Pertanyaan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz… Saya mau bertanya, seorang wanita telah mendapatkan haidnya sesuai siklus normal menstruasinya tiap bulan,namun belum 2 pekan sdh keluar darah lagi namun tdk disertai gejala dan karakteristik spt pada darah haid.
1. Apakah darah tersebut digolongkan darah haid (namun tdk teratur) ataukah termasuk darah istihadzah?
2. Jika kemudian si wanita tetap sholat dan melakukan kewajiban spt pada saat masa suci (karena meyakini bahwa itu darah di luar kewajaran siklus haid normalnya) apakah dia berdosa?
Demikian Ustadz/Ustadzah ..
Jazaakumullah khoiron katsiron🙏🏻
A/34
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Jawaban
Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Bismillahirrahmanirrahim….
Masalah sprti ini terkait bagaimana mengetahui akhir haid dulu. Ada bbrp cara pendekatan sederhana untuk mengetahuinya sesuai keadaan masing2 haid wanita .., shgga masalah ini tdk bs dipukul rata ..
1. Bagi wanita yang haidnya lancar, maka yang menjadi batasan adalah kebiasaan durasi haidnya.
Sesuai kaidah:
Al ‘Aadah Muhakkamah : adat/kebiasaan itu bisa menjadi standar hukum
Jadi, jika kebiasaan seorang wanita haidnya 7 hari, maka itu menjadi standarnya. Jika dia sdh berhenti darahnya sebelum hari 7, maka jangan terburu-buru merasa sdh suci. Dia masih berlaku hukum-hukum haid, di antaranya larangan shalat, shaum, dan jima’. Shgga kalo dia tidak shalat dihari 6, maka tidak ada qadha.
Jika baru berhentinya setelah hari 7, atau sudah berhenti tapi keluar lagi, maka darah yg keluar selebihnya dugaan kuatnya adalah darah istihadhah, atau sisa darah haid yang lalu, bukan darah haid itu sendiri. Dia sdh suci dan tidak lagi berlaku lagi hukum hukum haid. Maka, sdh wajib lagi shalat, boleh shaum, dll. Ini relatif mudah.
2. Bagi wanita yang haidnya eror. Kadang 4 hari, kadang 6 hari, pernah 10 hari .., dsb, dan eror ini memang menjadi kebiasaannya, maka caranya dengan memperhatikan warna darahnya, sebab darah haid itu sudah dikenal. Ada pun maksimal menurut jumhur ulama adalah 15 hari, selebih itu adalah istihadhah/penyakit.
Hal ini sesuai hadits:
فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنْ الصَّلَاةِ فَإِذَا كَانَ الْآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي
“Apabila darah haid maka darah itu berwarna hitam dan dikenal, Apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkanlah shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhulah dan shalatlah”. (HR. Abu Daud No. 261, hasan)
Shgga, di masa2 tidak keluar darah maka dia dihukumi suci, maka boleh shalat, shaum, dll. Sebaliknya di masa keluar darah di dihukumi haid, dengan syarat sifat darahnya memang dikenal sbgai darah haid. Ini memang agak ribet apalagi terjadi sepanjang tahun.
3. Bagi wanita yang tadinya teratur lalu berubah menjadi eror haidnya gara-gara obat, KB, dll.
Maka, pendekatan pertamanya adalah dengan mengikuti kebiasaannya dulu, sebab pada awalnya memang teratur. Ini sebagai antisipasi bahwa dia masih teratur. Tapi, jika akhirnya eror, maka barulah dgn cara mengenali sifat darahnya, sebagaimana hadits Abu Daud di atas. Lalu berobatlah atau konsultasi dgn dokter agar kembali normal.
Demikian. Wallahu a’lam
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130