Bermakmum di Rumah Sedangkan Imam di Masjid

0
183

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadz Farid Nu’man Hasan, S.S.

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu โ€˜Ala Rasulillah wa โ€˜Ala Aalihi wa Shahbihi wa man waalah, wa baโ€™d:

Shalatnya kaum laki-laki -yang sedang tidak ada โ€˜udzur syarโ€™i- di masjid sangat dianjurkan oleh syariat ini. Berdasarkan beberapa dalil-dalil berikut:

โ–ถ Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Nabi ๏ทบ bersabda:

ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ู†ูŽูู’ุณููŠ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ู‡ูŽู…ูŽู…ู’ุชู ุฃูŽู†ู’ ุขู…ูุฑูŽ ุจูุญูŽุทูŽุจูุŒ ููŽูŠูุญู’ุทูŽุจูŽุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุขู…ูุฑูŽ ุจูุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉูุŒ ููŽูŠูุคูŽุฐู‘ูŽู†ูŽ ู„ูŽู‡ูŽุงุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุขู…ูุฑูŽ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ููŽูŠูŽุคูู…ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูุฎูŽุงู„ูููŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูุฌูŽุงู„ูุŒ ููŽุฃูุญูŽุฑู‘ูู‚ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจููŠููˆุชูŽู‡ูู…ู’

Demi yang jiwaku ada ditanganNya, aku berkeinginan kuat memerintakan manusia untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu memerintahkan mereka untuk menyerukan adzan shalat, lalu memerintahkan seseorang untuk mengimami manusia. Lalu aku datangi kaum laki-laki yang tidak ikut berjamaah lalu saya bakar rumah-rumah mereka. (HR. Al Bukhari No. 644)

โ–ถ Dari Abdullah bin Masโ€™ud Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya:

ุฅูู†ู’ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู„ู‘ูŽู…ูŽู†ูŽุง ุณูู†ูŽู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽู‰ุŒ ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูู†ู’ ุณูู†ูŽู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูŽ ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูุคูŽุฐู‘ูŽู†ู ูููŠู‡ู

Sesungguhnya Rasulullah ๏ทบ telah mengajari kami sunah-sunah petunjuk, dan di antara sunah petunjuk itu adalah shalat di masjid yang sudah diserukan adzan di dalamnya. (HR. Muslim No. 654)

โ–ถ Dari Ibnu Abbas Radhiallahu โ€˜Anhuma, dari Rasulullah ๏ทบ, katanya:

ู…ูŽู†ู’ ุณูŽู…ูุนูŽ ุงู„ู†ู‘ูุฏูŽุงุกูŽ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฃู’ุชูู‡ูุŒ ููŽู„ูŽุง ุตูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ุฅูู„ู‘ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูุฐู’ุฑู

Barang siapa yang mendengarkan adzan lalu dia tidak mendatangi masjid (untuk berjamaah), maka tidak ada shalat baginya, kecuali bagi yang โ€˜udzur. (HR. Ibnu Majah No. 793, Dishahihkan oleh  Imam Al Hakim, Imam An Nawawi, Imam Ibnu Hajar, Imam Adz Dzahabi,  Imam Abdul Haq, Syaikh Al Albani, dan sebagainya)

Ibnu Abbas Radhiallahu โ€˜Anhuma menjelaskan yang dimaksud dengan โ€˜udzur adalah rasa takut atau sakit. (Lihat Sunan Abi Daud No. 551, Sunan Ad Daruquthni No. 1557, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 896, Al Baihaqi dalam As Sunan Ash Shaghir No. 486, dll)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits senada yang mendorong kita, khususnya kaum laki-laki, untuk shalat wajib secara berjamaah di masjid. Oleh karena itu berbagai riwayat ini dipahami beragam oleh para imam kaum muslimin sejak masa salaf dan khalaf, bahwa berjamaah  bersama kaum muslimin itu:

1 Berjamaah di masjid merupakan syarat sahnya shalat, alias tidak sah jika tidak berjamaah. Ini pendapat Imam Daud Azh Zhahiri dan yang mengikutinya. (Fathul Bari, 2/126), ini juga dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. (Majmuโ€™ Al Fatawa, 11/615), juga Imam Ibnu โ€˜Aqil Al Hambali. (Al Mausuโ€™ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 27/166)

2 Fardhu โ€˜ain, ini pendapat Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas Radhiallahu โ€˜Anhuma (Riwayat Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 1914, 1916), juga pendapat Athaโ€™, Al Auzaโ€™i,  Imam Ahmad, dan jamaah ahli hadits kalangan Syafiโ€™iyah seperti Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnul Mundzir, Ibnu Hibban. (Fathul Bari, Ibid). Juga pendapat yang dipilih oleh para ulama kerjaan Arab Saudi di Al Lajnah Ad Daimah.

3 Fardhu kifayah, ini pendapat Imam Asy Syafiโ€™i dan mayoritas Syafiโ€™iyah generasi terdahulu, dan kebanyakan Malikiyah dan Hanafiyah. (Ibid)

4 Sunnah Muakadah,  ini pendapat yang lebih  resmi dari Hanafiyah, mayoritas Malikiyah, dan sebagian Syafiโ€™iyah. (Al Mausuโ€™ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 27/165)

Jadi, kalau diperhatikan semua perbedaan ini, mayoritas ulama baik salaf dan khalaf menyatakan wajib berjamaah di masjid bersama kaum muslimin. (Majmuโ€™ Al Fatawa, 11/615) Maka, sebagai upaya keluar dari khilafiyah ini adalah sebaiknya tetap menjaga untuk berjamaah di masjid. Sehingga diperspektif pendapat mana pun posisi kita sebagai laki-laki tetap aman.

Makmum di Rumah Sedangkan Imam di Masjid

Sebenarnya yang seperti ini tidak perlu terjadi seandainya orang tersebut mau menghormati tata krama shalat berjamaah, yaitu di masjid. Lain halnya jika jamaah membludak sehingga shaf pun melebar dan meluas sampai jalan-jalan dan rumah-rumah sekitar masjid, ini tidak masalah sebab masih adanya ketersambungan shaf, seperti yang kita lihat di sebagian masjid  perumahan ketika shalat โ€˜Id misalnya.
Dari Maโ€™mar, dari Hisyam bin โ€˜Urwah, katanya:

ุฌูุฆู’ุชู ุฃูŽู†ูŽุงุŒ ูˆูŽุฃูŽุจููŠ ู…ูุฑู‘ูŽุฉูŽุŒ ููŽูˆูŽุฌูŽุฏู’ู†ูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏูŽ ู‚ูŽุฏู ุงู…ู’ุชูŽู„ูŽุฃูŽุŒ ููŽุตูŽู„ู‘ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุตูŽู„ูŽุงุฉู ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ูููŠ ุฏูŽุงุฑู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ุทูŽุฑููŠู‚ูŒ

Aku dan Abu Murrah datang ke masjid, dan kami dapatkan masjid sudah penuh maka kami pun shalat (bersama imam di masjid) di rumah yang berada di samping masjid yang di antara keduanya dipisahkan oleh jalan. (Lihat Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf, No. 4885)

Namun, kasus yang terjadi adalah makmum seorang diri di rumahnya, alias berbeda gedung dengan masjid,  dan dia berimam kepada imam di masjid yang terpisah darinya, bahkan sudah terhalang dinding, jalan, bahkan mungkin parit/selokan. Sehingga dia tidak melihat gerakan imam, hanya mengandalkan suara imam saja. Ini bagaimana? Ada beberapa pendapat:

โœ”Pertama. Ini tidak sah. Inilah pendapat Umar bin Al Khathab, Hanafiyah, Syafiโ€™iyah, dan Hambaliyah. Ada beberapa alasan:

๏”ท Syarat sahnya makmum adalah dia mesti mengetahui gerak-gerik imam dan mendengar suaranya. Ini dikatakan Asy Syaikh Abdul Qadir Ar Rahbawi dalam Ash Shalatu โ€˜Ala Madzahibil Arbaโ€™ah. Maka tidak sah pula berimam dengan imam yang ada di radio dan TV.

๏”ถ Terpisahnya makmum tersebut dengan imam, oleh adanya jalan, atau sungai, sehingga terputusnya shaf merupakan sebab tidak sahnya shalat baginya. (Kasyaaf Al Qinaaโ€™, 1/493), yang serupa dengan ini adalah seorang yang berjamaah di sebuah perahu sementara imamnya di perahu lainnya secara tidak berbarengan, maka ini juga tidak sah, sebab air adalah jalanan, bukan shaf yang besambung, kecuali jika darurat perang. (Ibid)

๏”ท Sebagian imam ada yang menyatakan batal shalat sendiri di belakang shaf, padahal dia masih di dalam masjid dan masih bisa masuk ke shaf, apalagi berjamaah dengan memisahkan  diri di rumahnya yang jelas jauh dari jamaah. Imam Ahmad, Ishaq, Hammad, Ibnu Abi Laila, Wakiโ€™, Hasan bin Shalih, Ibrahim An Nakhaโ€™i, Ibnul Mundzir, mereka mengatakan: โ€œBarang siapa yang shalat seorang diri  satu rakaat sempurna di belakang shaf, maka batal shalatnya.โ€ (Fiqhus Sunnah, 1/244)

Mereka beralasan dengan hadits Wabishah bin Maโ€™bad:

ุณุฆู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุนู† ุฑุฌู„ ุตู„ู‰ ุฎู„ู ุงู„ุตู ูˆุญุฏู‡ุŸ ูู‚ุงู„ (ูŠุนูŠุฏ ุงู„ุตู„ุงุฉ)

Rasulullah ๏ทบ ditanya tentang shalat seseorang sendirian di belakang shaf? Beliau menjawab: โ€œUlangi shalatnya.โ€ (HR. At Tirmdzi No. 230, katanya: hasan. Abu Daud No. 682, Ibnu Majah No. 1004, Ahmad No. 18002, Syaikh Syuโ€™aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Taโ€™liq Musnad Ahmad No. 18002. Juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam berbagai kitabnya)

Untuk pembahasan shalat sendiri di belakang shaf ada kajian tersendiri, dan bukan di sini pembahasan detailnya. Insya Allah.

โœ” Pendapat kedua. Shalat maโ€™mum tetap sah tapi bersyarat. Ini pendapat Malikiyah yaitu dengan syarat maโ€™mum masih bisa melihat dan mendengar  imam, ada pun larangan terputusnya shaf bagi Malikiyah berlaku untuk shalat Jumat, bukan shalat lainnya.  Sedangkan Imam Syafiโ€™i mensyaratkan jarak terpisahnya gedung tidak boleh lebih dari 300 dziraโ€™ (hasta), jika kurang dari itu maka tidak sah.

Diriwayatkan oleh Shalih bin Ibrahim:

ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฃูŽู†ูŽุณูŽ ุจู’ู†ูŽ ู…ูŽุงู„ููƒู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูู…ูุนูŽุฉูŽ ูููŠ ุฏูŽุงุฑู ุญูู…ูŽูŠู’ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุจูุตูŽู„ูŽุงุฉู ุงู„ู’ูˆูŽู„ููŠุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ุทูŽุฑููŠู‚ูŒ

Bahwasanya dia melihat Anas bin Malik shalat Jumat di rumah Humaid bin Abdirrahman, yang menjadi imam adalah Al Walid bin Abdil Malik, dan di antara keduanya terpisahkan oleh jalan.  (Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 4887)

Walau ini diperselisihkan, tetaplah shalat tersebut jika dalam keadaan tidak normal, jika dalam keadaan normal maka di masjid bersama imam dan kaum muslimin sepakat oleh semuanya untuk diikuti. Di sisi lain, hikmah berjamaah dan kebersamaan baru bisa kita rasakan dengan berjamaah di masjid, bukan memisahkan diri di rumah.

Wallahu Aโ€™lam

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here