Kamis, 19 Muharram 1438H / 20 Oktober 2016
SIROH DAN TARIKH
Pemateri: Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP
Dermaga Armstrong Whitworth, Inggris
Kapten Rauf Bey berusaha menahan kegelisahannya pagi itu. Beliau bersama sepasukan pelaut terlatih sedang berjalan bergegas menuju gerbang galangan kapal laut Inggris. Tugas penting yang mereka panggul pagi itu cukup menimbulkan kecemasan bersama.
Pada pagi yang sama, 2 Agustus 1914, pemerintahan kudeta CUP (Turki Muda) telah menandatangani pakta aliansi rahasia dengan Jerman dan Austria-Hungaria. Sebuah perang dunia sepertinya tidak terelakkan lagi. Pertimbangan utama pucuk pimpinan Turki Muda adalah kecuriagaan mereka pada ketulusan Inggris dan Perancis jika pecah perang. Semua pihak di İstanbul sepakat bahwa Russia adalah musuh utama kekhilafahan Turki Utsmani. Hampir semua meyakini bahwa Inggris maupun Perancis tidak akan sepenuh hati membela Turki Utsmani menghadapi Russia.
Lesson #1 ketika akan bermain politik dan diplomasi, mainkanlah dengan baik sehingga tidak terbaca oleh siapa pun. Ketika langkah kedua dan ketiga begitu mudah diprediksi maka sesungguhnya sudah kalah.
Kapten Rauf Bey adalah seorang perwira laut yang ditugaskan untuk menjemput dan mengawaki kapal perang modern yang baru saja selesai dibuat di galangan Armstrong Whitworth. Kapal ini merupakan upaya untuk menyaingi program peremajaan kekuatan laut Russia dan Yunani. Tidak tanggung-tanggung, kapal over-contract angkatan laut Brazil itu, akan diberi nama Sultan Osman I. Nama masyhur yang diambil dari Osman Gazi sang pendiri kekhilafahan Turki Utsmani (Osmanlı).
Lesson #2 kemandirian dalam memproduksi alat utama sistem pertahanan (alutsista) militer adalah tulang panggung kekuatan diplomasi; jika lemah maka lemah pula opsi diplomasi yang tersedia.
Selain kontrak pembuatan kapal Sultan Osman I, Inggris juga menerima order pembuatan kapal kelas Dreadnought melalui perusahaan Vickers. Baik perusahaan Vickers maupun Armstrong Whitworth memiliki kekuatan lobby pada Kementerian Luar Negeri Inggris untuk menerima order tersebut. Kedua perusahaan khawatir bisnis akan lari ke Jerman jika angkatan bersenjata Inggris terlalu kaku dengan kebijakan luar negerinya.
Lesson #3 bisnis adalah bagian dari diplomasi; ketika kekhilafahan Turki Utsmani telat seabad mendorong entrepreneurship perusahaan swasta dalam negeri maka hanya ada opsi ketergantungan dengan perusahaan swasta asing.
Disamping itu, yang lebih membuat Kapten Rauf Bey cemas adalah besarnya arti kapal perang ini bagi masyarakat umum Turki Utsmani. Kapal perang ini juga didanai melalui penggalangan umum yang dikenal sebagai Donanma-yı Osmanlı Muavenet-i Milliye Cemiyeti. Banyak sekali anak-anak sekolah yang mengumpulkan dari menyisihkan uang jajan mereka sejak 1909. Kini sebentar lagi, 1914, anak-anak sekolah dan majelis ta’lim serta dergah tariqat di seluruh kekhilafahan Turki Utsmani akan menyaksikan kegagahan kapal perang mereka.
Lesson #4 walau terlihat nasionalistik, namun penggalangan dana umum untuk pembelian alutsista militer menunjukkan lemahnya fundamental ekonomi suatu negeri.
Ketika sampai di depan gerbang, Kapten Rauf Bey diberitahu bahwa kedua kapal tidak boleh diambil. Keduanya direkuisisi paksa oleh Angkatan Laut Inggris untuk mengimbangi ancaman perang besar yang diduga akan segera pecah. Betapa jatuhnya perasaan beliau. Tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengubah itu. Mengambil paksa pun diluar kemungkinan saat itu.
Di kemudian hari diketahui, bahwa rekomendasi penyerobotan kontrak swasta itu datang dari First Sea Lord yang bernama Winston Churchill. Pejabat tinggi urusan angkatan laut yang menerima laporan intelijen tentang meningkatnya jumlah personil militer Jerman di İstanbul sepanjang musim panas 1914.
Lesson #5 Churchill akan merasakan buah dari kesombongannya ketika pasukan Inggris dan ANZAC mengalami kegagalan di pantai Gallipoli satu tahun kemudian.
Kekecewaan anak-anak dan masyarakat penggalang dana tidak hanya sampai di situ. Turki Utsmani berada pada pihak yang kalah dalam Perang Dunia Pertama yang tidak lama setelah itu berkecamuk. Pemerintah Inggris maupun kedua perusahaan kontraktor swastanya tidak pernah mengembalikan kapal maupun nilai kontraknya. Sebuah perampokan besar Inggris sebelum perang pecah yang luput dari catatan sejarah Ummat Islam.
Ahad pagi yang mendungnya enggan berlalu,
Depok, 16 Oktober 2016