Gelorakan Spirit Santri; Mempelajari Ilmu Agama

0
59

📝 Pemateri: Ustadz Abdullah Haidir, Lc

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃

Tanggal 22 Oktober ditetapkan pemerintah RI sebagai hari Santri nasional. Ini tentu saja memberikan makna bahwa peran para ulama dan santri dalam sejarah perjuangan bangsa tidak dapat dipungkiri dan seharusnya kita kenang..

Karena memang sejarah mencatat dengan jelas bagaimana para ulama dan santrinya, bukan hanya berjasa pada bangsa ini dalam menyebarkan ilmu, khusunya ilmu agama di tengah masyarakat, tapi mereka pun ikut angkat senjata bersama berbagai elemen masyarakat lainnya dalam perjuangan melawan penjajah.

Karenanya hari Santri ditetapkan berdasarkan tanggal dikeluarkannya resolusi jihad oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, rahimahullah, yaitu pada tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya.

Penjajah sudah sekian lama meninggalkan negeri kita. Perjuangan bersenjata mengusir penjajah sudah tidak berlaku lagi. Namun kiprah dan spirit santri tidak boleh hilang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Spirit utama dalam kehidupan santri adalah spirit dalam mempelajari ilmu agama. Maka sejatinya, hari santri yang diperingati ini bukan hanya berlaku untuk kalangan santri saja, tapi untuk mengingatkan kaum muslimin agar memiliki mental santri, yaitu orang yang selalu termotivasi dan semangat untuk selalu mempelajari dan memahami agamanya.

Sebab, masalah mempelajari agama, jangankan dalam kondisi normal, dalam kondisi perang sekalipun, Al-Quran mengingatkan kita untuk tidak meninggalkannya.

Allah Taala berfirman,

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)

Hal ini tak lain karena nilai-nilai agama sangat dibutuhakn oleh seorang muslim, bukan hanya terkait dengan praktek ibadah sehari-hari, tapi lebih dari itu sangat dibutuhkan untuk menjadi pedoman dan pegangan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, baik ruang lingkup individu, keluarga, bermasyarakat hingga bernegara. Nah, menghadirkan nilai-nilai agama dapat dimulai dengan mempelajari ajaran agama itu sendiri.

Karena itu kaum muslimin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Taala.

Kita sangat bersyukur jika kita dapati pada masa sekarang ini kemudahan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama. Di masjid-masjid, sekolah dan kampus, perkantoran dan tempat lainnya, banyak diselenggarakan kajian-kajian keislaman. Sehingga kita tidak kesulitan untuk mendapatkan kebaikan di dalamnya. Hal inipun dapat kita tambah dengan kesempatan mendalami ilmu agama lewat membaca buku-buku keislaman, atau tayangan kajian di televisi dan di dunia maya.

Tinggal yang kita butuhkan adalah kesadaran dan kemauan untuk melakukannya. Kesadaran bahwa mempelajari agama pada hakekatnya bukan hanya kewajiban ulama, ustaz atau kalangan santri saja, tapi kewajiban sekaligus kebutuhan setiap muslim, siapapun dia, apapun kedudukannya. Semakin dini kesadaran ini dimiliki, semakin mendorong kemauan untuk mempelajari agama. Semakin dini seseorang belajar agama, semakin banyak kebaikan yang akan didapatkan insyaAllah.

Mempelajari agama semakin tampak kita butuhkan, ketika kita sadari bahwa tantangan yang ada sekarang ini semakin kompleks. Tidak cukup kita hanya mengandalkan kepandaian semata atau kekuatan materi dan fisik semata. Sangat dibutuhkan kekuatan mental yang berbasis pada kekuatan iman dan pemahaman agama yang baik.

Maka dari sini akan kita dapatkan bahwa mempelajari ilmu agama berdampak erat pada kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena itu, semangat jihad yang sudah diwariskan dari para ulama dan santri di masa-masa perjuangan bangsa ini, dapat kita warisi dan tetap kita lanjutkan, di antaranya dengan bersemangat membekali diri kita dengan pemahaman yang terhadap ajaran Islam melauli majelis-majelis ilmu yang dapat kita hadiri.

Hal ini sesuai dengan semangat yang digelorakan oleh Rasulullah saw, bahwa siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka pada hakekatnya dia sedang keluar di jalan Allah.

مَن خرَج في طَلَبِ العِلمِ، كان في سَبيلِ اللَّهِ حَتَّى يرجِعَ

Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah hingga kembali. (HR. Tirmizi)

Karena itu, di hari santri ini, selain kita diingatkan untuk mengenang jasa para ulama dan para santri yang telah berjasa memperjuangkan negeri ini merebut kemerdekaan dari penjajah, hendaknya di sisi lain menjadi pengingat dan motivasi kuat bagi kita sesama anak bangsa yang beragama Islam untuk jangan malas dan terus bersemangat menangkap spirit kaum santri, yaitu semangat belajar ilmu agama. Semakin tinggi kesadaran ini muncul di tengah masyarakat, insyaAllah akan semakin baik dan semakin mendatangkan keberkahan dari Allah Talaa.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم….

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here