🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Jika penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari saat mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain-main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 96-99)
Penjelasan:
Allah menceritakan tentang tipisnya keimanan penduduk daerah-daerah yang diutus Rasul-rasul kepadanya, sama halnya dengan firman Allah:
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)
Yakni tidak ada penduduk suatu kota yang beriman dengan sempurna kecuali kaum Yunus, karena sesungguhnya mereka beriman setelah menyaksikan azab dengan mata kepala mereka sendiri.
Sebagaimana firman Allah:
وَاَرۡسَلۡنٰهُ اِلٰى مِائَةِ اَلۡفٍ اَوۡ يَزِيۡدُوۡنَۚ فَاٰمَنُوۡا فَمَتَّعۡنٰهُمۡ اِلٰى حِيۡنٍ
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS Ash-Shaffat: 147-148)
Sedangkan firman Allah, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,” yakni hati mereka beriman terhadap apa yang disampaikan para Rasul, membenarkannya, dan mengikutinya, serta bertakwa kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan perkara yang haram. “Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,” yakni hujan dari langit dan tumbuh-tumbuhan bumi.
Allah berfirman, “Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya,” yakni akan tetapi mereka mendustakan Rasul-rasul mereka, maka kami siksa dengan kebinasaan sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat berupa perbuatan dosa dan perkara-perkara yang haram.
Kemudian Allah berfirman sebagai ancaman dan peringatan atas pelanggaran terhadap perintah-perintah-Nya dan kelancangan melakukan larangan-larangan-Nya, “Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari saat mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain-main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)?,” yakni siksa, azab, dan kekuasaan Allah terhadap diri mereka, serta memberikan hukuman saat mereka lalai dan lupa.
“Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” Oleh karena itu, Hasan Al-Bashri berkata, “Seorang mukmin melaksanakan keta’atan dengan rasa khawatir dan rasa takut yang sangat, sedangkan orang munafik berbuat dengan rasa aman.”
Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat ini adalah:
1. Para pendurhaka sering kali mengabaikan sekian banyak sebab dan memilih satu sebab saja dan itu pun sebab yang sangat rapuh. Misalnya, melupakan kesalahan yang dilakukan saat jatuhnya bencana dengan menyatakan bahwa itu adalah takdir yang tidak dapat dielakkan, padahal itu bisa jadi karena dosa yang dilakukan.
Sunnah-sunnah Allah dalam menghadapi kaum pembangkang, pertama: mereka diberi peringatan melalui aneka ujian dan bencana dengan harap mereka sadar dan memperbaiki sendiri. Jika ini tidak mereka lakukan, maka akan dibiarkan bergelimang dosa yang mengakibatkan hati mereka tertutup, selanjutnya mereka akan mendapatkan kesenangan duniawi padahal itu hanya bentuk dari makar Allah.
3. Siksa Allah tiba ketika orang menduga bahwa mereka telah mengetahui dan menguasai hukum-hukum sebab dan akibat, serta bahwa mereka mampu menghindar dari sebab-sebab kebinasaan melalui ilmu dan teknologi. Tetapi sebenarnya, mereka yang durhaka itu tidak menyadari kelemahan mereka dan kuasa Allah.
Demikian dijelaskan dalam tafsir “Al-Lubab”.
Syekh Wahbah Zuhaili berkata terkait ayat ini, “Begitu banyak bentuk Bahasa Tuhan dalam memperbaiki manusia dan kampung serta kota, dan Allah mengajak mereka untuk beriman dengan sukarela tanpa ada paksaan, yaitu dengan bahasa ‘andai sebuah penduduk beriman dan bertakwa’, Allah tidak mengatakan ‘beriman dan bertakwalah’, dan itu semua bertujuan untuk kebaikan dan kebahagian manusia.”
Keimanan dan takwa kepada Allah membukakan pintu rezeki. Kalau orang telah beriman dan bertakwa, pikirannya sendiri terbuka, ilham pun datang. Sebab iman dan takwa itu menimbulkan silaturahim sesama manusia. Lantaran itu, timbullah kerja sama yang baik sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dengan demikian, turunlah berkah dari langit dan menyemburlah berkah dari bumi.
Berkah itu dua macamnya, yaitu yang hakiki dan maknawi. Yang hakiki ialah berupa hujan membawa kesuburan bumi, maka teraturlah tumbuhan dan keluarlah segala hasil bumi, atau terbukalah pikiran manusia menggali kekayaan alam yang terpendam. Yang maknawi ialah timbulnya pikiran-pikiran yang baru dan petunjuk dari Allah, baik berupa wahyu yang dibawakan oleh Rasul atau ilham yang ditumpahkan Allah kepada orang-orang yang berjuang dengan ikhlas, demikian jelas Buya Hamka dalam tafsir “Al-Azhar”.
Demikian tafsir singkat dari ayat ini, semoga kita meraih keberkahan dalam hidup ini, sebab tidak ada kebahagian tanpa ada keberkahan di dalamnya. Maka berusahalah untuk memperhatikan sisi keberkahan dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130