MENGHAFAL SURAT AL-BAQARAH ADALAH SYARAT AWAL KEPEMIMPINAN​

Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda:

 تعلموا القرآن واقرؤوه، فإن مثل القرآن لمن تعلمه فقرأ وَقَامَ بِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ مَحْشُوٍّ مسْكًا يَفُوحُ رِيحُهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَمَثَلَ مَنْ تَعَلَّمَهُ، فَيَرْقُدُ وَهُوَ فِي جَوْفِهِ، كَمَثَلِ جِرَابٍ أوكِي عَلَى مِسْكٍ

​Pelajarilah dan bacalah Al-Qur’an. karena sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya, membacanya dan mengamalkannya, seperti sebuah wadah yang penuh minyak kesturi, yakni bau wanginya menyebar ke setiap tempat. Dan perumpamaan orang yang mempelajarinya, lalu dia tidur, sedangkan Al-Qur’an telah dihafalnya, seperti sebuah wadah yang tertutup, di dalamnya terdapat minyak kesturi.​ [Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah]

​’Ibrah:​
1⃣ Nasihat di atas hadir karena pernyataan seorang sahabat yang tidak terpilih menjadi salah seorang pemimpin delegasi karena tidak mau menghafal dan mempelajari Surat Al-Baqarah karena khawatir tidak bisa mengamalkannya;

2⃣ Surat Al-Baqarah yang mengandung 287 ayat, 6221 kata, 25.500 huruf mengandung keutamaan besar bagi para sahabatnya, yakni mereka yang menghafalkan, mempelajari, dan mengamalkannya;

3⃣ Harumnya para penjaga Qur’an menunjukkan kemuliaan yang besar dari aktivitas menghafalnya;

4⃣ Menghafal Al-Baqarah adalah langkah awal sebelum menghafal 7 (tujuh) surat yang panjang, agar kelak dicatat sebagai orang ‘alim;

Diriwayatkan oleh Abu Sa’id, dari Sulaiman ibnu Bilal, dari Habib ibnu Hindun, dari Urwah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ pernah bersabda:

مَنْ أَخَذَ السَّبْعَ الْأُوَلَ مِنَ الْقُرْآنِ فَهُوَ حَبْرٌ

​Barang siapa yang mengambil (hafal) tujuh surat yang pertama dari Al-Qur’an, maka dia adalah orang yang alim.​

🍂 Menghafalkan surat Al-Baqarah adalah syarat awal kepemimpinan.

Awal Kerusakan Sebuah Negara, Hilangnya Nahi Munkar​


Syaikh Muhammad Al Ghazaliy Rahimahullah:

قال الشيخ محمد الغزالي:
إنما فسدت الرعية بفساد الملوك، وفساد الملوك بفساد العلماء، فلولا القضاة السوء والعلماء السوء لقلّ فساد الملوك خوفاً من إنكارهم.

Sesungguhnya rusaknya rakyat disebabkan oleh rusaknya para penguasa, dan rusaknya penguasa disebabkan rusaknya para ulama. Seandainya tidak ada para hakim dan ulama yang buruk, niscaya hanya sedikit penguasa yang rusak, karena mereka (hakim dan ulama yg buruk) takut mengingkari para penguasa.

📚 Aqwaal Asy Syaikh Muhammad Al Ghazaliy no. 10

Zaman Ini Tidak ada Jihad, Yang ada Fitnah?!​


Jihad akan terus ada sampai hari kiamat.

Sebagaimana hadits:

وَلَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dan senantiasa ada sekelompok dari kaum Muslimin yang berperang di atas kebenaran dan selalu menang atas orang yang memusuhinya sampai hari Kiamat.” ​(HR. Muslim no. 1037)​

Rasulullah ​Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam​ bersabda:

لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا

“Tidak ada lagi hijrah setelah kemenangan (Makkah) akan ​tetapi yang tetap ada adalah jihad dan niat.​ Maka jika kalian diperintahkan berangkat berjihad, berangkatlah”. (HR. Bukhari no. 2825)

Maka, ini menjadi koreksi siapa pun yg mengaggap jihad sdh tidak ada, yg ada adalah fitnah. Analisa buruk tersebut berangkat dari su’uzh Zhan kpd para Mujahidin.

Apa yang terjadi di Palestina, membebaskan Al Aqsha dari penjajahan Yahudi adalah jihad. Apa yang terjadi di Afghanistan mengusir pendudukan Amerika Serikat di negeri muslim adalah jihad. Jika ada yg mengatakan ini bukan jihad, maka .. entah buat kepentingan siapa mereka berkata seperti itu?

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz berkata tentang jihad di Palestina (saya kutip sebagian):

لقد ثبت لدينا بشهادة العدول الثقات أن الانتفاضة الفلسطينية والقائمين بها من خواص المسلمين هناك وأن جهادهم إسلامي؛ لأنهم مظلومون من اليهود؛ ولأن الواجب عليهم الدفاع عن دينهم وأنفسهم وأهليهم وأولادهم وإخراج عدوهم من أرضهم بكل ما استطاعوا من قوة.

​Telah datang berita kepada kami dari orang-orang yang adil, tentang intifadhah di Palestina dan orang-orang yang berjuang dari kalangan khususnya di sana, bahwa jihad mereka adalah JIHAD ISLAMI.​

​Karena mereka telah dianiaya Yahudi, maka wajib bagi mereka melakukan perlawanan untuk melindungi agama, jiwa, negeri, keluarga, dan anak-anak mereka, serta mengusir musuh dari negeri mereka dengan segenap kekuatan yang mereka mampu.​

Sementara Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:

فإن الجهاد في فلسطين فرض عين على كل مسلم قادر من أهل البلد، فإن لم يتأد الواجب ‏‏- وهو دفع العدو وطرده بهم كما هو حاصل الآن- دخل في حكم الوجوب من يليهم من المسلمين عربا أو عجماً ، ‏وهكذا حتى يتم التخلص من العدو، أو يعم جميع الأمة في مشارق الأرض ومغاربها، أجمع ‏على هذا أهل العلم.

Jihad di Palestina adalah fardhu ‘ain bagi muslim yg mampu di penduduk tersebut.

Seandainya mereka belum bisa menjalankan -melawan dan mengusir musuh seperti saat ini– maka kewajiban ini bagi negeri muslim lain diluarnya baik Arab dan bukan Arab. Terus begitu sampai musuh bersih dari sana.

Atau jihad ini menjadi umum bagi semua umat, baik Timur dan Barat, dan para ulama telah Ijma’ atas hal ini.

​(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 8509)​

Maka, hindari komentar-komentar yang melemahkan jihadnya para Mujahidin, yg menyakiti perasaan mereka. Jika memang tidak bisa ikut berjihad, minimal jangan mengganggu mereka dgn tuduhan khawarij, pemberontak, dst, yg sangat menguntungkan pihak musuh dan penjajah. Kecuali jika memang mereka2 ini bekerja untuk kepentingan musuh.

Demikian. Wallahu a’lam

Yahudi Akan Hancur Di Tangan Islam​


Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُود

“Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, sebab ia adalah pohon Yahudi’.”

(HR. Muslim no. 2922)

Imam Hasan Al Banna Rahimahullah berkata:

“Israel (Negara Yahudi) akan berdiri dan tetap akan berdiri sampai Islam yang akan menghancurkannya, sebagaimana dia telah dihancurkan sebelum ini (di Khaibar).”

(Muqaddimah Piagam HAMAS)

Allahu Akbar wa Lillahi Hamd ..!!

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Dipersembahkan oleh: manis.id

📲Sebarkan! Raih pahala
====================
Ikuti Kami di:
📱 Telegram: @majelismanis
🖥 Fans Page: @majelismanis
📮 Twitter: @majelismanis
📸 Instagram: @majelismanis
🕹 Play Store
📱 Join Grup WA

Pandangan Kibarul 'Ulama Tentang Sayyid Quthb (Bag. 2)​


📚 Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 1/3185, Fatwa 09 Jumadi Tsaniyah 1428

4⃣ Syaikh Abdullah bin Hasan Al Qu’ud Rahimahullah tentang kitab Ma’alim fith Thariq: “Kitab yang telah dibayar mahal penulisnya dengan mati fisabilillah.”

Tentang kitab Syaikh Sayyid Quthb, Ma’alim fith Thariq (Petunjuk Jalan), berkatalah Syaikh Abdullah bin Hasan Al Qu’ud –anggota Hai’ah Kibaril Ulama kerajaan Saudi Arabia- dalam kitabnya, Majmu’ Ar Rasail wa Maqalat, beliau menasihati Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali yang berkali-kali mencela Syaikh Sayyid Quthb:

نقل لي غير واحد قولك في اجتماع أخيار نحسبهم كذلك قولك في كتاب: “معالم في الطريق”: هذا كتاب ملعون.
سبحان الله!! كتاب أخذ صاحبه ثمنه قتلاً نحسبه في سبيل الله بدافع من الروس الشيوعيين لجمال كما يعرف ذلك المعاصرون للقضية، وقامت بتوزيع هذا الكتاب جهات عديدة في المملكة، وخلال سنوات عديدة، وأهل هذه الجهات أهل علم ودعوة إلى الله، وكثير منهم مشايخ لمشايخك، وما سمعنا حوله منهم ما يستوجب ما قلت، لكنك – والله أعلم- لم تمعن النظر فيه قبل أن تغضب، وخاصة الموضوعات: جيل قرآني فريد، الجهاد، لا إله إلا الله منهج حياة، جنسية المسلم عقيدته، استعلاء الإيمان، هذا هو الطريق.. وغيرها مما تلتقي معانيه في الجملة مع ما تدين الله به، فكيف بك إذا وقفت بين يدي الله وحاجك هذا الشخص الذي وصفته الإذاعة السعودية خلال سنوات متوالية بشهيد الإسلام

“Telah berkata kepadaku lebih dari satu orang tentang ucapanmu dalam sebuah perkumpulan baik-baik – saya berharap memang demikian-, ucapanmu bahwa kitab Ma’alim fith Thariq adalah kitab terlaknat. Subhanallah! Kitab yang telah dibayar mahal oleh penulisnya dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Mesir Jamal Abdun Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah disebarkan oleh banyak pihak dikerajaan Saudi sejak bertahun-tahun lamanya, dan mereka adalah para ahli ilmu dan para da’i ilallah, dan banyak di antara mereka adalah syaikh dari syaikh-syaikhmu sendiri. Dan tidak satu pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan. Tetapi engkau ini – wallahu a’lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, khususnya pada tema-tema kitab itu seperti: Jil Qur’ani farid (Generasi Qurani Yang Istimewa), Al Jihad, Laa Ilaha Illallah Manhajul Hayah (Laa Ilaaha Illallah sebagai Konsep Hidup), Jinsiyyatul Muslim wa ‘Aqidatuhu (Identitas seorang Muslim dan Aqidahnya), Isti’la Al Iman (Ketinggian Iman), Hadza Huwa Thariq (Inilah Jalan Itu) … dan tema lain, dimana secara global adalah bermakna nilai keberagamaanmu kepada Allah. Bagaimana denganmu nanti jika di hadapan Allah, jika orang ini mendebatmu? Padahal orang ini telah bertahun-tahun lamanya oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?”

📚 sumber: KLIK DISINI

Atau: KLIK DISINI

Sepertinya www.islamgold.com sdh lama off, buka link satunya lagi .

5⃣ Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait

Dia berkata, “Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur’an dan filsafat, memurnikan sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan Al Qur’an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu. Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti

yang dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan mempelajari manhaj Islam. Oleh karena itu, terkadang ada beberapa titik rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya.” (Jasim al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)

‼️‼️‼️‼️‼️

Siapa pun bisa berbuat salah, termasuk Syaikh Sayyid Quthb Rahimahullah dan tokoh lainnya, sebab yang ma’shum hanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi, kesalahan itu tidak boleh membuat mulut kita tidak terkontrol, dengan menikam mereka dengan sebutan yang buruk dan sangat tidak pantas.

Wallahul Musta’an

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Dipersembahkan oleh: manis.id

📲Sebarkan! Raih pahala
====================
Ikuti Kami di:
📱 Telegram: @majelismanis
🖥 Fans Page: @majelismanis
📮 Twitter: @majelismanis
📸 Instagram: @majelismanis
🕹 Play Store
📱 Join Grup WA

Pandangan Kibarul 'Ulama Tentang Sayyid Quthb​


Telah beredar video, potongan ceramah yang menikam kehormatan salah satu pejuang muslim, Syaikh Sayyid Quthb Rahimahullah. Dia menyebut Syaikh Sayyid Quthb adalah Gembong Terorisme zaman ini. Bukan hanya itu, dia juga menuduh para pengagum Syaikh Sayyid Quthb orang yang bodoh tentang aqidah, dll.

Allah Ta’ala berfirman:

ۚكَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا

Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka. (QS. Al-Kahfi: 5)

1⃣ Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz Rahimahullah: “Kami harap Sayyid Quthb termasuk Syuhada yang mulia.”

Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz ​Rahimahullah​ berkata dalam kitab Beliau ​Tuhfatul Ikhwan,​ tentang Al Ustadz Sayyid Quthb ​Rahimahullah:​

سيد قطب رحمه الله :
نُفّذ في المذكور حكم الإعدام في يوم الاثنين 13/5/1386هـ فرحمة الله عليه وعلى سائر علماء المسلمين ونرجو أن يكون من الشهداء الأبرار .
وقد قُتل معه الشيخ عبدالفتاح إسماعيل ، والشيخ محمد إبراهيم هراس . غفر الله للجميع وكتب الشهادة لهم .
والمذكور له مؤلفات كثيرة مفيدة ، أشهرها وأهمها : تفسيره (( في ظلال القرآن ))

Sayyid Quthb Rahimahullah, dieksekusi dalam hukuman mati pada hari, Senin, 13-5-1386H.

Semoga Allah merahmatinya dan merahmati semua ulama kaum muslimin. ​Kami berharap semoga Sayyid Quthb termasuk dalam barisan para syuhada yang mulia.​

Dan telah dibunuh pula bersamanya, Syaikh Abdul Fattah Ismail, Syaikh Muhammad Ibrahim Hiras, ​semoga Allah memgampuni mereka semua dan mencatatnya sebagai syuhada.​

Disebutkan tentangnya, bahwa dia memiliki banyak karya yang bermanfaat, di antaranya yang terkenal dan penting adalah tafsir ​Fi Zhilalil Qur’an.​

​(Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz, ​Tuhfatul Ikhwan bitarajim Ba’dhil A’yaan,​ Hal. 39)​

2⃣ Syaikh Manna’ Al Qaththan -Ketua Mahkamah Syariah Mekkah Al Mukarramah: “Tafsir Fi Zhilalil Quran Kitab Tafsir Yang Sempurna Bagi Kehidupan”

💢💢💢💢💢💢💢

Beliau berkata:

“Syaikh Sayyid Quthb telah menjumpai Rabbnya dalam keadaan Syahid demi membela aqidahnya dengan meninggalkan warisan pemikirannya. Dan , yang paling terdepan adalah kitab tafsirnya yang berjudul Fi Zhilalil Quran. ​Ini adalah kitab tafsir yang sempurna bagi kehidupan di bawah naungan Al Quran dan petunjuk Islam.​ Penulisnya hidup di bawah naungan Al Quran yang penuh hikmah, sebagaimana yang dipahami dari judulnya. Beliau menikmati keindahan Al Quran dan mengungkapkannya dengan segala perasaannya yang jujur sehingga sampai pada kesimpulan bahwa umat manusia dewasa ini sedang berada dalam kesengsaraan yang disebabkan berbagai paham dan aliran yang merusak dan pertarungan berdarah yang tiada hentinya ” …dst.

Lalu Syaikh Manna’ juga berkata:

“Bertitik tolak dari pandangan inilah Sayyid Quthb menempuh metode tertentu bagi penulisan tafsirnya.

Pertama-tama dia datangkan satu naungan pada mukadimah setiap surat untuk mengkaitkan atau mempertemukan antara bagian-baiannya dan untuk menjelaskan tujuan serta maksudnya.

Setelah itu barulah dia menafsirkan ayat dengan mengetengahkan atsar-atsar shahih, lalu mengemukakan sebuah paragraf tentang kajian-kajian kebahasaan secara singkat.

Kemudian dia beralih ke masalah lain, yaitu membangkitkan kesadaran, membetulkan pemahaman, dan mengaitkan Islam dengan kehidupan.

Kitab ini terdiri dari 8 jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan baik dari kalangan cendekiawan.”

​📚 Syaikh Manna’ Khalil Qaththan, ​Mabahits fi ‘Ulumil Quran,​ Hal. 362-363. Maktabah Wahbah, Kairo​

3⃣ Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah: “Tidak benar Sayyid Quthb berfaham takfir.”

Beliau berkata:

وأما القول بأنه رمى المجتمعات الإسلامية شعوباً وحكاماً بالكفر فقول غير صحيح؛ بل رمى بالكفر من يستحقه إذا توفرت الشروط وانتفت الموانع، ونحن نعتقد أن سيد قطب ليس معصوماً بل هو بشر كغيره من الدعاة يؤخذ من قوله ويرد، فلا يجوز أن يغلو فيه أحد فيرفعه فوق منزلته، كما لا يجوز أن يهضمه آخر حقه ويسيء إليه بغير حق، فالعدل والإنصاف هو المطلوب من كل مسلم.

Ada pun pendapat yang menyebut bahwa dia (Sayyid Quthb) menuduh masyarakat Islam, baik rakyat dan pemerintahnya, telah kafir maka itu pendapat tidak benar.

Tetapi Beliau memvonis kafir kepada yang berhak menerimanya jika memang terpenuhi syarat-syaratnya dan tidak ada penghalangnya.

Kami meyakini bahwa Sayyid Quthb bukan seorang ma’shum (bebas dari salah) tapi dia adalah manusia seperti para da’i lainnya, pendapatnya bisa diambil dan bisa ditolak.

Maka tidak boleh seorang pun berlebihan meninggikannya di atas kedudukannya, sebagaimana yang lain tidak boleh pula menzalimi haknya dan berbuat buruk kepadanya tanpa hak. Maka bersikap adil dan bijak itulah yang dituntut pada tiap muslim.

📚 Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 1/3185, Fatwa 09 Jumadi Tsaniyah 1428

4⃣ Syaikh Abdullah bin Hasan Al Qu’ud Rahimahullah tentang kitab Ma’alim fith Thariq: “Kitab yang telah dibayar mahal penulisnya dengan mati fisabilillah.”

🔹bersambung in syaa Alloh🔹

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Dipersembahkan oleh: manis.id

📲Sebarkan! Raih pahala
====================
Ikuti Kami di:
📱 Telegram: @majelismanis
🖥 Fans Page: @majelismanis
📮 Twitter: @majelismanis
📸 Instagram: @majelismanis
🕹 Play Store
📱 Join Grup WA

Persaudaraan Antara Sesama Muslim


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Nabi saw bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari kesalahan, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.” (HR. Bukhari)

© Hikmah Hadits :

1. Bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Maka hendaknya setiap saudara saling menjaga kehormatan dan martabat sesama saudaranya yang lain.

2. Agar hubungan persaudaraan sesama muslim terjaga (ukhuwah islamiyah) maka Nabi Saw melarang umatnya untuk saling membenci, mendengki, memusuhi, mencela, mencari-cari kesalahan dan sebagainya. Larangan-larangan ini dimaksudkan agar persaudaraan tetap terjaga dan terjalin dengan baik.

Wallahu A’lam bis Shawab

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Dipersembahkan oleh: manis.id

📲Sebarkan! Raih pahala
====================
Ikuti Kami di:
📱 Telegram: @majelismanis
🖥 Fans Page: @majelismanis
📮 Twitter: @majelismanis
📸 Instagram: @majelismanis
🕹 Play Store
📱 Join Grup WA

Persepsi Malu

© Sahabat Uqbah bin Amr meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya di antara yang diketahui manusia dari perkataan kenabian pertama adalah “Jika Engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!” (HR. Al-Bukhâri)

▪Dalam kesempatan lain rasa malu dipersepsikan sebagai salah satu indikator keimanan seseorang. Malu yang dimaksud adalah rasa malu pada Allah. Malu, ketika diberi Allah banyak karunia tetapi tak mampu bersyukur. Malu, karena banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. Malu, karena membalas kebaikan Allah dengan kemaksiatan. Itulah hakikat malu. Sama seperti ungkapan Allah tentang keburukan atau kejahatan yang pelakunya disebut al-Quran dengan “al-mujrimûn”. Yaitu, tak sekedar dilihat dari pelaku atau perilaku buruknya, namun lebih dilihat kepada siapa yang ia durhakai, mengapa ia durhakai Dzat yang maha memberi segala, yang mengasihi tanpa pilih, yang menyayangi tanpa membedakan.

© Seriring dengan perkembangan persepsi kebaikan dan kemuliaan manusia yang dikepung dengan pola hidup matrealistik dan hedonisme maka pemahaman tentang malu juga bergeser. Maka persepsi malu ini kemudian dialamatkan kepada sesama manusia. Seseorang akan malu kalau keburukannya terungkap dan diketahui orang lain. Sehingga ia akan berusaha menyembunyikan, ini pun sebenarnya masih lumayan ketika ia sadar dan kemudian bertaubat.

▪Kemudian, rasa malu ini makin bergeser, menjadi kepada sebagian orang dan kemudian hanya kepada sedikit orang, hingga akhirnya menghilang sama sekali. Itulah yang disebutkan di dalam hadist di atas. Karena jika rasa malu hilang dari seseorang maka dikhawatirkan ia akan kehilangan iman dan bahkan ruh dan spirit kehidupannya.

© Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah menyebut asal kata rasa malu (al-hayâ’) adalah kehidupan (al-hayâh). Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian qalbu dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali qalbunya hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna. Kesempurnaan ini akan mengantarkannya menjadi sempurna. Dan orang yang paling pemalu adalah para Nabi. Abu Said al-Khudry menyebutkan bahwa Rasulullah SAW memiliki rasa malu melebihi rasa malunya seorang gadis pingitan. (HR. Al-Bukhâri, no. 6119).

▪Dengarkan kalam Allah yang menjelaskan rasa malu beliau, “…tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.” (QS. Al-Ahzâb : 53)

© Allah mencintai orang yang pemalu, malaikat pun memiliki rasa malu. Karena itulah rasa malu ini adalah warisan kenabian, bahkan terwasuk di antara yang pertama diwariskan. Rasulullah SAW membahasakannya dengan “min kalâmi an-nubuwwah al-‘ûla” (Diantara perkataan dari kenabian yang pertama). Para ulama memaknai hadist di atas dengan tiga hal:

1. Ancaman, agar seseorang terus memiliki rasa malu yang benar. Artinya berbuatlah sesukamu ini redaksi yang keras dalam melarang dan bukan menyuruh demikian. Senada dengan firman Allah “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Fushilat :40)

2. Menjelaskan konsekuensi. Artinya jika seseorang tidak memiliki atau kehilangan rasa malu maka ia akan melakukan apa saja, termasuk keburukan dan kekejian yang besar sekali pun.

3. Sebagai syarat pembolehan. Artinya ketika seseorang hendak melakukan sesuatu, standarnya adalah malu kepada Allah terlebih dahulu kemudian manusia. Jika yang dilakukan tidak memalukan Allah dan manusia, maka lakukanlah, karena yang demikian adalah kebaikan yang diterima Allah dan manusia.

▪Ketiga makna di atas memungkinkan untuk digabungkan, meskipun pendapat jumhur ulama secara mainstream lebih condong kepada makna yang pertama.

© Rasa malu selalu datangkan kebaikan, namun penempatannya juga mesti sesuai dengan anjuran Rasulullah. Yaitu menempatkannya sebagai rem dan kontrol diri untuk mencegah perbuatan yang buruk dan dimurkai Allah terlebih dahulu, dan kemudian di mata manusia.

▪Tetapi beliau melarang menempatkan rasa malu dalam menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, perempuan-perempuan Anshar pernah Aisyah puji karena “berani” bertanya beberapa hal yang terkesan tabu dan aib, padahal hal tersebut sesungguhnya adalah pengetahuan yang harus diketahui banyak perempuan. Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshâr. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu Agama. Imam Mujahid pernah menyebutkan, “Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu.” (Ditururkan Al-Bukhâriy dalam Shahîhnya, kitab al-‘Ilmu Bab al-Hayâ’ fil ‘Ilmi)

© Malu adalah motivasi kebaikan dan rem keburukan. Jika ia hilang maka hilanglah keselamatan seseorang. Ia tak malu lagi jika tak melakukan kebaikan (yang wajib, sunnah atau anjuran biasa), dan ia tak malu lagi dalam melakukan keburukan. Jika keburukan sudah dipertontonkan dan dilakukan dengan terang-terangan itu maknanya terjadi kematian sosial dan qalbu masyarakatnya.

▪Ada saudara-saudara kita yang perlu dukungan kemerdekaan dari penjajahan, bangsa Palestina yang berusaha meraih kedaulatan negerinya. Rasa malu lah yang menyebabkan seseorang akan memberikan dukungannya. Jika ia tak malu, mungkin sama sekali ia pun takkan mendukungnya. Jika ia melihat kemungkaran, ia pun akan malu jika mendiamkannya.

© Sebaiknya, keburukan akan datang bila orang tak malu lagi ketika hal-hal baik ditinggalkan dan hal-hal buruk dipertontonkan. WalLâhu al-Musta’ân

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Kedudukan Bulan Muharram


© Bulan Muharram adalah bulan yang dalam syariat Islam dimasukkan dalam bulan-bulan yang dimuliakan (Al-Asyhurul Hurum)

Firman Allah Ta’ala:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu….” (QS. At-Taubah: 36)

▪ Rasulullah saw sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Bakrah ra, bersabda:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ، السَّنَّةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ؛ ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُوْ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ – متفق عليه

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya termasuk empat bulan yang dihormati: Tiga bulan berturut-turut; Dzul Qoidah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang terdapat antara bulan Jumadal Tsaniah dan Sya’ban.” (Muttafaq ‘alaih)

® Pada keempat bulan ini Allah menekankan agar kita kaum muslimin jangan melakukan perbuatan aniaya (az-zulm), sebagaimana firman-Nya:

فلا تظلموا فيهن أنفسكم

“Jangan kalian aniaya diri kalian.”

© Ada dua penafsiran az-zulm (الظلم) dalam ayat di atas.

▪Pertama, berperang.

Maksudnya tidak boleh berperang pada bulan-bulan yang diharamkan tersebut. Namun ketentuan ini sebagaimana dikuatkan oleh Al-Qurtubi dalam tafsirnya telah mansukh (dihapus)

▪ Kedua, berbuat maksiat dan dosa.

Namun hal ini bukan berarti bahwa bermaksiat dibolehkan pada bulan lainnya. Karena kemaksiatan, apapun bentuknya adalah dilarang, kapan pun dan dimana pun tanpa terkecuali.

® Ibnu Jarir at-Thabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa dikhususkannya larangan bermaksiat pada bulan-bulan ini menunjukkan kemuliaan dan keagungan bulan ini di banding bulan-bulan lainnya, dimana kemaksiatan di dalamnya mendapat penekanan untuk dijauhi oleh setiap muslim. Hal tersebut mirip dengan perintah Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 238, Allah Ta’ala berfirman:

حَٰفِظُوا۟ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلْوُسْطَىٰ 

“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha.” (QS. Al-Baqarah: 238)

▪ Menjaga seluruh shalat jelas diperin-tahkan, namun menjaga shalat Wustha yang menurut sebagian ulama adalah shalat Ashar, mendapat tekanan khusus untuk kita jaga.

© Kedudukan bulan Muharram juga dapat dilihat dari nama bulan itu sendiri dan julukan yang diberikan kepadanya.

® Nama Muharram merupakan sighat maf’ul dari kata Harrama-Yuharrimu, yang artinya diharamkan. Maka kembali kepada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna bahwa pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah Ta’ala memiliki tekanan khusus yang sangat kuat pada bulan ini.

▪ Kemudian dari sisi istilah, bulan ini disebut sebagai “Bulan Allah” (شهر الله), sebagaimana terdapat suatu riwayat hadits. Berarti bulan ini disandingkan kepada Lafzul Jalalah (Lafaz ‘Allah’). Para ulama menyatakan bahwa penyandingan makhluk kepada Lafzul Jalalah, memiliki makna tasyrif (pemu-liaan), sebagaiman istilah Baitullah, Rasulullah, Abdullah, dan sebagainya.

Rohingya Kembali Memanggil Kita​

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأيده بالحفظ والنصرة، وأعزّ أصحابه الطيبين الطاهرين والصلاة والسلام على سيد الأولين والآخرين، إمام الغر المحجلين، سيدنا محمد الأمين، وعلى آله وأصحابه الميامين . اشهد ان لا إله إلا الله وأشهد ان محمد رسول الله . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَنَصَرَهُ وَوَالاَهُ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

Nabi Muhammad ﷺ telah berpesan kepada kita, umatnya, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya. (HR. Muslim No. 2699)

Nabi Muhammad ﷺ juga telah berpesan,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)’.” (HR. Al Bukhari No. 6011)

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Rohingya kembali bergolak memanggil saudaranya di seluruh dunia untuk melaksanakan pesan Rasulullah ﷺ di atas. Penderitaan umat Islam di Rohingya semakin bergolak bulan ini ditandai dengan aksi represif dan diduga kembali telah melakukan pemerkosaan kepada para muslimah, penyiksaan, pembakaran desa hingga pembunuhan.

12.000 pengungsi Rohingya di Indonesia, 87.000 pengungsi yang berlari ke Bangladesh, hingga ratusan ribu lainnya, baik yang berada di kamp-kamp pengungsian maupun di tempat lain yang tidak diketahui, menantikan sikap kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk Indonesia.[1] Mereka digelari warga negara illegal oleh Pemerintah Myanmar sejak berlakunya Burmese Nationality Law (1982 Citizenship Act).

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Ketika Pemerintah Myanmar mengkampanyekan bahwa penduduk Muslim Rohingya adalah pendatang baru dari subkontinen India, dan sehingga mereka tidak berhak mendapatkan kewarganegaraan Myanmar maka penelitian para ahli sejarah justeru menegaskan bahwa mereka telah tinggal di sana minimal sejak abad ke-12 M, jauh sebelum negara Myanmar ada, bahkan peta kuno otentik seperti cetakan tahun 1829 dan 1901 masih menetapkan Arakan sebagai wilayah terpisah dari Burma.[2] Lebih awal lagi, Abu Tahay, dari Union Nationals Development Party (UNDP) Myanmar, pada 29 Juli 2013 merilis hasil penelitiannya bahwa Rohingya merupakan warga asli keturunan Indo-Arya yang memeluk Islam di abad ke-8 M, dan mewarisi darah campuran Arab pada periode 788-801 M, Persia pada periode 700-1500 M, dan Bengali pada periode 1400-1736 M, ditambah Mughal pada abad ke-16 M.[3] Fakta ini menunjukkan bahwa dakwah Islam telah menyentuh wilayah Arakan sejak abad ke-8 M.

Ketika banyak sebagian manusia yang meragukan adanya unsur kebencian agama di Rohingya, Paus Fransiskus dalam khutbah mingguannya di Vatikan justeru menegaskan menegaskan bahwa derita Rohingya disebabkan kebencian agama:

​“They had been tortured and killed simply because they wanted to keep their culture and Muslim faith. … They have been thrown out of Myanmar, moved from one place to the other because no one wants them. But they are good people, peaceful people.”​

“Mereka menderita bertahun-tahun, mereka disiksa, dibunuh hanya karena mereka ingin menjalani budaya dan keyakinan muslim mereka. … Mereka diusir dari Myanmar, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya karena tidak ada yang menginginkan mereka. Tapi mereka orang-orang baik, orang-orangcinta damai.”[4]

Fakta ini menegaskan bahwa umat beragama sudah semestinya membenci kejahatan kemanusiaan dalam bentuk apapun.

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Negara Burma yang merubah namanya menjadi Myanmar pada 18 Juni 1989 dan berbatasan langsung dengan Bangladesh, India dan Teluk Benggala di sebelah Barat, dengan Laut Andaman di sebelah Selatan, dengan China di sebelah Utara, dan dengan Laos, Thailand, dan China di sebelah Timur ini, dihuni oleh 50 juta orang penduduk, dengan minimal 4.3%-nya adalah Muslim, sudah termasuk perkiraan 1.090.000 jiwa di Rakhine yang sengaja tidak disensus Pemerintah pada tahun 2014. Populasi Muslim terbesar terdapat di wilayah Arakan, wilayah yang memanjang sejauh 560 km sepanjang Pantai Timur Teluk Bengali, yang secara letak geografis terisolasi oleh serangkaian perbukitan yang memanjang dan sulit dilalui. Wilayah ini baru dikuasai oleh Kerajaan Burma di akhir abad ke-18 M, dan kemudian disebut Propinsi Rakhine.

Moshe Yegar memaparkan hasil penelitiannya dalam bukunya yang berjudulBetween Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Shouthern Thailand, and Western Burma/Myanmar. Di antara hasil penelitiannya adalah bahwa Bengali menjadi Muslim di tahun 1203 M., dan menjadi titik terjauh penyebaran Islam di Bagian Timur saat itu. Mulai abad ke-14 hingga abad ke-18 M, sejarah Arakan sangat didominasi oleh Muslim Bengali. Di tahun 1430, Kesultanan Bengali, Raja Ahmad Shah, membantu Raja Narameikhla (1404-1434 M) kembali dari pengasingannya di Bengali ke Arakan[5]dengan menyertakan 50.000 pasukan Muslim untuk mengembalikan kekuasaan Kerajaan Arakan.

Raja Narameikhla meminta suaka kepada Raja Bengal saat diserang oleh Kerajaan Ava adalah karena hubungan baik yang terbangun antara Kerajaan Arakan dengan Kesultanan Bengali selama ini, dan Kerajaan Arakan yang merasa tidak terancam selama ini dengan keberadaan Kesultanan Muslim Bengali yang penuh kasih. Pertempuran antara Kerajaan Buddha seperti Ava dan Arakan ini terjadi karena runtuhnya Kerajaan Pagan Burma saat diinvasi Kerajaan Mongol di bawah Kubilai Khan, sehingga muncul banyak kerajaan-kerajaan kecil Buddha yang saling berebut wilayah di Burma.

Sebagai bentuk terima kasih, Raja Narameikhla (Sulaiman Shah) kemudian membagi sebagian wilayah teritorinya kepada Kesultanan Bengali dan mengakui kedaulatannya di wilayah tersebut, bahkan merestui gelar Muslim bagi diri dan kerajaannya, Sulaiman Shah. Koin logam Kesultanan Bengali pun akhirnya menjadi salah satu alat pembayaran resmi. Raja Narameikhla kemudian membuat koin logam baru dengan menuliskan nama Raja Burma di satu sisi, dan gelar Muslimnya di sisi lain dalam bahasa Persia. Arakan kemudian menjadi wilayah subordinat Bengali sampai tahun 1531 M. Setelah wilayah Arakan terpisah dari Kesultanan Bengali, ternyata 9 raja Arakan berikutnya masih tetap menggunakan gelar Muslim.[6] Fakta ini menegaskan kontribusi besar kaum muslimin dalam membangun peradaban ekonomi dan budaya di Arakan.

Ribuan pasukan Muslim yang dulu membersamai Raja Narameikhla kemudian menetap di Mraung (Mrauk-U) dan mendirikan Masjid Sandi Khan. Masjid ini di tahun 1960-an masih kokoh berdiri sebelum kemudian dihancurkan. Terdapat banyak masjid tua lainnya di Arakan seperti Masjid Badae Maqam, Masjid Diwan Moosa (dibangun 1258 Masehi), dan Masjid Wali Khan (dibangun abad ke 15 Masehi). Fakta sejarah ini menegaskan bahwa Muslim dan Budha telah berabad-abad lamanya hidup berdampingan secara damai di Arakan.

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Penggunaan kata Rohingya sebagaimana tulisan Jacques P. Leider di tahun 1799 berjudul A Comparative Vocabulary of Some of the Languages Spoken in the Burma Empire, berarti Warga Rohang, nama Muslim awal untuk Arakan.[7] Fakta ini menguatkan keberadaan Muslim Rohingya sejak awal.

Kerajaan Arakan baru mendapatkan serangan besar dari Kerajaan Moghul saat Putra Mahkota Shah Shuja yang melarikan diri dan meminta suaka ke Kerajaan Arakan, ternyat pada akhirnya nanti dibunuh Raja Arakan karena dituduh akan melakukan pemberontakan kepada Raja Sandathudama. Kerajaan Arakan pun akhirnya diambil alih oleh kekuatan Muslim dari sisa pasukan Shah Shuja. Kerajaan ini terus memerintah hingga direbut kembali oleh Raja Burma Bodawpaya tahun 1784. 40 tahun kemudian penjajah Inggris menguasai Burma melalui 3 periode perang: I (1824-1826), II (1852-1853), III (1885). Maka sejak 1885, mulailah Burma dijajah Inggris hingga terbentuk Negara Modern Burma di tahun 1948.

Moshe Yagar dalam karya penelitiannya yang lain berjudul Muslim of Burma menyebutkan bahwa di masa penjajahan Inggris, terjadi peningkatan populasi Muslim dari India. Komunitas Muslim ini sangat aktif dalam seluruh aktifitasnya. Mereka mendirikan Masjid, Sekolah Islam, surat kabar, dan organisasi-organisasi filantrofis, sesuatu yang belum dilakukan oleh Muslim sebelumnya dalam skala massif, dan warga lokal Arakan.[8]

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Dari seluruh fakta ilmiah sejarah di atas, tidak ada lagi alasan yang dapat diterima oleh dunia modern hari ini, untuk tidak mendukung dimasukkanya warga Muslim Arakan di Propinsi Rakhine sebagai Warga Myanmar. Apalagi diskriminasi yang telah berjalan bertahun-tahun ini hanya mengkhususukan kepada warga Muslim semata.

Dari seluruh fakta ilmiah sejarah di atas, tidak ada lagi alasan bahwa kaum muslim Rohingya, sebagaimana klaim rezim Militer Myanmar, baru masuk ke Arakan pada periode penjajahan Inggris saja. Padahal Ensiklopedia Myanmar (1964) telah mendeskripsikan secara detail tentang asal muasal populasi ini.[9] Bahkan di dalam buku Teks Geografi yang diterbitkan oleh Universitas Yangon dan diterbitkan Kementerian Pendidikan Myanmar di tahun 2008 menegaskan bahwa kaum minoritas Rohinggas telah hidup di sana sejak dahulu.[10]

Patut dipertanyakan mengapa Pemimpin Myanmar yang juga peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi berdiam diri atas pembantaian Muslim di Rohingya. Patut dipertanyakan, mengapa PBB tidak segera menurunkan pasukan perdamaian atas derita Muslim di Rohingya, dimana banyak di antara mereka harus meregang nyawa di tengah lautan yang ganas hanya tidak ada alternatif lain untuk melarikan diri.

Jika sosok non-Muslim, seperti Dr. Maung Zarni, seorang Buddhis eks warga Myanmar yang sekarang tinggal di Inggris, sangat bersungguh-sungguh bersama istrinya, Alice, sehari-hari aktif menyuarakan aksi genosida perlahan-lahan[11] yang dilakukan Pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya di dunia internasional melalui kajian akademik dan literasi, bagaimana dengan kita kaum muslimin?

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Apa yang terjadi di Myanmar adalah Kejahatan Kemanusiaan (Crime Against Humanity) dan pembersihan etnis dan pemusnahan suku bangsa (Genocide), sebagaimana hasil penelitian pakar Hukum di Indonesia, Heru Susetyo Nuswanto sejak tahun 2008. Rohingya adalah kaum minoritas yang paling teraniaya di dunia (the world’s most persecuted minority), sebagaimana penelitian Lindsey N. Kingston yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.[12]

Jika Barat terlihat tidak terlalu garang atas darurat kemanusiaan yang terjadi di Rohingya, besar kemungkinan karena korbannya adalah Muslim.

Namun, jika Muslim tetap tidak mau tahu dengan persoalan Rohingya, bagaimana kita mempertanggungjawabkan diri di hadapan Ilahi Rabbi?

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Hujurāt [49] ayat 10:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.

Nabi Muhammad ﷺ mengingatkan kita sebagai umatnya dalam sebuah hadits dengan derajah lemah namun diriwayatkan dari banyak jalur,

مَن لَمْ يهتَمَّ بأمرِ المُسلِمينَ فليس منهم

Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka dia bukan golongan mereka. (HR. Thabrani dalamMu’jam ash-Shagir hal. 188)

​Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,​

​Rohingya Kembali Memanggil Kita!​

Kaum muslimin tidak bisa menggantungkan harapannya kepada para pemimpin Barat dan PBB, karena sepanjang sejarah, kaum muslimin hanya akan dihormati dan berada dalam posisi terhormat hanya jika kaum muslimin bersatu dalam tali keimanan agama Allah, tanpa terbatasi sekat-sekat kenegaraan.

Mari kita dorong pemerintah NKRI yang berdaulat untuk berkontribusi aktif dalam melawan segala bentuk penjajahan di atas muka bumi, menginisiasi terlaksananya pertemuan darurat negara-negara ASEAN, OKI dan PBB khususnya untuk menyelamatkan warga sipil yang tidak bersenjata.

Mari kita ciptakan kebersamaan negeri-negeri kaum Muslimin pada khususnya, dan negeri-negeri pendukung tegaknya kemanusiaan pada umumnya, untuk memberi rasa aman kepada kaum muslimin Rohingya, menekan Pemerintah Myanmar agar mau memberi status kewarganegaraan untuk Muslim Rohingya sebagai bagian integral dari Negara Myanmar yang demokratis, serta membuka keran akses kemanusiaan ke wilayah tersebut.

Mari kita salurkan  shadaqah kita kepada lembaga-lembaga sosial yang kredibel dan amanah untuk membantu kebutuhan kaum muslimin di Rohingya.

Bersama kita satukan hati, satukan fikir dan satukan gerak untuk menyelamatkan saudara kita di Rohingya.

​Doa​

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ،

اللَّهُمَّ إيَّاكَ نَعْبُد، ولَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُد، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إنَّ عَذَابَكَ الجِدَّ بالكُفَّارِ مُلْحِقٌ

Ya Allah kami memohon pertolongan kepada-Mu, beristighfar kepada-Mu dan tidak kufur pada-Mu, kami beriman kepada-Mu dan berlepas dari orang yang bermaksiat kepada-Mu. Ya Allah hanya kepada-Mulah kami beribadah, shalat dan sujud, kepada Engkau kami beramal dan berusaha, kami mengharap rahmat-Mu dan takut akan adzab-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu pasti sampai pada orang kafir.

اللهُمَّ أَعِزَّ الإسْلَامَ وَالْمُسلمين، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْن

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُؤْمِنِينَ فِى بورما خَاصَّةً وَفِى أَنْـحَاءِ بُلْدَانِ المْـُؤْمِنِيْنَ عَامّةً

Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin, dan hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin. Ya Allah hancurkan musuh-musuh-Mu yang merupakan musuh-musuh agama (Islam).

Ya Allah, selamatkan orang-orang beriman di Burma pada khususnya, dan di negeri-negeri orang-orang beriman lainnya.

أَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ وَشَطِّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ أَللَّهُمَّ إِهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ

Ya Allah keraskanlah pijakan-Mu atas orang-orang kafir dan sekutu-sekutunya, dan goncangkanlah mereka, dan cerai-beraikanlah kesatuan mereka. Ya Allah, hancurkanlah mereka dan porak-porandakanlah mereka.