Berkumpul Bersama Keluarga di Surga

SUDAHKAH TERTAWA HARI INI?

πŸ“ Pemateri: Ustadz Bendri Jaisyurrahman

(seri Rumah Tangga Surga bag. 5)

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸ

Berapa kali Anda dan keluarga tertawa dalam sehari?

Pertanyaan ini pernah diajukan oleh salah seorang professor ahli pengasuhan ke kami saat saya ikut workshopnya di Singapore.

Menurut beliau, tanda rumah tangga bahagia adalah adanya tawa minimal 100 kali setiap hari di dalam rumah.

Entah bagaimana menghitungnya, yang jelas kepuasan dalam rumah tangga diukur dengan hadirnya tawa sebagai ekspresi bahagia di dalam keluarga.

Dan ternyata hal ini juga merupakan cerminan kebahagiaan penduduk surga. Penduduk surga senantiasa gembira dan tertawa.

Allah katakan : Masuklah kamu ke dalam surga. Kamu dan istrimu akan digembirakan (QS. 43:70)

Dan wujud kegembiraan itu ditampilkan dengan wajah berseri-seri dan suara tawa penghuni surga (Lihat QS. 80 : 38-39)

Rumah tangga surga selayaknya mengambil pelajaran dari aktivitas penghuni surga ini yakni berupaya menghadirkan tawa setiap hari.

Jika tangisan, ratapan dan ekspresi tegang yang senantiasa terjadi dalam keluarga, ini justru suasana neraka.

Masing-masing merasa tertekan, jenuh dan bosan. Merasa rumah bukan tempat yang nyaman.

Akhirnya mereka lebih betah di luar seraya cari hiburan demi bisa tertawa tuk puaskan kebutuhan fitrahnya.

Sebab bagi sebagian orang, tertawa itu udah kayak NKRI. Harga mati. Kalau gak dapat di rumah, mereka cari sendiri di luar.

Maka, selayaknya kita bangun rumah tangga dengan konsep hadirkan tawa gembira saat bersama.

Tentu tawa juga ada kadarnya. Sebab segala sesuatu yang berlebihan akan mematikan jiwa.

Minimal jika tak ada tawa, ekspresi bahagia ditampilkan oleh anggota keluarga melalui senyum berseri penuh ekspresi.

Itulah mengapa anak-anak yang tak bahagia di dalam rumah nampak dari ekspresi dan gerak tubuhnya yang serba minimalis.

Mau menggerakkan badan, minimalis. Senyum pun minimalis. Sampai milih rumah pun minimalis #eh

Rasa takut dan tidak ekspresif terjadi karena hubungan emosional yang serba kaku. Keakraban hilang tersebab kebanyakan aturan.

Alhasil, tertawa menjadi langka. Dan ini petaka. Hilanglah suasana surga.

Untuk menghadirkan tawa dan muka berseri diantara keluarga bisa dimulai dengan sering melakukan aktivitas santai secara bersama.

Kalau perlu lakukan kontak fisik melalui permainan yg bernama β€˜gelitikan’. Iya, saling menggelitik sesama anggota bisa menambah keakraban.

Asal jangan berlebihan, bisa-bisa malah pingsan. Intinya bermainlah secara serius saat bersama keluarga.

Kenapa disebut serius? Sebab, tanda keseriusan saat bermain bersama yakni tak ada media yang jadi pihak ketiga.

Suasana keakraban akan hilang jika ortu bermain Whatsapp-an. Atau terkesima di depan layar kaca dengan akting Aldebaran. Anak merasa diabaikan.

Begitu juga saat bersenda gurau, seriuslah. Keluarkan mimik muka yang menghadirkan tawa.

Hal ini sering dilakukan oleh nabi kita yang mulia terhadap anggota keluarganya.

Terkadang beliau ajak istrinya lomba lari bersama. Kadang beliau juga menjulurkan lidah dengan ekspresi lucu ke cucunya.

Ini bukti, bahwa saat bersenda gurau dan bermain, Rasulullah pun total dalam melakukannya.

Hal inilah yang menghadirkan rasa puas dan bahagia di dalam keluarga.

Selain itu, buatlah hidup dinamis. Tidak monoton dan statis.

Pola yang tak berubah sepanjang tahun menghasilkan rasa bosan hingga ke ubun-ubun.

Anak selalu ditanamkan pola : β€˜bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi’. Dari dulu ini sudah jadi tradisi.

Bayangkan jika sampai remaja hal ini terus terjadi. Hidup mereka kurang bergairah dan tak berarti.

Padahal, boleh saja mereka berimprovisasi: β€˜bangun tidur ku terus lari sambil nenteng TV’ πŸ˜† Ups… Ini anak atau pencuri?

Maksudnya, hiduplah dinamis. Buat kejutan-kejutan yang membuat rasa penasaran anggota keluarga seraya bertanya : nanti malam ada kejutan apa lagi ya?

Ucapan cinta lewat kalimat : I LOVE YOU, di awal-awal nikah memang terasa begitu indah. Tapi jika tak ada improvisasi, lama-lama pasangan pun jengah.

Sekali-kali sampaikanlah kalimat cinta dengan susunan uang seratus ribuan atau logam mulia di atas ranjang. Istri mana yang tidak berseri-seri wajahnya tanda riang? πŸ˜†

Atau saat ia cemberut dan manyun cobalah ajak ia belanja dengan tawaran paket dana yang tak ada limitnya. Oh, sungguh bahagia.

Intinya, buatlah hidup sedinamis mungkin. Sebab kesenangan di surga pun dinamis. Tidak monoton. Berpindah dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain.

Hadirkan ekspresi bahagia semampu kita tanpa harus keluar banyak biaya.

Sebab jika keluar banyak biaya, anak istri mungkin bahagia. Tapi setelahnya para ayah yang nangis merana. Tabungan tak ada sisa 😭

Untuk irit biaya, ekspresi bahagia bisa dengan berbagi tawa melalui cerita humor dan jenaka.

Atau bermain tebak-tebakan juga bisa jadi cara ampuh yang menghidupkan suasana tanpa menguras kantong kita.

Jika kita belum mampu lakukannya, karena tak terbiasa, cukup hadirkan senyum tulus di segala suasana. Mereka sudah merasa bahagia.

Dari sekarang cobalah tingkatkan jiwa humoris kita agar suasana rumah penuh dengan tawa.

Mungkin awalnya susah, tapi jangan menyerah untuk mencoba. Dan rumah pun menjelma menjadi surga.

Wallahu a’lam bish showab

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸ

Sebarkan! Raih Pahala

πŸƒπŸƒπŸŒΊπŸƒπŸƒπŸŒΊπŸƒπŸƒ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

πŸ“±Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

πŸ’° Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *