Da’wah Nabi: Antara Lembut dan Tegas

0
62
Oleh: Farid Nu’man Hasan, SS.

Islam mengajarkan untuk tawazun (seimbang):

_wa aqiimul wazna bil qishthi wa laa tukhsirul miizaan_

Di antara keseimbangan itu adalah seimbang antara reward dan punishment, pujian dan kritik, serta kelembutan dan ketegasan.

Pada dasarnya, lembut adalah baik, tapi jika bukan pada tempat dan waktunya maka itu zalim.

Pada dasarnya, tegas itu bagus, tapi jika bukan pada tempat dan waktunya, itu juga zalim.

Kedua sikap ini benar pada kondisinya masing-masing.

Da’wah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sangat memperhatikan keduanya.

Nabi pernah melerai seorang pemuda yang mabuk dari amuk massa saat itu, dan menyelamatkannya, serta mengatakan _”dia masih mencintai Allah dan Rasul-Nya”._

Nabi pernah menjenguk Yahudi yang sakit lalu mengajaknya kepada Islam.

Nabi tidak memarahi Badui yang kencing di masjid, justru melarang para sahabat yang bersikap keras kepadanya.

Nabi tidak menghardik orang yang tubuhnya beraroma bawang merah dan bawang putih di  masjid, tapi dia pegang tangannya dengan lembut dan membawa  keluar masjid sampai ke Baqi’.

Masih banyak fragmen lain, yang menunjukkan kelembutan da’wah nabi.

Tapi .. kita dapati ketegasan pula dalam da’wahnya, jika memang itu yang diperlukan.

Nabi pernah memboikot tiga sahabatnya sendiri lantaran tidak mentaatinya untuk mengikuti perang Tabuk , 50 hari lamanya mereka didiamkan sampai Allah menerima taubat mereka.

Nabi pernah mendiamkan semua istrinya sebulan lamanya pasca perang Hunain, lantaran mereka meminta harta dunia yang tidak dimilikinya.

Nabi pernah sangat marah kepada Usamah bin Zaid karena mencoba merayu nabi agar meringankan hukuman bagi wanita Bani Makhzum yang mencuri, _”Seandainya Fathimah mencuri aku sendiri yang memotong tangannya!”_ Kata nabi.

Nabi pernah marah kepada Usamah bin Zaid karena telah membunuh  musuh yang telah bersyahadat, walau syahadatnya itu menurutnya hanya untuk menghindar saja, _”Kenapa kau tidak belah saja dadanya agar kau tahu karena apa dia bersyahadat!”_ Kata nabi.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah marah kepada para sahabat yang telah salah dalam fatwa mandi wajib bagi yang junub dalam keadaan pendarahan sehingga hilang nyawa seseorang karena fatwa itu, _”Mereka telah membunuhnya, semoga Allah memerangi mereka!”_ Kata nabi.

Masih banyak fragmen ketegasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam baik kepada sahabatnya dan juga musuhnya.

Maka, selalu lembut tanpa kenal ketegasan adalah banci …

Selalu tegas tanpa kenal kelembutan adalah preman …

Da’wah Nabi dan para sahabat amat memperhatikan keseimbangan keduanya ..

Keshalihan seseorang tidak semata dinilai dari berapa lembut dia terhadap manusia ..
Keshalihan seseorang juga tidak dinilai dari berapa tegas dia terhadap manusia ..

Tetapi ditentukan oleh kemampuannya dalam meletakkan posisi manusia dan kesalahan mereka ..yang dengannya disikapi lembut atau tegas.

Maka, lembut atau tegas karena tiga hal: kondisi orangnya, kadar dan jenis kesalahannya, dan situasi yang melatar belakanginya.

Pemahaman terhadap hal-hal ini sangat vital, jika tidak memahaminya pasti dia tergelincir dan jauh tergelincir .. walau dia merasa benar dan tahu.

Wallahu a’lam

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here