📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A
🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al Isra: 84)
Penjelasan
Maksud dari ayat di atas menurut Ibnu Abbas, “Hendaklah setiap orang berbuat menurut posisinya,” sedangkan menurut Mujahid, “Menurut batasan dan tabiatnya.” Sedangkan Qatadah mengungkapkan, “Yakni menurut niatnya,” dan Ibnu Zaid mengatakan, “Yakni menurut agamanya,” semua pendapat saling mendekati maknanya.
Jika kita mencoba mengamati penjelasan dari Ibnu katsir di atas, maka ayat ini berpesan hendaknya seseorang itu berbuat sesuai dengan tugas dan fungsinya dan janganlah ia melakukan apa yang bukan menjadi tugasnya sebab itu tanda profesionalisme dalam bekerja dan Allah mencintai orang-orang yang bekerja sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.
Hendaknya sesorang juga jangan melampaui batas dalam bekerja sehingga ia tidak memperhatikan kesehatan, keluarganya dan waktu istirahatnya, sebab Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas.
Allah berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al Maidah: 86)
Dan seseorang juga akan mendapatkan buah dari amalnya sejauhmana keikhlasannya dalam berbuat; jika apa yang ia lakukan semua tulus karena Allah maka di akhirat kelak ia akan tersenyum mendapatkan ganjaran yang indah dari Rabbnya, sedangkan jika yang ia lakukan hanya mengharapkan materi, popularitas dan lain-lain maka itu juga yang ia dapat. Dalam hal ini Rasululullah Saw mengingatkan, dari ‘Umar bin Al Khottob, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907).
Adapun syaikh Prof. Dr. Muqbil memberikan komentar yang begitu menarik tentang ayat ini, berikut tutur beliau,
Disebutkan dalam hadits shahih: “Semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya,” maka perhatikanlah kesesuaian bakat dan kemampuanmu, dan kembangkanlah untuk kamu pergunakan di jalan Allah, untuk ummatmu dan untuk keluargamu, dan janganlah berlagak seperti orang baik padahal kamu belum memberi apa-apa, sehingga kamu termasuk orang yang kelam kabut, tadabburi ayat Allah :
{ قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ }
“Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”
{ وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ }
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” [QS Al-Baqarah : 148].
Kita adalah juru dakwah sebelum profesi apapun yang kita miliki, maka setiap orang bisa berkontribusi untuk Islam dengan jabatan dan profesi yang ia emban. Seorang dokter bisa berdakwah dengan profesinya yaitu dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam dunia kedokteran, seorang pemimpin bisa berdakwah dengan tanda tangannya, ia bisa membuat kebijakan yang pro rakyat dan menutup tempat tempat maksiat dengan peraturan yang ia buat.
Adapun menurut Syaikh Wahbah Zuhaili maksud ayat diatas adalah, “Katakanlah: ‘Setiap manusia itu beramal sesuai kepercayaan dan jalannya dalam hidayah maupun kesesatan. Dan Tuhan kalian itu lebih tahu tentang orang yang paling benar dan paling lurus jalannya.’”
Allah tidak memaksa seseorang untuk beriman dan ta’at kepada-Nya walaupun Allah mampu untuk menanamkan iman kepada setiap insan sehingga tidak ada yang tidak beriman kepada-Nya, namun Allah akan meminta atas semua yang kita Imani dan perbuat. Allah berfirman:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.” (QS. Yunus: 99).
Prof. Dr. Sulaiman Al -Asyqor menjelaskan maksud dari surat Al-Isra ayat 84 adalah sebagai berikut:
.قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ
(Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”)
Yakni setiap insan berperilaku sesuai dengan akhlak yang dia biasakan pada dirinya.
فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
(Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya)
Yakni dalam perilakunya, apakah itu baik atau buruk.
Akhlak diambil dari kata “kholaqo” yang artinya menciptakan, artinya akhlak ada buah dari pembiasaan baik itu akhlak yang baik atau yang buruk; akhlak adalah sesuatu yang keluar dengan mudah dari diri kita karena buah dari pembiasaan sehari hari, siapa yang terbiasa berbuat baik maka mudah baginya dan begitu juga bagi yang terbiasa berbuat buruk.
Demikian tadabbur singkat ini, semoga kita semua bisa mengetahui potensi kita masing-masing sehingga kita mengetahui dimana kita harus berperan.
🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678