Dr. Saiful Bahri, M.A
đżđşđđđźđđˇđ
materi sebelumnya
đPengakuan-pengakuan
Derajat yang tinggi yang diberikan Allah pada manusia âkadang– tak membuatnya berpikir dan bersyukur. Sebagian dari manusia justru tak menggunakan akalnya, di samping memang karena enggan untuk bersyukur atas pengangkatan derajat ini. Derajat yang melebihi semua makhluk-Nya. Di langit dan di bumi; jin dan manusia.
Itulah keheranan jin. Mengapa ada di antara manusia yang rela menghambakan dirinya kepada jin. Sedang tak semua jin itu baik, sebagimana pengakuan mereka,
đâDan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Dan kami menempuh jalan yang berbeda-bedaâ. (QS. 72 : 11).
Dalam prakteknya, tak sedikit di antara manusia yang meminta-minta kepada jin. Ada untuk keperluan kesembuhan dari penyakit, jodoh, mencari peruntungan dalam berbisnis, mencari barang hilang dan sebagainya.
đâDan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahanâ. (QS. 72: 6). Apa yang diharapkan manusia tatkala ia melintasi sebuah lembah, bukit atau hutan yang terkesan angker? Sehingga ia perlu untuk berlindung diri pada âpenungguâ tempat itu? Sebagaimana adat orang-orang Arab jahiliyah, seperti tutur Ibnu Abbas juga diriwayatkan muridnya Qatadah dan Hasan al Bashry serta Ibrahim an-Nakhaâiy ([6]).
Bukankah semua tempat di bumi ini milik Allah? Mengapa tidak meminta perlindungan kepada Dzat yang perlindungannya takkan mamp ditembus oleh siapapun yang memusuhi-Nya atau mendurhakai-Nya. Maka hanya kesesatanlah yang didapati manusia yang melakukan hal itu.
đâBarang siapa yang mendatangi peramal kemudian ia percaya terhadap apa yang dikatakannya maka shalatnya tidak diterima selama 40 hariâ (HR. Imam Muslim) ([7]).
Jelas-jelas Nabi melaknat dan meyabdakan tercelanya orang yang pergi ke dukun atau peramal dan kemudian mempercayai ramalannya. Shalatnya tidak diterima Allah dan Allah berpaling darinya setidaknya selama 40-hari. Padahal jin-jin yang berkelakuan buruk itu hanya sesekali saja mencuri kabar dari langit, karena para penjaga langit melempari mereka sehingga mereka tak mampu mendekat lebih lagi.
đâDan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, Maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)â. (QS. 72: 8-9)
Para peramal itu sebanarnya juga tak banyak tahu. Karena jin sebagai referensinya pun sebenarnya hanya samar-samar mendengar, bahkan lebih tepatnya tidak tahu.
đâDan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi merekaâ. (QS. 72: 10)
Tak ada yang mengetahui batas kekuasaan Allah. Karena kekuasaan-Nya memang tanpa batas. Dan siapa pun dari makhluk-Nya takkan mampu melepaskan diri dari kekuasaannya. Jika Dia menyintainya takkan ada yang bisa menghalangi cinta tersebut. Jika Dia memurkainya, takkan lagi ada tempat sembunyi dan menghindar dari-Nya.
đâDan sesungguhnya kami mengetahui bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari)-Nya dengan lariâ. (QS. 72:12)
đJin-Jin pun Mengimani al-Qurâan
Setelah mendengar al-Qurâan yang dibaca dengan penuh penghayatan, jin-jin yang mendengarnya pun beriman. Mereka juga sekaligus menjadi penyambung lidah Rasul saw. Berdakwah kepada kaum mereka yang sebagian masih saja tersesat. Bahkan menyesatkan bukan hanya bangsa jin saja tapi manusia juga. Karena keadaan jin dan manusia hampir sama. Ada di antara mereka yang mengingkari dan mendurhakai Allah .
đâDan sesungguhnya tatkala kami mendengar petunjuk (Al-Qurâan), kami beriman kepadanya. barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurusâ. (QS. 72: 13-14)
Mereka mau beriman karena fitrah dan karena al-Qurâan adalah kalam suci yang berasal dari Allah. Lafazh dan maknanya murni dari Allah, jauh dari sentuhan penyelewengan atau penggantian ([8]). Penuh dengan hikmah dan petunjuk dari Allah untuk manusia khususnya juga jin termasuk menerima pesan ini.
đSebagaimana firman-Nya, âDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Kuâ. (QS. 51: 56).
Dan yang berhati jernih akan mudah dimasuki cahaya al-Qurâan. Allah pun mengabadikan kejernihan hati mereka saat tersentuh al-Qurâan.
đâSesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkalâ. (QS. 8: 2).
Bahkan orang-orang Nashrany yang terbuka hatinya pun dengan berlinang air mata mereka kemudian mengimani al-Qurâan. Seperti tutur Allah dalam firman-Nya,
đâDan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (al-Qurâan) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran al-Quran dan kenabian Muhammad saw)â. (QS. 5:83)
Demikian pula jin-jin di atas yang âterlanjurâ merasakan kenikmatan mendengar al-Qurâan. Bahkan dalam kesempatan ini Allah mengisahkan bagaimana mereka kemudian berbondong-bondong berebut ingin mendengar bacaan Nabi Muhammad saw.
đâDan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan shalat dan membaca al-Qurâan), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninyaâ. (QS. 72: 19)
Ibnu Abbas dan adh-Dhahhâk mengatakan,
đâMereka saling berebut untuk mendengarkan al-Qurâan yang dibaca Nabi Muhammad saw. Sampai-sampai terlihat saling tindih di antara merekaâ ([9]).
Nabi Muhammad yang hanya di temani oleh Zaid bin Haritsah pun sebelum surat ini diturunkan tak tahu menahu tentang kisah jin yang mendengarkan bacaan al-Qurâan dalam shalatnya. Imam al-Bukhary meriwayatkan asbâb an-nuzĂťl surat ini,yang didahului berkumpulnya jin sedikit demi sedikit dan mereka saling mengajak kaumnya untuk bersama mendengarkan bacaan Nabi Muhammad. Seperti dikisahkan juga dalam surat al-Ahqaf,
đ âDan (ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qurâan, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: âDiamlah kamu (untuk mendengarkannya)â. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.â. (QS. 46 :29). Hingga akhirnya keluar sebuah pengakuan yang benar-benar tulus dari mereka seperti digambarkan di awal surat tadi, âSesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkanâ([10]).
đWahyu dan Risalah Allah yang Terpelihara
Setelah mengisahkan berbagai kondisi jin yang mendengar dan mengimani al-Qurâan. Yang juga diharapkan mampu menjadi pelipur lara bagi Rasul saw yang terus menerus disakiti kaumnya serta kabilah Thaif, tempat beliau mencari suaka. Ternyata jin-jin yang selama ini tak pernah terpikir sama sekali oleh beliau kemudian berbndong-bondong beriman kepada risalah yang dibawanya. Allah kemudian memerintahkan Nabi saw kembali menyampaikan risalah-Nya. Meneguhkan kembali hatinya agar tetap kokoh dan kuat, apapun yang dihadapinya.
Inilah risalah yang dibawa beliau yang diperuntukkan kepada jin juga kepada manusia.
đâKatakanlah: âSesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nyaâ.Katakanlah: âSesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatanâ. Katakanlah: âSesungguhnya sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nyaâ. Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sehingga apabila mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya. Katakanlah: âAku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Tuhanku menjadikan bagi (kedatangan) azab itu masa yang panjang?â. (Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib ituâ. (QS. 72: 20-26)
Allah lah kelak yang akan menjadi saksi bahwa beliau telah menyampaikan risalah-Nya dengan amanah. Umatnya juga kelak akan bersaksi. Dan kemudian tak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Karena hanya Dia-lah yang mengetahui alam dan kejadian yang belum terjadi serta sesuatu yang ghaib bagi manusia.
Mudah-mudahan dengan tadabbur ini semakin menguatkan iman kita, serta menjauhkan diri kita dari berbagai penyakit-penyakit hati. Terutama beberapa syubhat tentang jin yang selama ini kadang mengganggu hati kita. Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia. Lebih mulia dari malaikat-Nya, apalagi dari jin dan makhuk-makhluk lainnya. Dengan iman yang ada dalam dadanya ia semakin dekat dengan Allah serta makin tinggi derajatnya di sisi-Nya. WalLâhu al-Mustaâân.
ââââââââââââââââââââââââââ
([1]) Syeikh Mubarakfuri, Ar-RahĂŽq al-MakhtĂťm, Cairo: Maktabah Taufiqiyah
([2]) Imam Badruddin az-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumi al-Qurâan, Beirut: Darul Fikr, Cet. I, 1988 M/1408 H, Vol. I, hal. 249. Juga lihat: Imam Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqân fi âUlumi al-Qurâan, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, cet.I, 2004 M/1425 H, hal. 22, Prof. Dr. Jumâah Ali Abd Qader,Maâalim Suar al-Qurâan, Cairo: Universitas Al-Azhar, Cet.I, 2004M/1424H, Vol. 2, hal. 708
([3]) Prof. Dr. Jumâah Ali Abd Qader, Maâalim Suar al-Qurâan, Ibid, hal. 714.
([4]) Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, al-Imân wa al-Hayâh,Cairo: Maktabah Wahbah, Cet. 16, 2007 M/1428 H, hal 171
([5]) Seperti dalam firman Allah, surat al-Anâam ayat 112, âDan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakanâ
([6]) Imam Ibnu Jarir at-Thabary, Jâmiâ al-Bayân, Beirut: Dar Ihya Turats a-Araby, Cet.I, 2001 M/1421 H, Vol. 29, hal. 129
([7]) Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Cairo: Maktabah Wahbah, Cet. 22, 1997 M/1418 H, hal. 210
([8]) Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, Kaifa Nataââmal maâa al-Qurâân, Beirut: Darusysyuruq, Cet.I, 1999 M/1419 H, hal. 19
([9]) Seperti dinukil oleh beberapa ahli tafsir, seperti Imam ath-Thabary (Jamiâ al-Bayan, Op.Cit, Vol. XXIX, hal. 140), Imam al-Baghawy dalam bukunya Maâalim at-Tanzil, Beirut: Darul Kutub Ilmiah, Cet.I, 2004 M/1424 H, Vol. IV, hal. 373. Lihat Tafsir adh-Dhahhak, Cairo: Darussalam, Cet.I, 1999 M/1419 H, Vol. II, hal. 904 dan Tesis penulis, Kitab Lawamiâ al-Burhan wa Qawathiâ al-Bayan fi-Maâany al-Qurâan li al-Maâiny, Dirasah wa Tahqiq, Cairo: Universitas Al-Azhar, 2006 M, Vol. II, hal. 725
([10]) HR. al-Bukhary dalam hadits no. 4921, Kitab at-Tafsir, Bab Surah Qul Ăhiya Ilayya (lihat: Ibnu Hajar al-âAsqalany, Fathul Bâri bi Syarhi Shahih al-Bukhary, Cairo: Darul Hadits, Cet.I, 1998 M/1419 H, Vol.III, hal. 824)
đżđşđđđźđđˇđđš
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
đź Sebarkan! Raih pahala…