๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐น
๐ Pemateri : Ustadz Satria Hadi Lubis
Dengan bercita-cita dan berorientasi (ittijah) kepada akhirat, maka Allah Taโala akan membantu dan memudahkan urusanmu.
Akhirat akan didapat dan dunia pasti dapat. Ibarat menanam padi (akhirat) pasti diikuti tumbuhnya rumput (dunia).
Sedangkan kalau cita-cita hanya dunia, maka kamu hanya mendapatkan dunia, dan di akhirat menjadi orang yang rugi besar. Tanam rumput tak akan diikuti tumbuhnya padi.
Allah Taโala berfirman,
ู ูู ููุงูู ููุฑููุฏู ุญูุฑูุซู ุงููุขุฎูุฑูุฉู ููุฒูุฏู ูููู ููู ุญูุฑูุซููู ููู ูู ููุงูู ููุฑููุฏู ุญูุฑูุซู ุงูุฏููููููุง ููุคุชููู ู ูููููุง ููู ูุง ูููู ููู ุงููุขุฎูุฑูุฉู ู ูู ูููุตููุจู
โBarangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat maka akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia maka akan Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhiratโ (Qs. Asy-Syura : 20).
ุจููู ุชูุคูุซูุฑูููู ุงููุญูููุงุฉู ุงูุฏููููููุง. ููุงููุขุฎูุฑูุฉู ุฎูููุฑู ููุฃูุจูููู
โAkan tetapi, kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekalโ (Qs. Al-Aโlaa: 16โ17).
Banyak yang bertanya โBagaimana contoh beramal dengan orientasi (ittijah) akhirat ?โ
Jawabannya banyak sekali :
Ketika engkau berdakwah dan berkorban untuk kejayaan Islam (kebaikan kemanusiaan), maka engkau berarti ittijah-nya akhirat.
Ketika engkau tak silau dengan godaan dunia, seperti melakukan korupsi, mengkhianati jabatan atau bermaksiat dengan wanita (pria) dan bersedia hidup cukup bahkan berkekurangan, karena takut nanti susah bertanggung jawab di hari hisab, maka engkau berarti ittijah (orientasi)nya akhirat
Ketika engkau bekerja karena ingin menikah, karena ingin menafkahi keluarga, ingin membantu keluarga yang tidak mampu, ingin berhaji, ingin banyak bersedekah, ingin membangun dua rumah sakit Islam, ingin menyantuni seratus anak yatim, dan seterusnya. Asalkan dilakukan dengan ikhlas, maka semua itu bisa dikatakan beramal untuk orientasi akhirat.
Ada kisah menarik di zaman tabiut tabiโin. Seorang ulama besar bernama Abdullah bin al-Mubarak, seorang ulama ahli hadits sekaligus seorang pedagang yang berhasil. Beliau rahimahullah ditanya oleh Fudhail bin Iyadh, โEngkau selalu mengajari kami untuk zuhud terhadap dunia, tetapi aku lihat engkau sibuk berdagang di pasar-pasar.โ
Abdullah bin al-Mubarak menjawab bahwa dia bersemangat berdagang karena ingin menanggung nafkah ulama-ulama ahli hadits, agar para ulama tersebut tetap fokus mengajar ilmu hadits dan tidak sibuk bekerja. Alasannya, kalau mereka sibuk bekerja, mereka tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk mengajarkan al haditsโ (Kisah itu disebutkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyar Aโalam an-Nubalaโ, pada biografi Abdullah bin al-Mubarak).
Lihatlah betapa indahnya cita-cita beliau, dan betapa Allah Taโala membuktikan janjinya.
Beliau rahimahullah justru sukses dalam berdagang, menjadi pengusaha kaya, namun tetap zuhud terhadap dunia, yaitu tidak meletakkan dunia di hatinya.
Dunia hanya sarana, bukan tujuan, hartanya sebagian digunakan membantu ulama-ulama hadits dalam menjaga risalah Nabi saw.
Beliau mengerti hakikat kehidupan dunia yang fana, dunia hanyalah wasilah (sarana) untuk kebahagiaan akhirat.
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (Qs. Al An’am ayat 32). Wallahua’lam bi shawab[]
๐๐๐บ๐๐๐บ๐๐
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
๐ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
๐ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 5512 212 725
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812







