REBUTAN PINTU SURGA | BAHAGIA HINGGA UJUNG USIA

0
199

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸŒΉ

πŸ“ Pemateri: Ustadz Sholikhin Abu Izzuddin

“Belum dikatakan berbuat baik kepada Islam, orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya”

Saudaraku, sehebat apapun kita, sebesar apapun kontribusi kita, itu sama sekali nggak ada artinya jika kita belum berbuat baik kepada orangtua kita. Karena ridha Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua kita.

Maka sebelum terlambat, berbaktilah kepada orang tua, mohon maaf atas segala khilaf dan dapatkan ridhanya.

Dirilis di Harian Ar-Riyadh, terjadi perselisihan dan perseteruan dua orang bersaudara. Seorang lelaki bernama Haizan menangis pilu di hadapan pengadilan. Jenggotnya basah oleh airmata. Dadanya terguncang oleh vonis yang sangat merugikan dan menyedihkan dirinya. Apakah karena hartanya tersita? Ataukah karena istrinya yang menggugat?

Faktanya dia kalah dan menangis dalam kasus untuk memperebutkan pengasuhan ibunya yang sudah renta tak berdaya yang hanya memiliki kekayaan berupa sebuah cincin tembaga.

Sebelum keputusan itu dijatuhkan padanya, ibunya yang renta dalam asuhan dia, Haizan, sebagai putra tertua. Saat Haizan semakin bertambah tua, adiknya yang di luar kota datang untuk menjemput ibunya agar tinggal bersama keluarganya. Haizan menolak dengan alasan dia masih sanggup mengurus dan merawat ibunya.

Akhirnya kedua saudara kakak beradik ini memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan dan perselisihan itu di pengadilan.

Namun perselisihan itu bertambah memuncak hingga memakan yang lama, beberapa kali di pengadilan. Masing-masing merasa lebih berhak untuk merawat ibunya.

Saat hakim meminta sang ibu untuk hadir ke ruang pengadilan, kedua anak itu bergantian mengantarkan ibu yang mereka cintai dengan menggendongnya, karena berat badan sang ibu hanya 20 kilogram.

Hakim meminta pendapatnya, dia mau ikut anaknya yang mana? Dengan penuh kesadaran, ibu itu menjawab, “Ini mataku,” sambil menoleh ke arah Haizan. “Dan ini mataku,” sambil menoleh ke arah adik Haizan.

Akhirnya, hakim terpaksa menetapkan dan memutuskan bahwa ibu itu hidup dalam perawatan adik Haizan yang lebih muda usianya. Putusan itu berdasarkan pertimbangan bahwa adik Haizan lebih muda, sehingga lebih mampu memberikan perhatian yang lebih.

Keputusan pengadilan ini membuat Haizan merasa bersedih. Air matanya tumpah. Karena itulah hartanya yang berharga. Namun kini dia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pintu surga paling tengah yang sudah dipegangnya selama ini.

Dia menangis bukan karena kehilangan harta dunia namun karena kehilangan kesempatan untuk membahagiakan orangtua yang dicintainya.

Semoga kita bisa belajar dan terus berbakti hingga ujung usia.

πŸƒπŸƒπŸŒΈπŸƒπŸƒπŸŒΈπŸƒπŸƒπŸŒΈπŸƒπŸƒ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

πŸ“±Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

πŸ’° Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here