logo manis4

Ketawa Emak-emak Seorang Penjual Pecel

📝 Pemateri: Ustadz Solikhin Abu Izzuddin

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

Mari duduk sejenak. Menyimak sebuah kisah. Kisah seorang bocah yang merasa telah berbakti pada orang tua dan keluarganya. Dengan segenap potensi unggul yang dimiliki daya upaya telah dan selalu diberikan sang bocah ini mempersembahkan untuk kebahagiaan dan keharuman keluarga.

Orang Jawa bilang “Biso mikul dhuwur mendhem jero” Dapat mengangkat derajat harkat martabat setinggi mungkin untuk kemuliaan orang tua dan menyimpan keburukan sedalam dalamnya. Orang tua, saudara-saudari, tetangga, sanak famili sangat kagum bangga sama si bocah ini…

Sebagaimana bocah-bocah pada umumnya memiliki asa, obsesi, harapan, keinginan dan cita-cita… terpancar pada wajah sang bocah…

Orang tuanya yang sangat mengenal sang bocah sejak dari guo garbo atau sejak dalam kandungan hingga tumbuh kembang punya arahan tersendiri yang ternyata tak sesuai dengan keinginan sang Bocah ini.

Tentu arahan orang tua atas pertimbangan kearifan kebijakan yang didapat dari telah lamanya makan asam dan garam serta ilmu yang dimiliki sebagai orang tua yang diberikan pada anak-anaknya.

Merasa telah dengan segenap keunggulan potensinya didarmabaktikan pada orang tua dan keluarganya, maka sang bocah tak terima dan marah dengan perlakuan dan arahan orang tuanya itu. Merasa diperlakukan tak adil kenapa tugas itu tak diberikan padanya tapi malah diberikan pada saudaranya yang lain. Bukankah dirinya yang selama ini telah begitu kerja keras? Bukankah yang telah berdarma bakti adalah dirinya???

“Orang tua nggak bener Neh”, begitu gumam dalam hatinya…

Mulailah kemarahan dia tunjukkan pada orang tuanya. Bocah ini mulai tak mau mengerjakan tugasnya yang diberikan… Dia nampak sering murung. Seringkali suka bicara yang muluk-muluk tentang barang-barang yang mahal. Mengomel dimana-mana di tempat tetangga. Di lapangan sepakbola. Nglayab ke berbagai tempat dan berbagai ekspresi kemarahan apapun dia lakukan dan tunjukkan untuk mendapatkan perhatian.

Sehingga orang tua tak lagi sabar melihat tingkah polahnya. Karena sudah tidak sesuai harapan keluarga. Dia nasehati sang bocah, ditegur, diperingatkan hingga suatu waktu sang bocah menyatakan dirinya sudah tak betah di rumah lagi dan minggat.

Mulailah perjalanan minggat dari rumah detik berubah menit. Menit demi menit berubah menjadi jam. Hingga penat, lapar, lemah, lunglai, lemas dia rasakan. Mulailah sang bocah merasakan bahwa betapa butuh perjuangan untuk hidup dan terus hidup. Sampai di suatu waktu lapar begitu mendera tak terkira, padahal kantong kosong tanpa uang di sakunya.

Mulai memberanikan diri di pagi hari, saat dia tidak lagi mampu menahan diri. Perut yang sakit melilit begitu pedih dan perih. Dia mendatangi seorang ibu penjual pecel, “Bu, aku kelaparan…sudikah memberiku satu suap nasi pecel untuk saya…”

Tanpa ba-bi-bu emak emak penjual pecel mengambilkan satu porsi nasi pecel lengkap dengan lauk pauknya…

Si Bocah berkata, “Bu banyak banget ini Bu. Lauknya juga lengkap begini? Harus bayar pakai apa aku ini nanti?.

Sang emak penjual pecel tersenyum sembari berkata, “Dah nikmati saja. Kan kamu tadi minta, Nah emak kasih…

Bocah ini mulai berpikir dan membandingkan dengan orang tuanya selama ini. Hingga tidak sadar dia bergumam,

“Duh baik sekali Ibu ini. Nggak kayak orang tuaku. Sudah saya bantu luar biasa dengan seluruh potensi saya. Nah pas ada enaknya dikasih saudaraku yang lain. Boro-boro ngeladeni kayak ibu begini…”

Mendengar gumaman bocah ini, sang emak penjual pecel tertawa geli. “He he he he he…” Ketawa geli emak penjual pecel pada si bocah membuat si bocah yang sedang makan pecel jadi heran.

“Gimana kamu to nang-nang… Emak cuma ngasih pecel sekali ini saja, koq kamu bandingkan sama orang tuamu yang semenjak ada di perut menyayangi kamu..? “Ingatlah, setelah lahir merawatmu dengan berpeluh-peluh…”

“Berurai air mata berharap sehatmu saat sakit…” “Menyuapimu hingga kamu bisa makan sendiri…” ‘Dan masih sangat buanyak bentuk kasih sayang yang orang tuamu berikan padamu. Coba kamu buka kenanganmu bersama orang tuamu lagi… begitu sang emak mengingatkan si bocah ini.

Tercekat bocah ini. Dia berhenti sejenak dari mengunyah nasi pecel pemberian emak penjual pecel. Mulailah bergetar tubuhnya.. Berlinang air matanya. Hingga dia letakkan pecel itu dan berlari sang bocah hendak menuju rumahnya.

Dari kejauhan samar-samar rumah mulai nampak. Bahkan ada sosok orang tua yang duduk termangu di depan rumah seolah sedang menanti kedatangan seseorang… Sang bocah tak kuasa menahan derasnya air matanya, “Ibu, aku anakmu Buk…Nang…”

Sang bocah menubruk tubuh kokoh sang ibu. Dia peluk erat erat ibunya sambil mengucapkan rasa cintanya pada ibunya. Serasa bersimpuh mohon maaf dan ampunan pada orang tuanya… Ibunya pun menyambutnya dengan penuh cinta kasih sayang. Sebagaimana saat pelukan pertama anak ini dilahirkan.

“Selamat datang kembali yaa Qurrota A’yuun…”

Oh ibuku
Kau bimbinglah
Diri ini yang mengharap ridho-Nya. Aku lemah. Aku jahil tanpa bimbingan darimu

Kau penyabar, kau penyantun, kepada anak anakmu. Kasam mukaku
Kau balas dengan senyummu

Ibu … maafkanlah
bila aku kecewakanmu. Ibu … syahadahmu
Mengantarkan cita citaku

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Dosa Menggelisahkan Jiwa

Sendal Pembawa Dosa

📝 Pemateri: Ustadz Solikhin Abu Izzuddin

© Dalam perjalanan ke masjid untuk mengisi pengajian sore ini aku teringat dengan sebuah kisah yang unik. Seorang ulama ahli ibadah seringkali memakai sandal bagus untuk mendukung dia pergi ke masjid dalam rangka bersyukur kepada Allah. Namun sandal tersebut ternyata diambil atau tepatnya dicuri orang yang membutuhkan.

▪Kemudian dia memakai sandal yang biasa agar tidak menarik minat dan selera orang untuk mengambil sandal tersebut. Eh ternyata hilang juga. Akhirnya beliau memutuskan untuk tidak memakai sandal. Orang-orang pun bertanya keheranan,  “Ya Syaikh mengapa Anda tidak mengenakan sandal?”

▪Dengan bijak beliau menjawab, “Aku memang sengaja tidak memakai sandal agar tidak ada orang yang mencuri sandalku sehingga aku tidak membuat mereka melakukan dosa gara-gara mencuri sandalku. Aku tidak ingin menjadi sebab bagi timbulnya dosa bagi orang lain.”

© Sahabatku…
Kisah ini sangatlah sederhana, seorang yang shalih tidak ingin menjadi sebab timbulnya dosa bagi orang lain. Sangat berbeda dengan orang-orang atau seseorang yang menyengaja membuat sebuah sensasi sehingga diomongin atau dikomentari orang lain yang bisa saja yang komen tersebut menjadi berdosa karenanya. Misalnya mancing malem sandal kemudian ramai ramai orang berkomentar. Bisa saja menjadi berdosa bila komentar termasuk ejekan. Dia pemicu komentar juga berdosa. Kita yang asal komentar juga hati-hati karena bisa jadi sedang memproduksi dosa.

▪Caranya gimana?
Orang yang memang tidak punya kapasitas selain sensasi yang menyebabkan dosa bagi orang lain nggak usah diberikan beban dan amanah yang berat apalagi pemimpin sebuah negara. Kasihan kalau dia banyak berdosa.

® Sahabatku
Mari tolonglah dia dengan tidak usah memilih lagi. Satu kali sudah cukup banyak bikin dosa kita dan dia juga,  apalagi kalau sampai dua periode. Terlalu berat.

Wallahu a’lam

 


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Mari Kita Bersyukur

© MARI KITA BERSYUKUR…

▪…. Karena Allah telah begitu banyak menganugerahkan nikmat-Nya secara cash, secara kontan, meskipun kita baru bisa mensyukuri nikmat tersebut dengan cara kredit, dengan mencicil.

▪Maka, tugas kita adalah memberikan dan melakukan yang terbaik tidak untuk menjadi yang terbaik apalagi merasa lebih baik dari orang lain, ana khairum. Astaghfirullah.

▪Kami menyajikan buku ini sebagai upaya diri untuk lebih bersyukur bahwa di tengah kekurangan, kelemahan, keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita bisa melakukan hal-hal yang berguna, sesederhana apapun. Give the BEST, untuk bisa memberikan yang terbaik kita tidak harus sempurna, tidak harus lebih pintar dulu apalagi paling pintar, tidak harus kaya dulu atau paling kaya, tidak harus menunggu nanti atau menanti mati, namun sesegera mungkin kita bisa melakukan apa yang dilakukan, memberikan apa yang bisa diberikan.

©Sahabat, dengan memberikan yang terbaik kita justru termotivasi untuk belajar dan belajar serta memantaskan diri bahwa di atas langit ada langit, di atas jenderal ada jenderal yang lain.

▪Sebagai orang-orang biasa, orang awam, mari kita bersyukur yakni temukan potensi diri agar bisa survive dan bertahan hidup meskipun di tengah keterbatasan. Dahsyatkan potensi diri agar bisa menapaki sukses sekecil apapun, hargailah. Manfaatkan potensi agar bisa signifikan, bahagia menjadi orang yang bermanfaat, khairun naas anfa’uhum linnaas.

©Prinsipnya, orang yang berhenti menjadi lebih baik, sesungguhnya dia sedang berhenti menjadi baik.

▪Jangan menunda-nunda kebaikan karena bisa jadi ini kesempatan yang terakhir buat kita. Jangan menunda nunda pekerjaan dan amanah karena orang yang menunda pekerjaan sebenarnya dia sedang menumpuk-numpuk kesulitan.

©Selamat menjadi diri sendiri dengan memberikan yang terbaik, give the best. Mulai dari diri kita. Mulai dari yang terkecil. Mulai dari yang terdekat. Mulai dari yang kita bisa. Mulai dari yang kita punya.

Semoga Allah meridhai kita. Aamiin

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Dipersembahkan oleh:
http://www.manis.id

logo manis4

Muhasabah untuk Orang Tua Dalam Mendidik Anak

© Saudaraku

Jangan buru-buru menyalahkan anak ketika melakukan keburukan, jangan-jangan kita selama ini telah berkontribusi menyuburkan keburukan itu tanpa kita menyadarinya dan mengakuinya, Astaghfirullah.

▪Umar bin Abdul Aziz berpesan kepada anaknya, “Nak, jika kamu bertaqwa kepada Allah, maka Allah yang mencukupi rezekimu.”

▪Di penghujung usianya, Said ibnul Musayyib berpesan, “Nak, aku berharap kepada Allah agar Allah menjaga kalian dengan ibadah yang aku lakukan.” (Bersama Ayah Meraih Jannah, ProU Media)

© Dr. Thariq al-Habib berpesan untuk setiap ibu dan ayah begini,
“Anakmu suka berdusta, Anda terlalu ketat mengevaluasi perbuatannya.”

▪ Anakmu tidak punya rasa percaya diri, Anda tidak memberikan dorongan kepadanya.

▪Anakmu lemah dalam bicara, Anda jarang mengajaknya berdialog.

▪Anakmu mencuri, Anda tidak membiasakan dia untuk memberi dan berkorban.

▪Anakmu pengecut, Anda terlalu memberikan pembelaan kepadanya.

▪Anakmu tidak menghormati orang lain, Anda tidak bicara dengan kelembutan kepadanya.

▪Anakmu selalu marah marah, Anda tidak memberikan pujian kepadanya.

▪Anakmu pelit, Anda tidak menyertakannya dalam berbuat.

▪Anakmu suka jahat kepada orang lain, Anda kasar kepadanya.

▪Anakmu lemah, Anda menggunakan ancaman dalam mendidiknya.

▪Anakmu pencemburu, Anda mengabaikannya.

▪Anakmu mengganggumu, Anda tidak mencium atau mendekapnya.

▪Anakmu tidak mau patuh kepadamu, Anda terlalu banyak permintaan.

▪Anakmu cemberut, Anda sibuk terus.

© Anakmu adalah amanah yang harus dirawat dan dididik dengan baik.” (disarikan dari buku Dipikir Sambil Dzikir karya Ustadz Zulfi Akmal, Kairo. Penerbit ProU Media)

© Maka, sebelum jauh melangkah mari kita muhasabah. Anak kita adalah cermin kita. Sebagaimana engkau memperlakukan, begitu pula engkau akan diperlukan. Sebelum jauh-jauh mencari solusi maka perbaiki diri kita, ibadah kita, shalat kita.

▪Semoga Allah menjaga kita, keluarga kita dan anak kita dalam bimbingan, rahmat, dan ridha-Nya. Aamiin

 


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Perpaduan Membuahkan Kebaikan​

Saudaraku,

Seringkali saat menghadapi masalah yang kita pikirkan dan lakukan adalah mengkonfrontasikan, membenturkan, bukan mencari titik temu atau mensinergikan. Akhirnya makin jauh dari solusi.

Bagaimana kalau kita ubah?
InsyaAllah akan lebih happy untuk menemukan solusi. Setuju?

Oke.
Mulai dari wadah hati.

Menurut ​Ibnul Qoyyim​,

​Setiap kebaikan selalu mencari tempat yang pantas baginya. Begitu pula setiap keburukan selalu mencari tempat yang sama tabiatnya. Maka itu, jadikanlah hati Anda sebagai wadah yang selalu layak dirindukan oleh setiap kebaikan. Dan janganlah jadikan hati Anda layaknya tempat sampah untuk menaruh semua kotoran.​

Caranya?

☆ Bersihkan hati dengan menghilangkan keburukan orang lain dari catatan memori di hati kita.
☆ Memaafkan orang lain.
☆ Sediakan ruang yang luas di hati kita untuk kata bahagia.
☆ Plus berusaha untuk memadukan kebaikan sehingga semakin menyempurnakan.

Dalam kitab ​Al-Fawaid​ disebutkan,

​Upaya nyata adalah pendamping iman. Apabila iman dan upaya nyata dipadukan keduanya akan membuahkan amal shalih.​

Di bulan Ramadhan ini kita bersama memadukan iman di hati dan kesungguhan upaya perjuangan diri dengan mendidik kehendak alias tarbiyatul irodah agar bisa menuju puncak taqwa.

Godaan yang bisa membuat kita menjadi rendah hina dan nista semestinya kita hindari dengan sebenar-benar puasa.

Semoga Happy Ending full Barokah yang kita dapatkan di akhir puasa dan diampuni dosa-dosa kita semua.
Aamiin

Wallahu a’lam

PUASA UNTUK PERUBAHAN

Oleh: Solikhin Abu Izzuddin

Allah Ta’ala telah berfirman:

…إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ …[الرعد : 11]

_”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Ar-Ra’du: 11)._

Saudaraku
Mari kita bersyukur karena Allah telah menganugerahkan bulan Ramadhan sebagai bulan dakwah, bulan tarbiyah, bulan rahmat, bulan maghfirah, bulan jihad dan bulan Quran. Dan kalau kita lihat semua harapan di Bulan Ramadhan adalah PERUBAHAN.

Namun anehnya bila kita menginginkan perubahan namun yang kita lakukan hanyalah hal yang monoton. Shalat tanpa pemaknaan. Puasa tanpa penghayatan. Baca Quran tanpa peneguhan keimanan. Akibatnya berulangnya bulan hanya dalam menumpuk kejenuhan.

Saudaraku
jika kita ingin ISTIQOMAH justeru kita harus senantiasa berubah menjadi LEBIH BAIK. Lebih baik dalam ibadahnya. Lebih berkualitas puasanya. Lebih ikhlas dalam setiap amalnya. Lebih cerdas dalam memanfaatkan waktu dan momentumnya. Lebih keras dalam mendidik dan mendisiplinkan diri untuk berakhlak mulia.

Kita berubah bukan sekadar berubah namun berproses secara nyata sehingga ada progress kebaikan yang kita rasa. Sehingga semangat untuk berbuat kebaikan terus menyala. Kebaikan inilah yang menjadi MAGNET KEBAIKAN lain sehingga semakin terasa kehidupan iman di dalam dada.

Alhamdulillah bila dengan puasa BERUBAH yakni memulai kebiasaan baik untuk lebih cinta pada Al Quran, lebih rajin beribadah dan lebih nikmat dalam memakmurkan masjid.

Alhamdulillah bila dengan PUASA kita jaga LISAN kita dari berkata dusta dan perkara tak berguna.

Alhamdulillah bila dengan PUASA kita BERUBAH semakin peka merasakan derita sesama dan ringan bersedekah membantu sesamanya.

Alhamdulillah jika dengan PUASA kita mulai BERUBAH MENINGGALKAN kebiasaan buruk sehingga jiwa lebih cinta pada kebaikan. Alhamdulillah.

Puasa itu jalan meraih taqwa sehingga selalu ada solusi dari setiap masalah dan terbuka pintu rezeki dari arah yang disangka sangka.

Sebenarnya jalan keluar dari setiap masalah itu sudah ada, hanya saja kadang kita belum melihatnya.

Saudaraku
jangan sampai banyak ibadah yang kita lakukan namun tidak membuahkan perubahan, karena tidak adanya langkah yang pasti yang diberikan.

Oleh karena itu, agar puasa bisa MEMBAWA PERUBAHAN NYATA, mari kita siapkan diri sepenuh hati dan penuhi syarat ketentuan yang berlaku di sini.

Puasa adalah tarbiyah agar kita berubah dengan motivasi diri dari dalam karena merasa diawasi oleh Allah sebagaimana dalam hadits qudsi, _”Ash shoumu lii wa ANA ajzii bihi.._. _Puasa itu untuk KU dan AKU lah yang memberikan balasan pahalanya…”_

Kita berupaya menekankan pembelajaran mandiri sehingga langkahnya terstruktur hasilnya terukur.

Karenanya semoga kebersamaan dalam TARBIYAH RAMADHAN ini menjadi pintu Perubahan menuju Sukses penuh Keberkahan, Happy Ending full Barokah.

1⃣. Perubahan tanpa visi melahirkan kekacauan. Visi kita adalah MENJADI MUTTAQIIN.

2⃣. Perubahan tanpa skill melahirkan kecemasan. skill kita adalah FIQH KEHIDUPAN yang sahih dan gamblang (wadhih).

3⃣. Perubahan tanpa insentif perhargaan melahirkan penolakan. Insentif kita adalah BAHAGIA DUNIA dan SEJAHTERA DI SURGA.

4⃣. Perubahan tanpa resource melahirkan frustasi. Sumber Daya kita Muslim Mukmin dengan sumber dana halal, sumber usaha amal dan sumber keyakinan iman untuk bekal di alam yang kekal. Sekecil apapun amal yakinlah semua tercatat di Lauh Mahfudz.

5⃣. Perubahan tanpa action plan melahirkan kegagalan. ACTION SEGERA MOVE ON LAH. Kita raih MAGHFIRAH dgn banyak berdoa. Kita jemput LAILATUL QODAR dgn itikaf. Kita sambut Iedul Fitri dgn mujahadah diri. Kita kawal SYAWAL dgn puasa sunnah 6 hari.

Allahu Akbar.