📆 Senin, 20 Dzulhijjah 1438H/ 11 September 2017
📕 AQIDAH
📝 Ustadzah Prima Eyza
📖
الْأَ دِ لَّةُ عَلَى وُجُوْدِ اللهِ
BUKTI-BUKTI KEBERADAAN ALLAH SWT (4)
~~~~~~~~~~~~~~
💦🐞💦🐞💦🐞💦🐞💦
Assalaamu’alaikum wrwb.
Adik-adik pemuda Islam harapan umat, bagaimana kabarnya hari ini…? Semoga senantiasa dalam rahmat, keberkahan, dan limpahan kenikmatan dari Allah SWT, terutama nikmat yang terbesar berupa keimanan yang membara di dalam dada. Aamiiiin…
Mari kita lanjutkan kembali pembahasan kita tentang Bukti-Bukti Keberadaan Allah SWT yang pada pembahasan lalu kita telah mengkaji bukti keberadaan Allah SWT yang ketiga yaitu bukti akal (الدَّلِيْلُ الْعَقْلِيُّ).
Sekarang mari kita lanjutkan pembahasan pada bukti yang keempat, yaitu bukti wahyu (الدَّلِيْلُ النَّقْلِيُّ).
٤. الدَّلِيْلُ النَّقْلِيُّ
(Bukti Wahyu)
Dalil naqli adalah dalil-dalil (bukti-bukti) syar’iy yang tertuang dalam nash-nash Al Qur`an dan juga as Sunnah.
Yakni bahwa banyak sekali nash-nash terutama di dalam Al Qur`an yang berbicara tentang kuasa penciptaan Allah SWT atas segala sesuatu; alam semesta raya beserta semua isinya, yang hal ini tentu secara langsung membuktikan bahwa Allah Ta’ala itu ada. Mutlak ada, tanpa keraguan sedikitpun.
▪ Memandang Alam Semesta dengan Kacamata Al Qur`an
Allah SWT banyak berfirman tentang fakta-fakta ilmiah mengenai penciptaan alam semesta di dalam Al Qur`an, diantaranya :
● Mengenai teori Big bang (ledakan dahsyat).
Allah Ta’ala telah mewahyukan dalam QS. Al Anbiyaa` (21) ayat 30,
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Kata رَتْقًا (“terpadu” atau “suatu yang padu”) bermakna : sesuatu yang tertutup, padat, kedap, bergabung menjadi satu dalam massa yang berat.
Maksudnya, ini dipakai untuk dua potong yang berlainan yang membentuk entitas (satu kesatuan yang wujud).
Kata فَفَتَقْنَاهُمَا (“kemudian Kami pisahkan antara keduanya”) bermakna : memecah obyek yang dalam keadaan “ratq” (satu padu) tadi.
Maka teori big bang yang dirilis oleh sains pun, ini sudah lebih dahulu dikabarkan Allah SWT dalam Al Qur`an.
● Mengenai penciptaan langit dalam Al Qur`an.
Di sebagian ayat dalam Al Qur`an, “langit” disebut dalam bentuk jamak : “samawaat”.
Ini adalah keajaiban tersendiri, karena betul terbukti pada faktanya bahwa langit itu memang berlapis-lapis.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur`an,
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”
(QS. Al Mulk [67] : 3-4)
● Fakta-fakta penciptaan bintang dan planet-planet dalam Al Qur`an.
Al-Qur`an menggunakan kata “najm” (bintang) dan “kandil” (pelita) yang keduanya mempunyai dua fungsi utama seperti yang tersirat dalam beberapa ayat, bahwa mereka menjadi sumber cahaya dan dimanfaatkan untuk navigasi.
Bagaimana mungkin bahwa bintang-bintang bisa menunjukkan arah (navigasi)?
Hal ini tentu hanya memungkinkan jika bintang-bintang tersebut tersusun dalam suatu tatanan di tempat tinggal mereka yang tetap.
Jikalah suatu bintang terlihat di suatu tempat pada suatu malam, namun terlihat di tempat lain pada malam yang lain, maka dengan ini tentu mustahil bisa mendapatkan petunjuk arah.
Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur`an,
فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ
وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ
“Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui.”
(QS. Al Waaqi’ah [56] : 75-76)
● Tentang relativitas waktu dalam Al Qur`an.
Relativitas waktu adalah fakta ilmiah yang terbukti pada era sains modern abad belakangan ini. Akan tetapi, hingga Einstein mengetengahkan teori relativitas pada awal abad 20, tak seorang pun mengira bahwa waktu bisa relatif dan bergantung pada kecepatan dan massa.
Namun, ada pengecualian! Al Qur`an telah jauh berabad-abad sebelumnya mengeluarkan informasi tentang kenyataan relativitas waktu.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur`an,
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al Hajj [22] : 47)
Juga firman-Nya,
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. As Sajdah [32] : 5)
Dan begitu pula firman-Nya,
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”
(QS. Al Ma’arij [70] : 4)
● Tentang hujan dalam Al Qur`an.
Hujan sesungguhnya merupakan salah satu dari unsur-unsur terpenting bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Hujan adalah prasyarat bagi kesinambungan aktivitas di suatu kawasan. Karena pada faktanya, hujan membawa zat-zat yang penting bagi kehidupan, termasuk bagi manusia.
Al Qur`an berbicara tentang proporsi/kadar hujan :
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).”
(QS. Az Zukruf [43] : 11)
Menurut beberapa penelitian, angka curah hujan yang jatuh ke bumi selalu sama. Dan diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini sama dengan curah air hujan yang jatuh ke bumi dalam 1 detik. Ini berarti bahwa air beredar terus-menerus dalam suatu daur/siklus yang seimbang menurut suatu “ukuran/qadar” yang telah ditetapkan-Nya.
Al Qur`an juga telah berbicara tentang pembentukan hujan :
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
(QS. Ar Ruum [30] : 48)
→ bahwa hujan terbentuk melalui tiga tahapan : angin menggerakkan awan, awan menjadi bergumpal-gumpal, lalu turunlah hujan.
Al Qur`an juga telah menyebutkan bahwa hujan menghidupkan negeri yang sudah mati :
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.”
(QS. Al Furqan [25] : 48-49)
● Mengenai keunikan sidik jari dalam Al Qur`an.
Allah Ta’ala telah berfirman,
بَلَىٰ قَادِرِينَ عَلَىٰ أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”
(QS. Al Qiyaamah [75] : 4)
Sidik jari terbentuk pada ujung jari dengan pola nyata pada kulit yang bersifat sangat unik bagi si empunya. Setiap orang yang hidup di bumi mempunyai setelan sidik jari yang berlainan. Tidak ada yang sama. Semua orang yang hidup sepanjang sejarah juga mempunyai sidik jari yang berbeda-beda. Sidik jari ini tak akan berubah selama hayat seseorang kecuali jika ia mengalami kecelakaan besar yang merusak kulit telapak tangan dan jari-jarinya.
Pada 1880, seorang ilmuwan Inggris yang bernama Henry Faulds menyatakan dalam suatu artikel yang diterbitkan di Nature bahwa sidik jari orang-orang tidak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa tindak kejahatan bisa diyakinkan dengan sidik jari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti kaca, lantai, dan sejenisnya. Pada tahun 1884, untuk pertama kalinya seorang pelaku pembunuhan ditentukan dengan identifikasi sidik jari. Sejak itu, identifikasi sidik jari telah menjadi metode yang penting untuk menentukan identitas seseorang.
Maha besar kuasa Allah SWT atas penciptaan sidik jari.
Masih sangat banyak ayat-ayat lain dalam Al Qur`an yang menjabarkan tentang kuasa Allah SWT atas penciptaan berbagai ciptaan-Nya.
Maka, dengan segala kuasa Allah SWT atas penciptaan seluruh ciptaan-Nya tersebut , menjadi sangat jelaslah bagi kita bahwa Allah SWT itu ada. Mutlak ada. Tanpa keraguan sedikitpun.
Wallaahu a’lam bishshowab.
Bersambung…
💦🐞💦🐞💦🐞💦🐞💦
Dipersembahkan oleh:
www.manis.id
📲Sebarkan! Raih pahala
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ikuti Kami di:
📱 Telegram : https://is.gd/3RJdM0
🖥 Fans Page : https://m.facebook.com/majelismanis/
📮 Twitter : https://twitter.com/majelismanis
📸 Instagram : https://www.instagram.com/majelismanis/
🕹 Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=id.manis
📱 Join Grup WA : http://bit.ly/2dg5J0c