Pertanyaan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz, saya mau bertanya, kita tidak pernah memilih dan tidak bisa menduga orang bercerita apa pada kita. Suatu ketika X menceritakan keburukan Y pada Z. X tau Y dan Z berteman baik. Z hanya mendengarkan apa yang disampaikan X, meski dalam hati Z juga tidak suka mendengar cerita buruk seseorang dan juga tahu bahwa Z sendiri juga mgkn memiliki kekurangan yg sama spt itu. Sedang Z sebagai teman Y juga tidak berani menyampaikan masukan X krn tipikal Y cepat emosi, sensitif dan baperan.
a. Apa yang harus dilakukan Z utk menghargai X dan Y? karena berada pada posisi itu.
b. Perlukah Z meminta maaf pada Y?
Apakah ini termasuk ghibah? dan apakah Z yg mendengar juga melakukan ghibah? A/34
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Jawaban
Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan
وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bismillahirrahmanirrahim..
Jika memang berteman baik, maka sangat aneh menggunjing kejelekan teman sendiri. Seharusnya saling menutupi kekurangan, jika memang mengaku berteman.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah Ta’ala akan tutup aibnya pada hari kiamat nanti. (HR. Muslim no.2580)
Apa yang diceritakan di atas adalah ghibah, jika yang diceritakan oleh X adalah hal negatif tentang Y yang tidak disukai oleh Y jika dia tahu itu diceritakan.
Tentang definisi ghibah, telah diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri dalam salah satu haditsnya.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:
أَنَّهُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ »
Bahwasanya ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah, Apakah ghibah itu?” Beliau bersabda: “Kamu menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang dia tidak suka.”
Ditanyakan lagi: “Apa pendapatmu jika pada saudaraku memang seperti yang aku katakan.”
Beliau bersabda: “Jika apa yang kamu katakan memang ada, maka kamu telah menghibahinya. Jika apa yang kamu katakan tidak ada padanya, maka kamu telah melakukan buhtan (kebohongan keji).” (HR. Muslim No. 2589)
Maka, yang perlu dilakukan oleh Z atau siapa pun yang mendengar saudaranya sedang melakukan ghibah, atau dighibahi, hendaknya dia menasihatinya, jika tidak mampu minimal mengalihkan ke pembicaraan lainnya.
Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata:
واعلم : أن المستمع للغيبة شريك فيها، ولا يتخلص من إثم سماعها إلا أن ينكر بلسانه، فإن خاف فبقلبه وإن قدر على القيام، أو قطع الكلام بكلام آخر، لزمه ذلك . وقد روى عن النبى صلى الله عليه وآله وسلم أنه قال : من أذل عنده مؤمن وهو يقدر أن ينصره أذله الله عز وجل على رؤوس الخلائق ” وقال صلى الله عليه وآله وسلم : ” من حمى مؤمناً من منافق يعيبه، بعث الله ملكاً يحمى لحمه يوم القيامة من نار جهنم ” ورأى عمر بن عتبة مولاه مع رجل وهو يقع في آخر، فقال له : ويلك نزه سمعك عن استماع الخنا كما تنزه نفسك عن القول به، فالمستمع شريك القائل، إنما نظر إلى شر ما في وعائه فأفرغه في وعائك
Ketahuilah, bahwasanya menjadi pendengar ghibah sama juga terlibat dalam ghibah. Dia tidak akan lepas dari dosa mendengarkannya kecuali jika dia mengingkari dengan lisannya, jika dia takut minimal ingkari dengan hatinya. Jika dia mampu meluruskan atau memutuskan pembicaraan ke pembicaraan lain maka lakukanlah itu.
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa Beliau bersabda: “Barang siapa yang dihadapannya ada seorang mu’min direndahkan, padahal dia mampu membelanya, maka Allah akan rendahkan dia dihadapan para makhluk.”
Dalam hadits lain: “Barang siapa yang melindungi seorang mu’min dari munafiq yang menggunjingnya maka Allah akan utus malaikat untuk menjaga dagingnya dari sengatan neraka Jahanam pada hari kiamat.”
Umar bin Utbah melihat pelayannya sedang bersama seseorang yang sedang menggunjing orang lain. Beliau berkata:
“Celaka kamu, jagalah telingamu dan jangan dengarkan pembicaraan yang kotor, sebagaimana kamu menjaga lisanmu dari pembicaraan kotor, karena orang yang mendengarkan adalah sekutu bagi orang yang membicarakan. Dia melihat sesuatu yang buruk ada di bejananya lalu menuangkan keburukan itu ke bejanamu.”
(Mukhtashar Minhajul Qashidin, Ar Rub’uts Tsaalits, Hal. 30-31)
Demikian. Wallahu a’lam
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678