Tidak Ada Kejayaan Tanpa Hantaman, Tidak Ada Persatuan Tanpa Kesatuan Harapan, Tidak Ada Bangsa Besar Tanpa Pemimpin Besar

0
80

Pemateri: *Ustadz Agung Waspodo, SE, MPP*

Kamis, 19 Dzul-Hijjah 804 Hijriah

🌐 Pertempuran di Ankara – 20 Juli 1402

Pertempuran yg terjadi di padang rumput Çubuk, dekat ibukota Turki sekarang yaitu Ankara. Pertempuran ini merupakan baku hantam terbesar antara Khilafah Turki Utsmani dengan Kesultanan Timur.

Pada pertempuran ini kedua pemimpin tertinggi, Sultan Bayezid I dan Sultan Timur (Lang, Lenk, Lame) berhadap-hadapan memimpin pasukannya masing-masing di garis terdepan. Pada era ini, menjadi pemimpin harus siap dituntut maju memimpin perang ke meda laga.

✳ *Lesson #1* pemimpin adalah teladan.

Pertempuran, dimana jumlah pasukan Timur 4 kali lipat lebih banyak tersebut, berakhir dengan kekalahan telak pada pihak Khilafah Turki Utsmani. Bahkan menyebabkan tertangkapnya Sultan Bayezid I. Kekalahan ini juga diwarnai dengan sejumlah pengkhianatan pada barisan Turki Utsmani dari elemen kavaleri Tatar. Turut membelot juga adalah kesatuan berkuda Sipahi lokal dari beberapa beylik Turki.

✳ *Lesson #2* pemimpin yang cakap senantiasa waspada akan potensi pengkhianatan.

Pengkhianatan adalah penyakit bagi setiap peradaban yg hendak maju memimpin dunia. Ia bagaikan sebuah proses untuk menempa masyarakat dan pemimpin dari suatu bangsa. Jika berhasil, maka bangsa tersebut berpeluang menjadi besar. Seberapa cepat dan tangkas mengatasinya merupakan salah satu indikator kertahanan bangsa tersebut. Dengan ketahanan itu maka terpelihara peradaban.

✳ *Lesson #3* pengkhianatan harus diatasi secara cepat dan tangkas.

Namun, pertempuran tidak seimbang ini terus berlanjut, bahkan hampir sepekan kontingen pengawal sultan bertahan dalam kepungan di pebukitan Çubuk. Pada akhirnya, satu-persatu mereka menemui ajalnya hingga sultan jatuh tertawan. Sultan Bayezid I bergelar Yıldırım akhirnya wafat setelah 1 tahun dalam tawanan dan jenazahnya dikirim kembali ke anaknya Mehmed Çelebi setelah Sultan Timur sendiri wafat juga.

✳ *Lesson #4* menyesali suatu keadaan tidak akan mengubahnya, belajar lebih baik untuk membangun masa depan.

Kesedihan adala keniscayaan dalam sebuah kekalahan, namun hal itu tidak perlu terlalu lama bagi bangsa yg besar. Pembelajaran atas sebab-sebab kekalahan menjadi prioritas yg lebih utama ketimbang ratapan kesedihan komunal.

Masa hilanganya kepemimpinan Khilafah Turki Utsmani dikenal dalam sejarah sebagai “interregnum.” Masa ini berlalu dengan konsolidasi ulang oleh salah seorang anak mendiang sultan, yg kemudian dikenal sebagai Sultan Mehmed I. Gelarnya adalah Çelebi, seorang yang cepat dan tangkas sebagai pemersatu. Khilafah Turki Utsmani kembali bergerak, tumbuh, dan terus berkembang sampai 2-3 abad setelah itu.

✳ *Lesson #5* setiap masa memiliki tokohnya, jadilah manusia yang berperan besar di zamannya.

Dari seorang pemimpin yg laju kerjanya sangat “secepat kilat” sesuai gelar Yıldırım-nya lalu lahirlah seorang pemimpin pemersatu yg cerdas mengatasi masa genting seperti Mehmed I bergelar Çelebi yg berarti “cerdas.” Mungkin ada benarnya, bahwa buah tidak jatuh begitu jauh dari pohonnya; kebaikan melahirkan kebaikan.

📚 _*Lalu apa peran kita dalam era keterpurukan Ummat Islam sekarang ini?*_

Agung Waspodo, pagi sebelum silaturrahim di wilayah Depok dan sekitarnya.. 613 tahun kemudian!
Depok, 20 Juli 2015

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here