🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
📝 Pemateri: Ustadzah Rochma Yulika
©Teringat kisah Imam Hanafi yang menangis kala berjumpa dengan seorang anak kecil. Abu Hanifah bin Tsabit, atau populer disebut Imam Hanafi. Suatu ketika Abu Hanifah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan dengan mengenakan sepatu kayunya.
▪Abu Hanifah menegur sang anak itu supaya berhati-hati, “Hati-hati ya nak dengan sepatu kayumu, karena bisa menggelincirkanmu.” Sang bocah miskin itu pun tersenyum menyambut perhatian sang imam dengan ucapan terima kasih. “Bolehkan saya tahu namamu, Tuan?” tanya sang bocah. “Nu’man.” Jawab Abu Hanifah.
© Kemudian bocah miskin itu meneruskan pertanyaannya, “Jadi,Tuan lah yang terkenal selama ini dengan gelar al-Imam al-Ada’dham (imam agung) itu?” Abu Hanifah pun menjawab,”Bukan aku yang menyematkan gelar itu, tapi masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku.”
▪Lalu bocah miskin itu berkata pada sang imam, “Wahai imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara gelar itu. Sepatu kayuku ini mungkin hanya akan menggelincirkanku di dunia, tapi gelarmu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api neraka yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”
© Tak disangka celoteh sang bocah miskin itu menggetarkan nurani sang imam. Beliau pun tersungkur menangis. Ada rasa haru menyelimuti perasaan sang imam. Baginya itu sebuah nasihat yang sangat berharga sehingga bisa menjadi kehati-hatian dalam mengemban tanggung jawab dan amanah sebagai ulama yang disegani umat.
▪Subhanallah, kisah keteladanan dari seorang ulama besar yang patut kita tiru. Berjiwa besar. Tentunya kita bisa berhikmah padanya. Namun sayang sedikit sekali para pemimpin kita yang mampu berjiwa besar.
Mereka dengan mudah mencari setiap kesalahan orang-orang yang dipimpinnya sementara terkadang enggan menerima kritik atau masukan dari orang-orang di sekelilingnya. Rasa superioritas dalam diri seseorang kadang membutakan mata hati. Ilmu yang mumpuni tanpa disadari melenakan. Amal yang lebih dalam pandangannya seolah mampu juga menyelamatkan dirinya.
© Padahal masuknya surga seseorang tak hanya dengan amal. Apalagi amal tanpa keikhlasan dan ketawadhu’an.
Rasulullah pun menyatakan dalam haditsnya.
“Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816)
▪Seorang sufi besar yakni Ibnu Atha’ As-Sakandari, beliau pernah berkata,”Boleh jadi (Allah) membukakan pintu ketaatan bagimu namun tidak dibukakan pintu penerimaan bagimu. Dan boleh jadi ditetapkan bagimu dosa namun dapat menjadi sebab untuk sampai kepada Allah.
© Kemaksiatan yang dapat mengakibatkan kerendahan diri dan kebutuhan terhadap Allah, lebih baik daripada taat yang mengakibatkan rasa tinggi hati dan sombong.”
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130