Kisah Khaulah binti Tsa’labah

0
47

  قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Mujadilah:1)

Sahabiyat yang mulia Khaulah binti Tsa’labah al-Anshariyah merupakan istri dari seorang sahabat mulia Aus bin Shamit. Mereka termasuk kaum muslimin awalan.

Sebagaimana layaknya, Aus setiap hari bekerja mencari nafkah untuk anak istrinya. Suatu hari, ia pulang terlambat tidak seperti biasanya. Khaulah berdiri didepan pintu rumah mengkhawatirkan kondisi suaminya. Mendapati istrinya berdiri didepan pintu, Aus malah berfikiran lain. Ia menganggap suatu petaka telah terjadi. Dengan melihat istrinya berada di depan pintu, ia menganggap istrinya pergi keluyuran sebagaimana yang ia tuduhkan. Sebenarnya ini pertanda bahwa Aus sangat cemburu. Dan Khaulah menanggapinya dengan tenang. Ia malah merasa senang karena suaminya memiliki kekhawatiran/kecemburuan besar kepadanya. Namun…betapa terkejutnya ia ketika Aus menamparnya dengan kuat hingga ia sempoyongan dan jatuh ke tanah. Ia telah menyembunyikan penatnya lelahnya dari menghadapi kehidupan yang berat tanpa saling memahami. Ia disadarkan oleh suara tinggi penuh perintah dari suaminya untuk menyiapkan makan malam. Khaulah bangkit menyiapkan makanan sekalipun jeritan sakit masih melolong dalam dirinya. Tak tersedia dirumah itu selain roti dan minyak. Aus memandang tajam makanan itu. Dahinya tegang, ia mencaci… bicara berbusa-busa dan bersumpah tidak akan makan malam itu. Khaulah berusaha tenang menjaga emosinya walau perasaannya bergejolak karena kasian dengan anak-anaknya yang masih kecil dan sedang tertidur lelap. Ia khawatir anak2 terbangun karena mendengar suara tinggi ayah mereka.
Sikap tenang Khaulah membuat amarah Aus semakin menjadi. Sesungguhnya peristiwa seperti ini sudah sering terjadi dirumah Khaulah. Akan tetapi sikap Aus hari ini melampaui sikap-sikap dia di hari biasanya. Aus mengucapkan kalimat mengejutkan yang membuat Khaulah seorang sahabiyat yang tak pernah meninggalkan shalat bersama dengan Nabi. Dengan pendengaran yang jelas, Khaulah mendengar suaminya berkata dengan sangat kasar:”Engkau bagiku bagai punggung ibuku wahai Khaulah…” Kemudian ia membuka pintu dan pergi meninggalkan rumah.

Khaulah terpaku didalam rumah…dengan kepala yang berputar-putar antara percaya dan tidak dengan apa yang baru saja terjadi. Runtuh sudah semua pertahanan yang ia miliki..luluh sudah ketegaran yang selalu ia tampakan. Dan kini…air mata berderai-derai bagai hujan deras mengalir dipipi Khaulah. Dalam sedih ia terus bertanya…apa maksud dari kalimat yang diucapkan suaminya? Maka ia menemukan jawaban bahwa itu maknanya thalak. Akan tetapi thalak yang biasa diucapkan oleh orang-orang jahiliyah.

Bagaimana cahaya Islam yang menerangi relung hati seorang laki-laki yang ia puja bernama Aus bin Shamit bisa seketika sirna dan kembali kegelapan jahiliyah itu yang datang. Apakah ini benar2 thalak karena sebelumnya Aus sudah mengucapkan thalak dua kali. Apakah ini yang ketiga? Dalam gelisah seperti itu, tiba-tiba suaminya datang, mendekati Khaulah dan mencumbunya seolah ia ingin melupakan apa yang baru saja terjadi. Namun Khaulah menolak… “Tinggalkan aku! Sesungguhnya aku haram untukmu disebabkan apa yang kau katakan padaku hari ini.” Aus berkata dengan amarah:”Engkau masih istriku. Apa yang aku katakan padamu bukanlah talak.” Khaulah berkata:”Rasulullah yang akan memutuskan. Aku akan pergi menghadap beliau besok pagi. Dan engkau…. sampai ada keputusan, engkau tidak boleh menyentuhku dan mendekatiku.” Malam itu begitu panjang bagi Khaulah….hingga akhirnya ia mendengar suara Bilal mengumandangkan adzan.

Fajar telah menyingsing. Matahari beranjak naik dari peraduannya. Khaulah bergegas menuju rumah Rasulullah Saw. berjalan penuh tanya dan kekhawatiran. Ia masih tak percaya dengan ucapan suaminya tadi malam. Aisyah menyambutnya dan menanyakan keperluannya di waktu sepagi ini. Apa yang membuatnya begitu sedih dan luka hingga tak dapat disembunyikan dari raut mukanya? Namun sebelum Khaulah menjawab, Rasulullah hadir ditengah mereka. Aisyah pun bergegas masuk. Dan bertuturlah Khaulah:”Ya Rasulullah…sesungguhnya Aus suamiku dan anak pamanku, ia berkata kepadaku:’engkau bagiku bagai punggung ibuku.” Rasulullah bersabda:”Aku tidak punya pendapat lain selain engkau telah haram baginya”.

Air mata tak lagi dapat dibendung. Didepan Rasulullah ia menangis dan mendebatnya :”Akan tetapi ya Rasulullah…ia tidak mengucapkan kalimat talak.” Rasulullah mengulang ucapannya:”Aku tidak punya pendapat lain selain engkau telah haram baginya.” Khaulah berkata:”Ya Rasulullah…. Ia masih memiliki anak yang kecil-kecil. Jika aku tinggalkan mereka bersamanya, mereka akan kehilangan kasih sayang. Dan bila aku bawa mereka bersamaku, mereka akan kelaparan.  Demi Allah apa yang harus aku lakukan?”

Aisyah muncul duduk mendampingi Khaulah dan menyapu air matanya. Ia menenangkan Khaulah dan memberinya minuman hangat. Khaulah mengulang pertanyaannya kepada Rasulullah dan Rasulullah tetap memberikan jawaban yang sama. Namun tak lama berselang, Rasulullah tersenyum dan berkata:”Wahai Khaulah, Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai engkau dan suamimu.” Dan Rasulullahpun membacakan ayat:
  قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (١) الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلا اللائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ (٢)وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (٣) فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٤)
1. Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
2. Orang-orang di antara kamu yang menzhihar istrinya (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
3. Dan mereka yang menzhihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan Allah kepadamu, dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
4. Maka barang siapa tidak dapat (memerdekakan budak), maka (dia wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Tetapi barang siapa tidak mampu (berpuasa), maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang sangat pedih.” (QS Al Mujadilah:1-4)

Kemudian Rasulullah bersabda:”Wahai Khaulah, suruhlah ia memerdekakan seorang sahaya.” Khaulah berkata:”Ya Rasulallah…dia tidak tidak punya sahaya.” Rasul berkata:”Suruhlah ia puasa dua bulan  berturut2.” Khaulah berkata:”Dia seorang laki-laki renta yang tak kan sanggup untuk puasa dua bulan berturut2.” Rasulallah berkata:”Berimakanlah enampuluh orang miskin.” Khaulah berkata:”Ya Rasulullah… bahkan untuk kami sendiri, kami tidak memiliki makanan.” Rasulullah berkata:”Ambilah kurma dari rumah kami dan suruhlah suamimu untuk membagikannya.” Maka Khaulah pergi meninggalkan rumah Rasulullah dengan tangan penuh kurma dan hati yang berbinar.
Sesampainya dirumah, Khaulah mendapati suaminya sedang menanti dengan cemas. Ia kemudian mengabarkan bahwa ayat Al-Qur’an turun tentang mereka. Dan ia menceritakan kisah pertemuannya dengan Rasulullah. Maka Aus mengangkat tangannya.. bersyukur dan memuji Allah Swt atas keutamaan yang diberikan kepadanya.

Hari berlalu….dan Aus telah kembali kepada Allah. Khaulah menjalani hidup dengan ibadah dan keta’atan. Hingga suatu hari dimasa kekhalifahan Umar, saat Umar hendak masuk mesjid dan bersamanya seorang pengawal, Khaulah menemuinya dan berkata:”Celakalah engkau wahai Umar. Aku menyaksikanmu dipasar Ukadz saat orang-orang memanggilmu Umair. Engkau menggembala kambing dengan tongkatmu.  Dan waktu berlalu hingga engkau menjadi seorang Umar kemudian engkau menjadi amirul mukminin.

Takutlah kepada Allah dalam mengurus rakyatmu. Siapa yang takut hari pembalasan, ia akan memperhatikan yang jauh dan siapa yang takut mati ia akan mempersiapkan kematian.” Dan Umar menyimaknya hingga si pengawal berkata:”Cukup wahai ibu. Engkau telah mengganggu amirul mukminin.” Umar berkata:”Biarkanlah…engkautidak tahu siapa dia? Dia adalah Khaulah binti Tsa’labah yang Allah dengar pengaduannya dari atas langit yang ketujuh.

Kemudian ayat Al-Qur’an turun mengenai dia dan suaminya. Bagaimana Umar tidak mendengarnya? Demi Allah, jika ia terus bicara hingga malam hari, Umar akan terus menyimaknnya.”

*Hikmah kehidupan*

🌷Setiap keluarga memiliki masalah. Besar ataupun kecil. Dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Bahkan keluarga para sahabat tidak luput dari masalah.

🌷Faktor ekonomi seringkali menjadi pemicu perseteruan suami istri. Kelancaran komunikasi suami istri sangat penting. Masing2 perlu membiasakan untuk menggunakan komunikasi verbal bukan asumsi.

🌷Tidak selamanya sesuatu yang dipandang baik oleh istri, dipandang baik juga
oleh suami. Atau sebaliknya.

🌷Kenali karakter pasangan kita. Baik dan buruknya…. sehingga kita mampu bersikap dengan tepat.

🌷Terkadang, pertengkaran dan perseteruan antara suami istri tidak dapat dielakkan. Tunggulah waktu yang tepat untuk bicara dan mendapatkan solusi. Jangan tergesa2 apalagi saat kondisi masing2 sedang marah.

🌷Jujur adalah modal utama dan keniscayaan dalam berumah tangga. Dalam hal apapun.

🌷Dalam situasi berseteru, salah satu suami atau istri harus menjaga stabilitas emosi. Karena masalah tak akan selesai atau semakin berkobar jika masing2 pihak emosional.

🌷Berhati-hatilah dengan kalimat talak/cerai walau menggunakan kiasan. Jangan mengucapkannya saat marah. Karena berdampak bias pada hukum.

🌷Perempuan perlu punya sikap yang tegas terutama dalam masalah rumah tangga yang berkaitan langsung dengan dirinya.

🌷Anak adalah anugerah Allah yang membawa rahmat. Syukurilah kehadirannya seperti apapun kondisinya.

🌷Kemuliaan seseorang terletak pada iman takwanya. Juga akhlak mulianya.

🌷Dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, kita perlu menghormati hak-hak orang lain. Khaulah menunggu bertemu Rasulullah hingga datang waktu pagi.

🌷Untuk mencari solusi, seorang perempuan boleh berkonsultasi dengan laki-laki yang didampingi oleh mahramnya.

🌷Peristiwa yang dialami sahabat & sahabiyat menjadi teladan bagi kaum muslimin sepanjang zaman. Demikian hikmah dari sebuah peristiwa di masa Rasulullah Saw.

🌷Dzihar adalah ucapan seorang suami yang menyerupakan istri dengan mahramnya. Mencabutnya harus dengan kafarat: memerdekakan sahaya, shaum 2 bulan berturut2, atau memberi makan enam puluh orang miskin.

🌷Dzihar adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam karena ia merupakan kebiasaan jahiliyah.

🌷Bersabar atas perilaku buruk suami bernilai pahala besar. Demikian juga suami yang bersabar dengan sikap istrinya. Berusaha untuk terus saling memahami adalah bagian dari syukur dan husnudhan kepada Allah.

🌷Cukuplah kegigihan seseorang dalam mempertahankan keutuhan keluarganya menjadi kriteria orang2 yang tangguh.

🌷Visi keluarga muslim tidak hanya selamat di dunia, tetapi juga selamat di akhirat.

🌷Setiap anggota keluarga harus memiliki semangat yang sama untuk saling menyelamatkan didunia dan akhirat bukan saling menjerumuskan.

🌷Sebaik-baik kita adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan Rasulullah adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.

🌷Allah adalah sebaik2 penolong. Mendekatlah padaNya saat masalah mendera. Hanya padaNya… tidak kepada yang lainnya.

Wallohu a’lam bish showwab

Oleh: Eko Yuliarti Siroj

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here