🌹☘️🪷☘️🌹☘️🪷🌹
📝 Pemateri: Ustadz Cahyadi Takariawan
Fenomena ketidakdewasaan –khususnya laki-laki, dalam kehidupan pernikahan maupun dunia kerja, telah banyak dibahas dan menjadi objek studi.
Sejumlah buku telah mengupas fenomena ini. Misalnya The Boy Crisis karya Warren Farrel, Manning Up karya Kay Hymowitz, serta buku karya Richard Reeves, Of Boys and Men: Why the Modern Male Is Struggling.
Kay Hymowitz menyebut masa pra-dewasa laki-laki sebagai “sort of limbo, a hybrid state of semi-hormonal adolescence and responsible self-reliance”. Keadaan campuran antara masa remaja semi-hormonal, dan kemandirian yang bertanggung jawab.
“This pre-adulthood doesn’t bring out the best in men,” ujar Hymowitz. Menurutnya, masa pra-dewasa ini tidak menghasilkan sisi terbaik dari laki-laki.
Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa sepertiga laki-laki Inggris mengaku tidak tahu cara membersihkan kamar mandi, menyetrika baju, atau menggunakan peralatan rumah tangga.
Satu dari tujuh responden mengaku bahwa ibu mereka masih mencucikan baju mereka; dua pertiga responden mengaku masih memiliki minat yang berlebihan terhadap mainan anak-anak, seperti Lego (Paul Chai, 2014).
Maka Kay Hymowitz menilai “ketidakdewasaan laki-laki” menjadi masalah serius dalam membangun kehidupan pernikahan. Dalam buku Manning Up, Hymowitz menunjukkan bagaimana laki-laki berusia 20 hingga 30-an masih sering tampil sebagai “anak laki-laki yang menua, geek maladroit, atau pemalas yang kotor”.
Dave Gordon, seorang peneliti di Institut Austin, menyebutkan “ketidakdewasaan laki-laki” sebagai alasan perceraian, bisa terjadi pada semua kelompok usia. Meskipun menikah pada usia di atas 30 tahun, masalah ketidakdewasaan sepertinya tidak berkurang sebagai masalah dalam pernikahan (Riley, 2014).
Permasalahannya, laki-laki yang tidak dewasa ini bertemu dengan perempuan yang penuh ekspektasi. Seperti yang dinyatakan oleh Brad Wilcox dari National Marriage Project, “perempuan lebih memiliki perhatian dalam membangun hubungan”.
Menurut Brad Wilcox, “Perempuan lebih akut, sensitif serta reaktif dalam segala hal yang mungkin terjadi dalam hubungan. Mereka memiliki lebih banyak pendapat dan kritik tentang pernikahan, serta memiliki harapan yang lebih tinggi dalam pernikahan” (Riley, 2014).
Mari terus menerus belajar menjadi lebih dewasa.
Allahu’alm Bishowab
🌹☘️🪷☘️🌹☘️🪷🌹
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 5512 212 725
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812







