.

Bagaimana cahaya Islam yang menerangi relung hati seorang laki-laki yang ia puja bernama Aus bin Shamit bisa seketika sirna dan kembali kegelapan jahiliyah itu yang datang. Apakah ini benar2 thalak karena sebelumnya Aus sudah mengucapkan thalak dua kali. Apakah ini yang ketiga? Dalam gelisah seperti itu, tiba-tiba suaminya datang, mendekati Khaulah dan mencumbunya seolah ia ingin melupakan apa yang baru saja terjadi. Namun Khaulah menolak… “Tinggalkan aku! Sesungguhnya aku haram untukmu disebabkan apa yang kau katakan padaku hari ini.” Aus berkata dengan amarah:”Engkau masih istriku. Apa yang aku katakan padamu bukanlah talak.” Khaulah berkata:”Rasulullah yang akan memutuskan. Aku akan pergi menghadap beliau besok pagi. Dan engkau…. sampai ada keputusan, engkau tidak boleh menyentuhku dan mendekatiku.” Malam itu begitu panjang bagi Khaulah….hingga akhirnya ia mendengar suara Bilal mengumandangkan adzan.

Fajar telah menyingsing. Matahari beranjak naik dari peraduannya. Khaulah bergegas menuju rumah Rasulullah Saw. berjalan penuh tanya dan kekhawatiran. Ia masih tak percaya dengan ucapan suaminya tadi malam. Aisyah menyambutnya dan menanyakan keperluannya di waktu sepagi ini. Apa yang membuatnya begitu sedih dan luka hingga tak dapat disembunyikan dari raut mukanya? Namun sebelum Khaulah menjawab, Rasulullah hadir ditengah mereka. Aisyah pun bergegas masuk. Dan bertuturlah Khaulah:”Ya Rasulullah…sesungguhnya Aus suamiku dan anak pamanku, ia berkata kepadaku:’engkau bagiku bagai punggung ibuku.” Rasulullah bersabda:”Aku tidak punya pendapat lain selain engkau telah haram baginya”.

Air mata tak lagi dapat dibendung. Didepan Rasulullah ia menangis dan mendebatnya :”Akan tetapi ya Rasulullah…ia tidak mengucapkan kalimat talak.” Rasulullah mengulang ucapannya:”Aku tidak punya pendapat lain selain engkau telah haram baginya.” Khaulah berkata:”Ya Rasulullah…. Ia masih memiliki anak yang kecil-kecil. Jika aku tinggalkan mereka bersamanya, mereka akan kehilangan kasih sayang. Dan bila aku bawa mereka bersamaku, mereka akan kelaparan.  Demi Allah apa yang harus aku lakukan?”

Aisyah muncul duduk mendampingi Khaulah dan menyapu air matanya. Ia menenangkan Khaulah dan memberinya minuman hangat. Khaulah mengulang pertanyaannya kepada Rasulullah dan Rasulullah tetap memberikan jawaban yang sama. Namun tak lama berselang, Rasulullah tersenyum dan berkata:”Wahai Khaulah, Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai engkau dan suamimu.” Dan Rasulullahpun membacakan ayat:
  قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (١) الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلا اللائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ (٢)وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (٣) فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٤)
1. Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
2. Orang-orang di antara kamu yang menzhihar istrinya (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
3. Dan mereka yang menzhihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan Allah kepadamu, dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
4. Maka barang siapa tidak dapat (memerdekakan budak), maka (dia wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Tetapi barang siapa tidak mampu (berpuasa), maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang sangat pedih.” (QS Al Mujadilah:1-4)

Kemudian Rasulullah bersabda:”Wahai Khaulah, suruhlah ia memerdekakan seorang sahaya.” Khaulah berkata:”Ya Rasulallah…dia tidak tidak punya sahaya.” Rasul berkata:”Suruhlah ia puasa dua bulan  berturut2.” Khaulah berkata:”Dia seorang laki-laki renta yang tak kan sanggup untuk puasa dua bulan berturut2.” Rasulallah berkata:”Berimakanlah enampuluh orang miskin.” Khaulah berkata:”Ya Rasulullah… bahkan untuk kami sendiri, kami tidak memiliki makanan.” Rasulullah berkata:”Ambilah kurma dari rumah kami dan suruhlah suamimu untuk membagikannya.” Maka Khaulah pergi meninggalkan rumah Rasulullah dengan tangan penuh kurma dan hati yang berbinar.
Sesampainya dirumah, Khaulah mendapati suaminya sedang menanti dengan cemas. Ia kemudian mengabarkan bahwa ayat Al-Qur’an turun tentang mereka. Dan ia menceritakan kisah pertemuannya dengan Rasulullah. Maka Aus mengangkat tangannya.. bersyukur dan memuji Allah Swt atas keutamaan yang diberikan kepadanya.

Hari berlalu….dan Aus telah kembali kepada Allah. Khaulah menjalani hidup dengan ibadah dan keta’atan. Hingga suatu hari dimasa kekhalifahan Umar, saat Umar hendak masuk mesjid dan bersamanya seorang pengawal, Khaulah menemuinya dan berkata:”Celakalah engkau wahai Umar. Aku menyaksikanmu dipasar Ukadz saat orang-orang memanggilmu Umair. Engkau menggembala kambing dengan tongkatmu.  Dan waktu berlalu hingga engkau menjadi seorang Umar kemudian engkau menjadi amirul mukminin.

Takutlah kepada Allah dalam mengurus rakyatmu. Siapa yang takut hari pembalasan, ia akan memperhatikan yang jauh dan siapa yang takut mati ia akan mempersiapkan kematian.” Dan Umar menyimaknya hingga si pengawal berkata:”Cukup wahai ibu. Engkau telah mengganggu amirul mukminin.” Umar berkata:”Biarkanlah…engkautidak tahu siapa dia? Dia adalah Khaulah binti Tsa’labah yang Allah dengar pengaduannya dari atas langit yang ketujuh.

Kemudian ayat Al-Qur’an turun mengenai dia dan suaminya. Bagaimana Umar tidak mendengarnya? Demi Allah, jika ia terus bicara hingga malam hari, Umar akan terus menyimaknnya.”

*Hikmah kehidupan*

🌷Setiap keluarga memiliki masalah. Besar ataupun kecil. Dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Bahkan keluarga para sahabat tidak luput dari masalah.

🌷Faktor ekonomi seringkali menjadi pemicu perseteruan suami istri. Kelancaran komunikasi suami istri sangat penting. Masing2 perlu membiasakan untuk menggunakan komunikasi verbal bukan asumsi.

🌷Tidak selamanya sesuatu yang dipandang baik oleh istri, dipandang baik juga
oleh suami. Atau sebaliknya.

🌷Kenali karakter pasangan kita. Baik dan buruknya…. sehingga kita mampu bersikap dengan tepat.

🌷Terkadang, pertengkaran dan perseteruan antara suami istri tidak dapat dielakkan. Tunggulah waktu yang tepat untuk bicara dan mendapatkan solusi. Jangan tergesa2 apalagi saat kondisi masing2 sedang marah.

🌷Jujur adalah modal utama dan keniscayaan dalam berumah tangga. Dalam hal apapun.

🌷Dalam situasi berseteru, salah satu suami atau istri harus menjaga stabilitas emosi. Karena masalah tak akan selesai atau semakin berkobar jika masing2 pihak emosional.

🌷Berhati-hatilah dengan kalimat talak/cerai walau menggunakan kiasan. Jangan mengucapkannya saat marah. Karena berdampak bias pada hukum.

🌷Perempuan perlu punya sikap yang tegas terutama dalam masalah rumah tangga yang berkaitan langsung dengan dirinya.

🌷Anak adalah anugerah Allah yang membawa rahmat. Syukurilah kehadirannya seperti apapun kondisinya.

🌷Kemuliaan seseorang terletak pada iman takwanya. Juga akhlak mulianya.

🌷Dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, kita perlu menghormati hak-hak orang lain. Khaulah menunggu bertemu Rasulullah hingga datang waktu pagi.

🌷Untuk mencari solusi, seorang perempuan boleh berkonsultasi dengan laki-laki yang didampingi oleh mahramnya.

🌷Peristiwa yang dialami sahabat & sahabiyat menjadi teladan bagi kaum muslimin sepanjang zaman. Demikian hikmah dari sebuah peristiwa di masa Rasulullah Saw.

🌷Dzihar adalah ucapan seorang suami yang menyerupakan istri dengan mahramnya. Mencabutnya harus dengan kafarat: memerdekakan sahaya, shaum 2 bulan berturut2, atau memberi makan enam puluh orang miskin.

🌷Dzihar adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam karena ia merupakan kebiasaan jahiliyah.

🌷Bersabar atas perilaku buruk suami bernilai pahala besar. Demikian juga suami yang bersabar dengan sikap istrinya. Berusaha untuk terus saling memahami adalah bagian dari syukur dan husnudhan kepada Allah.

🌷Cukuplah kegigihan seseorang dalam mempertahankan keutuhan keluarganya menjadi kriteria orang2 yang tangguh.

🌷Visi keluarga muslim tidak hanya selamat di dunia, tetapi juga selamat di akhirat.

🌷Setiap anggota keluarga harus memiliki semangat yang sama untuk saling menyelamatkan didunia dan akhirat bukan saling menjerumuskan.

🌷Sebaik-baik kita adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan Rasulullah adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.

🌷Allah adalah sebaik2 penolong. Mendekatlah padaNya saat masalah mendera. Hanya padaNya… tidak kepada yang lainnya.

Wallohu a’lam bish showwab

Oleh: Eko Yuliarti Siroj