📚 TARIKH DAN SIROH
📝 Pemateri: Ustadz Agung Waspodo, SE, MPP
Kapten (Reis) Selman adalah seorang pelaut Turki Utsmani yang terkenal ulung. Beliau berasal dari Pulau Lesbos di perairan Aegean. Beliau memulai karir perjuangannya sebagai pelaut bayaran pada angkatan laut Mamluk sebelum menjadi seorang admiral pada angkatan laut Turki Utsmani.
*Lesson #1 semua ‘amal shalih dimulai dari skala kecil yang ditekuni penuh passion sebelum meningkat dampaknya dengan izin Allah SWT.*
Beliau mendaftarkan dirinya pada angkatan laut Mamluk ketika kesultanan tersebut berperang melawan Kerajaan Portugis. Beliau memimpin sekitar 1.500 pelaut asal pesisir Suriah dalam kesatuannya. Ada yang menganggap kesatuan ini mulanya dibenci oleh Sultan Selim I dari Turki Utsmani.
*Lesson #2 biasakanlah menjadi relawan, beramal dengan hati yang bersih.*
Tugas pertama beliau adalah memimpin 19 kapal perang Mamluk dengan tujuan menyergap kapal Portugis yang lalu-lalang di Samudera Hindia sepanjang tahun 1515. Armada beliau meninggalkan pelabuhan Suwayz (Suez) di ujung utara Laut Merah pada 30 September 1515. Armada ini diperkuat 3000 pasukan yang di dalamnya terdapat 1300 marinir Turki. Operasi ini gagal merebut Aden (Yaman) pada 17 September 1516, namun berhasil membangun benteng di Kamaran.
*Lesson #3 belajarlah dari kegagalan sebagaimana belajar dari kesuksesan.*
Beliau kembali ke pangkalan laut Mamluk di kota Jeddah. Secara kebetulan juga berhasil melindungi pangkalan tersebut ketika diserang armada Portugis pada tahun 1517. Tahun naas dimana Mamluk akhirnya takluk kepada kekhilafahan Turki Utsmani. Kini bangsa Turki menjadi penerus perjuangan di front Laut Merah. Sungguh disayangkan, Selman Reis justru ditawan dan dijebloskan ke dalam penjara di İstanbul. Tuduhan yang ditimpakan kepada beliau adalah disloyalitas. Beliau mendekam di dalam penjara hingga tahun 1520.
*Lesson #4 tidak semua ‘amal shalih mendapatkan pejuang manusia, karena memang mukmin hanya fokus pada keridhaan Rabbnya.*
Beliau dicari untuk memperkuat jajaran kelautan Turki Utsmani di Mesir ketika İbrahim Parğali Paşa menjabat sebagai gubernur Mesir tahun 1524. Beliau ditugaskan untuk melakukan survei regional Samudera Hindia pada masa Sultan Süleyman Kanuni. Beliau menyusun laporan yang merekomendasikan pendudukan Ethiopia, Yaman, hingga ke pesisir Swahili.
*Lesson #5 seseorang dikenal karena reputasinya, camkan!*
Beliau juga menyusun pola operasi laut guna mengusir Portugis dari benteng mereka di selat Hormuz, Goa, dan Malakka. Pada tahun 1525, Portugis benar-benar menyerbu pelayaran Laut Merah sesuai prediksi beliau. Pada tahun itulah, beliau diangkat sebagai admiral guna mengatasi ancaman serius ini. Beliau memimpin armada sejumlah 18 kapal berkekuatan total 299 meriam. Uniknya, kapal-kapal ini aslinya sudah dicoret dari daftar inventaris Mamluk padahal masih teronggok di pelabuhan Jeddah. Armada yang beliau pimpin juga mengangkut detasemen darat Hayreddin ar-Rumi berkekuatan 4000 pasukan.
*Lesson #6 kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas.*
Armada ini meninggalkan Suwayz tahun 1526 dengan pemberhentian pertama memperbaiki pertahanan dermaga Jeddah. Lain kali kalau ke Jeddah jangan terlalu fokus pada Masjid “Terapung” ya! Setelah itu armada merapat di Mocha, pesisir barat Yaman, dan memadamkan pemberontakan syi’ah yang dipimpin oleh Mustafa Beg. Setelah itu memaksa amir kota Aden untuk tunduk pada kekuasaan Turki Utsmani sebelum memperkuat pertahanan benteng di Kamuran. Operasi militer pertama beliau untuk pertama kalinya menghentikan kesewenangan kapal Portugis mulai tahun 1527.
*Lesson #7 selalu waspada dengan pengkhianatan syi’ah*
Perselisihan akibat perbedaan pandangan tentang bagaimana mengelola Yaman dan ekspedisi di Samudera Hindia antara Selman Reis dan Hayreddin ar-Rumi pada akhirnya melemahkan keberadaan khilafah Turki Utsmani di region ini. Padahal sekitar 1528, pelaut bayaran Asal Turki sudah semakin sering ditemukan di perairan Sumatera.
*Lesson #8 perpecahan hanya akan melemahkan.*
Gambar ilustrasi menggambarkan manuver laut Selman Reis di Jeddah menghadapi serangan armada Portugis, 1517.
Agung Waspodo, menjelang istirahat malam
Rabu, 11 Januari 2017