πΏπΊπππΌππ·πΉ
π Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I
Sebelumnya kita sudah sempat membahas permasalahan seputar sikap seseorang yang menunda-nunda untuk mulai menghafal al-Qur’an, baik itu dengan alasan masih kecil, menunggu lulus sekolah atau kuliah, dan alasan lain semisalnya. Adapun di sini, kita ingin membahas kembali sikap menunda-nunda tersebut khusus bagi seseorang yang sudah mulai menghafalkannya, karena ternyata sikap menunda-nunda ini bukan hanya bisa menjadi penghalang bagi seseorang yang baru punya keinginan untuk menghafal namun belum sempat memulainya karena masih ragu, tetapi juga bisa menjadi penghambat bagi seseorang yang bahkan sudah mulai mengafalkannya.
Sikap menunda-nunda bagi seseorang yang sudah mulai menghafal al-Qur’an bisa terjadi dalam hal menambah hafalan, atau bisa juga dalam hal mengulang-ulang apa yang sudah dihafal. Dari sisi negatifnya sebenarnya sama saja dengan menunda-nundanya seseorang yang punya keinginan untuk menghafal al- Qur’an namun belum memulainya. Bahkan, menunda- nunda untuk memuraja’ah hafalan merupakan yang paling berbahaya bagi seorang penghafal al-Qur’an, karena ia bisa menyebabkan hafalan tidak dapat terpelihara dengan baik, bahkan bisa hilang. Dan menunda-nunda untuk memuraja’ahnya tidak bedanya dengan membiarkannya hilang.
Menunda-nunda untuk menambah atau mengulang-ulang hafalan ini tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Jika seorang penghafal menemukan waktu luang, maka sebaiknya ia tidak membiarkannya terbuang begitu saja tanpa digunakan untuk menghafal atau mengulang hafalan. Karena jika sikap menunda-nunda ini sudah beralih menjadi sebuah kebiasaan bagi seorang penghafal al-Qur’an, maka akan sangat sulit untuk diobati. Itulah mengapa pada bagian-bagian sebelumnya saya sangat menekankan pentingnya mengatur jadwal menghafal dan mengulang hafalan. Tidak lain agar seorang penghafal benar-benar merasa punya tanggung jawab yang harus dilaksanakannya.
Untuk anda yang terkadang menunda-nunda waktu menghafal dan mengulang hafalan, jangan sampai sikap tersebut menjadi kebiasaan yang justru malah nantinya sulit untuk anda ubah. Jangan sekali-kali membiarkan sikap menunda-nunda tersebut melalaikan anda dari menghafal al-Qur’an, walau hanya sekali atau dua kali saja. Karena, tidak ada suatu perbuatan yang berubah menjadi kebiasaan kecuali jika sebelumnya seringkali dilakukan, walaupun awalnya jarang.
Adapun untuk anda yang sudah terbiasa menunda-nundanya, dan kebiasaan itu sudah sangat sulit untuk anda ubah, maka anda harus banyak ingat bahwa menanggung dosa karena sudah melalaikan al-Qur’an itu justru jauh lebih sulit dibandingkan kesulitan anda mengubah kebiasaan tersebut. Jika anda selalu ingat dan sadar akan hal ini, saya yakin mengubah kebiasaan menunda-nunda tersebut sama sekali bukan sesuatu yang berat.
Ingatlah pula bahwa rasa berat yang anda rasakan itu sebenarnya sama sekali bukan beban yang menyulitkan anda, tetapi pada hakikatnya dialah yang akan memberikan keringanan untuk anda di akhirat nanti. Bahkan, ayat-ayat al-Qur’an yang anda hafal dan terus anda jaga itu akan menjadi sesuatu yang sangat berharga di akhirat, kebaikan yang akan anda dapatkan di sana begitu berlipat-lipat banyaknya.
Abul-Faraj Ibnul-Jauzi di dalam Shaidul- Khathir mengatakan: “Hari-hari di dunia ini ibarat ladang tempat menanam, dan seolah-oleh diserukan kepada manusia: ‘Setiap benih yang kamu tanam pada hari ini akan berbuah seribu kali. Karenanya, apakah orang yang berakal pantas bermalas-malasan untuk menanam?”
Ketahuilah bahwa al-Qur’an yang anda hafal itu adalah sebaik-baik benih yang anda tanam untuk dipanen di akhirat nanti. Maka, anda berakal, sangat tidak pantas jika anda selalu menunda-nundanya.
Wallahu A’lam Bishshowab
πππΈπππΈπππΈ
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
π±Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
π° Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130