By: Pemateri: Ustadz Aus Hidayat Nur
Dalam Al Qur-an Allah menggambarkan bahwa orang-orang yang tidak beriman akan menyesal di Hari Akhir. Mereka berusaha menebus dirinya dengan apa pun untuk melepaskan dirinya dari adzab Allah yang sangat pedih.
Firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ [آل عمران : 91]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (Ali Imraan: 91).
Penyesalan yang luar biasa meliputi jiwanya karena sewaktu hidup telah menyia-nyiakan iman. Di saat kematian dia menjerit dan melolong kesakitan karena meninggalkan iman yang pernah hinggap di hatinya sewaktu di Dunia….
Jika nyawa telah sampai di kerongkongan taubat manusia tidak akan diterima Allah. Begitu nyawa manusia keluar dari badannya maka kekayaan sebesar apa pun sudah tidak berguna, kedudukan dan jabatan yang tinggi tak bermanfaat, ketenaran dan popularitas rontok tak berharga.
Berapa pun banyaknya bala tentara yang dia miliki, keluarga yang selalu membela, karib kerabat yang melindungi, atau pengikut yang dianggapnya setia… ternyata semuanya meninggalkan dia sendirian di dalam kubur…
Dia berhadapan sendirian dengan Malaikat Munkar dan Nakir yang menginterogasinya habis-habisan.
وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا ۙ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata):
“Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (Al-anfal: 50-51)
Seberapa besar kelalaian manusia terhadap Imannya?
Syaikh Ali Jabir seorang penghafal Al Qur-an dan penceramah kondang beberapa waktu lalu kehilangan mobil yang diparkir di kantornya di waktu subuh. Beliau tenang saja, yang rame adalah para wartawan yang memberitakan kehilangan ini di berbagai media on line maupun cetak. Seakan-akan peristiwa hilang mobil ini begitu pentingnya.
Padahal Syaikh Ali sendiri samasekali tidak marah atau menyesal, karena baginya yang hilang bukanlah imannya. Beliau hanya kehilangan suatu benda yang pasti digantikan Allah. Syaikh Ali malahan mendoakan agar orang yang mencuri mobilnya bertaubat. Subhanallah !
Jika Anda ditanya, “Manakah yang lebih rugi jika Anda kehilangan mobil atau tidak mengerjakan sholat subuh?”.
Mungkin Anda akan mengatakan seperti kebanyakan orang bahwa kehilangan mobil lebih merugikan”.
Itulah cara berpikir manusia yang lalai dengan nilai-nilai yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
Bukankah baginda Rasulullah pernah mengatakan, “Dua rokaat yang dikerjakan sebelum sholat fajar lebih besar nilainya daripada Dunia dan segala isinya!”.
Jadi apalah artinya kehilangan sebuah mobil dibandingkan kehilangan dua rokaat subuh… Sekarang ini berapa banyak orang yang sengaja meninggalkan sholat subuh setiap harinya. Mereka tidak nampak menyesal, padahal dalam pandangan agama sebenarnya dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Dia lupa menggunakan imannya kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
Itulah kehidupan Kaum Muslimin di masa kini. Dalam kehidupan sehari-hari mereka melupakan hal-hal besar dan sibuk mengejar hal-hal kecil yang tidak berharga untuk Hari Akhirat mereka.
Di antaranya ada yang sibuk mengejar uang sehingga mengorbankan harga diri, melanggar syariat dengan korupsi, padahal itu membuatnya memakan harta haram.
Ada yang mengejarkan kekuasaan dengan sikut sana sikut sini, menzhalimi orang lain, padahal itu merupakan dosa di sisi Allah; ada yang mempertuhankan popularitas sehingga tidak malu menanggalkan iman dan akhlak untuk menjadi orang terkenal..
Jika manusia benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka setiap waktu imannya akan digunakannya untuk meningkatkan kedekatannya dengan Allah melalui ibadah baik yang wajib maupun sunnah. Dia berusaha mengejar ganjaran pahala yang Allah sediakan meskipun dia sadar bahwa tanpa hidayah dan bimbingan Allah dia tidak akan mampu meraih amal-amal yang mulia itu. Maka dia tidak menjadi sombong dengan amal salehnya; dia hanya berbuat sekuat tenaga untuk meraih ridha Allah dan keselamatan di hari Akhirat nanti…
Waallahu a’lam.