Saatnya Mendaras Waktu

0
38
© Kemana perginya waktu, kita sendirilah yang tahu. Lalu kau isi apa waktumu itu, lihatlah hasilnya. Bukankah semua ada batasnya?

▪Karena waktu, Allah bersumpah dengannya. Jika lelah berpeluh jauh lebih bermakna dari jiwa gelisah yang terus mengeluh. Maka mengisinya sepenuh makna jauh lebih mulia di hadapan-Nya.

©Karena waktu, keluhmu menjerat lusuh jiwamu. Gundahmu memudarkan ghirahmu. Resahmu mengubur ma’isyahmu. Dan asamu menghabiskan masamu. Semua tak ada gunanya.

▪Saat mendaras waktu.
Relakah kita saat kita telah tiada, hanya tiga kata yang patut dikenang dari hidup kita. Namamu. Lahirmu. Dan meninggalmu……?

©Saat mendaras waktu. Usia kita boleh sama, tapi tidak dengan isinya. Memutar waktu yang telah lalu hanya akan memperparah jiwamu. Karena waktu, melangkah mengukir prestasi merenda janji Illahi adalah cara kita menempuh jalan hidup ini.

▪“Saat saya menyadari bahwa waktu adalah sesuatu yang paling berharga, maka sudah menjadi kewajiban memanfatkan waktu tersebut untuk berbuat kebajikan. (Ibnu al Jauzi, Saidul Khatir)

©Dawud At-Tha’i rahimahullah memakan alfatit (roti yang dibasahi dengan air). Dia tidak memakan roti kering (tanpa dibasahi). Pembantunya bertanya, “Apakah anda tidak berhasrat makan roti?” Dawud menjawab, “Saya mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca 50 ayat antara memakan roti kering dan basah.” (Sifatus Shafwah, 3/92)

▪Said bin Jabir berkata, “Saya pernah bersama Ibnu Abbas berjalan disalah satu jalan di Mekah malam hari. Dia mengajari saya beberapa hadis dan saya menulisnya diatas kendaraan dan paginya saya menulisnya kembali diatas kertas.” (Sunan Ad-Darimi, Imam Ad-Darimi, 1/105)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here