Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag
باب النهي عن بيع الدين بالدين
Hadits #1
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْكَالِئِ بِالْكَالِئِ (رواه النسائي في الكبرى والحاكم والدارقطني)
Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi SAW melarang jual beli utang dengan utang.
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra, Daruquthni dan Al-Hakim dalam Mustadraknya)
Hadits #2
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ أَبِيعُ اْلإِبِلَ بِالْبَقِيعِ فَأَبِيعُ بِالدَّنَانِيرِ وَآخُذُ الدَّرَاهِمَ وَأَبِيعُ بِالدَّرَاهِمِ وَآخُذُ الدَّنَانِيرَ آخُذُ هَذِهِ مِنْ هَذِهِ وَأُعْطِي هَذِهِ مِنْ هَذِهِ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ رُوَيْدَكَ أَسْأَلُكَ إِنِّي أَبِيعُ اْلإِبِلَ بِالْبَقِيعِ فَأَبِيعُ بِالدَّنَانِيرِ وَآخُذُ الدَّرَاهِمَ وَأَبِيعُ بِالدَّرَاهِمِ وَآخُذُ الدَّنَانِيرَ آخُذُ هَذِهِ مِنْ هَذِهِ وَأُعْطِي هَذِهِ مِنْ هَذِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ بَأْسَ أَنْ تَأْخُذَهَا بِسِعْرِ يَوْمِهَا مَا لَمْ تَفْتَرِقَا وَبَيْنَكُمَا شَيْءٌ (رواه النسائي وأبو داود وأحمد والحاكم)
Dari Ibnu Umar, dia berkata; ‘Aku pernah menjual unta di Baqi‘, aku menjualnya dengan beberapa dinar, dan aku mengambil beberapa dirham, dan menjual dengan beberapa dirham dan mengambil beberapa dinar.
Kemudian aku datang menemui Nabi SAW di rumah Hafshah ra, lalu aku berkata; “Wahai Rasulullah, aku ingin bertanya. Sesungguhnya aku menjual unta di Baqi’, aku menjualnya dengan dinar dan mengambil dirham, dan menjualnya dengan dirham dan mengambil dinar. Aku mengambil ini sebagai ganti dari ini dan memberi ini sebagai ganti dari ini.’
Kemudian Beliau bersabda: “Tidak mengapa engkau mengambilnya dengan harga pada hari itu, selama kalian berdua belum berpisah sementara (ketika itu) di antara kalian ada sesuatu.”
(HR. Nasa’i, Abu Daud, Ahmad dan Al-Hakim)
Takhrij Hadits
1. Hadits pertama diriwayatkan oleh:
Imam Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra nya, dalam Jama’ Abwab Ar-Riba, Bab Ma Ja’a fin Nahyi an Bai’ ad-Dayn bi ad-Dayn, Juz V, hal 716.
Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadraknya, Kitab Al-Buyu’, Bab Wa Amma Hadits Ma’mar bin Rasyid, hadits no 2302.
Imam Daruquthni dalam Kitab Al-Buyu’, hadits no 3105, Juz VII, hal 351.
2. Hadits kedua diriwayatkan oleh :
Imam Abu Daud dalam sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab fi Iqtidha’ ad-Dahahab Minal Waraq, hadits no 2911.
Imam Tirmidzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Buyu’ an Rasulillah SAW, Bab Ma Ja’a fi as-Sharf, hadits no 1163.
Imam Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab bai al-fidhah bid ad-dzhab wa bai’ ad-dzahab bi al-fiddhah, hadits no 4506.
Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab at-Tijarat, Bab Iqtidha’ ad-Dzahab mi al-waraq wa al-Waraq min ad-Dzahab, hadits no 2253.
Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam Musnad Abdullah bin Umar bin Khattab, hadits no 5296, 5300, 5959 dan 6139.
Makna Umum
Hadits pertama secara umum menggambarkan tentang larangan jual beli utang dengan utang, atau jual beli barang yang masih tangguh yang belum diterima dengan uang yang juga masih tangguh atau belum diterima.
Larangan jual beli utang dengan utang, adalah sama seperti larangan jual beli ma’dum (yaitu jual beli yang objek barangnya tidak ada) dengan uang atau harga yang juga ma’dum (uangnya belum ada atau belum diterima).
Adapun hadits kedua menggambarkan tentang bolehnya menukar harga yang berada dalam jaminan seseorang dengan mata uang lain. Namun kebolehannya bersyarat, dengan adanya taqabudh (saling menggemgam barang saat transaksi, sebagai bukti bahwa transaksinya memiliki objek akad)
Karena emas dan perak keduanya merupakan barang-barang ribawi yang tidak boleh ditukarkan kecuali dengan cash pada saat transaksi.
Pembahasan Fiqh Bai’ Dain
Dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Syekh Wahbah Al-Zuhaily memberikan pembahasan tentang bai’ ad-dain (بيع الدين) sebagai berikut (4/432):
#1. بيع الدين نسئة –
1. Menjual utang dengan utang (tunggakan pembayaran)
Dalam fiqh dikenal dengan bai’ ad-dain by ad-dayn atau dalam hadits disebut bai’ al-kali bil kali (بيع الكالئ بالكالئ).
Bentuk jual beli seperti ini adalah dilarang secara syariah.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْكَالِئِ بِالْكَالِئِ
(رواه النسائي في الكبرى والحاكم والدارقطني)
Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Nabi SAW melarang jual beli utang dengan utang.
(HR. An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra, Daruquthni dan Al-Hakim)
Contoh jual beli utang dengan utang adalah sebagai berikut :
‘Saya beli dari kamu satu mud gandum dengan harga satu dinar dengan serah terima dilakukan setelah satu bulan.’
Atau seseorang membeli barang yang akan diserahkan pada waktu tertentu lalu ketika jatuh tempo, penjual tidak mendapatkan barang untuk menutupi utangnya, lantas berkata kepada pembeli,
‘Juallah barang ini kepadaku dengan tambahan waktu lagi dengan imbalan tambahan barang’.
Lalu pembeli menyetujui permintaan penjual dan kedua belah pihak tidak saling sarah terima barang.
Atau dengan bentuk lain yang melibatkan pihak ketiga:
‘Saya jual kepadamu 20 mud gandum milikku yang dipinjam oleh fulan dengan harga sekian dan kamu bisa membayarnya kepadaku setelah satu bulan.’
Jual beli seperti ini adalah jual beli yang terlarang, dan ulama sepakat akan keharamannya.
#2. بيع الدين نقدا في الحال –
2. Menjual utang secara tunai pada saat transaksi.
Bersambung
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130