Baru Bisa Memanah? Bagus Itu​ ​Tetapi Jangan Cepat Puas!​

Diriwayatkan oleh Sa’id ibn al-Musayyab dalam Kitab ath-Thabaqat al-Kubra karya Ibn Sa’d bahwa ketika sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم yang bernama Shuahayb ibn Sinan (ra) hendak hijrah, beliau dicegat serombongan Musyrikin Quraisy.

Sambil menumpahkan isi kantung anak-panah (كنانة) untuk bersiaga, mirip dengan foto ilustrasi, lalu beliau berkata kepada para pencegatnya yang juga bersenjata:

لقد علمتم أني من أرماكم رجلا

Sungguh kalian tentu tahu bahwa aku adalah (yang terbaik) dari para pemanah (yang pernah bersama) kalian,

وايْم الله، لا تصلون إليّ حتى أرمى بكل سهم معي في كنانتي

Demi Allah, tidak dapat (kalian) mencapaiku, sebelum kupanah (kalian semua) dengan setiap anak-panah yang ada di dalam kantung-panahku (quiver),

ثُمَّ أضربكم بسيفي ما بقى في يدي منه شيء

Kemudian kutebas dengan pedangku sendiri, siapapun yang (mungkin masih) tersisa diantara kalian.

​Kitab ath-Thabaqat al-Kubra, jilid III, halaman 209, paragraf kedua dari atas.​

​Pelajarannya:​

1⃣. Pemanah haruslah berlatih karena Allah SWT, sumber segala kekuatan,

2⃣. Pemanah haruslah berlatih untuk mampu melesatkan panah dalam jumlah tertentu dalam waktu yang sempit serta dibawah kondisi tertekan,

3⃣. Pemanah juga harus memiliki keterampilan mengalahkan mental lawan secara psikologis,

4⃣. Pemanah juga harus terlatih menggunakan pedang semahir panahannya,

5⃣. Pemanah memahami bahwa keterampilannya harus terus dijaga,

Namun, pemanah juga harus bisa berdagang serta mengerti diplomasi, seperti apa? nantikan dalam kelanjutan kisah Shuhayb ibn Sinan ar-Rumi Radhiyallahu’anhu selanjutnya..

Agung Waspodo, mensyukuri pagi yang produktif seperti pagi ini, alhamdulillah.

Depok, 6 Februari 2018

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *