Karakter Munafiq dalam QS. Al-Munafiquun ayat 5-8

0
113

Ustadz Noorahmat

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuhu.

Adik-adik MFT yang disayang Allah Ar Rahmaan…
Alhamdulillah kita bertemu kembali hari ini. Dalam kesempatan ini kita akan membahas kelanjutan tafsir dari QS Al Munafiquun. Surat ke 63 dan bagian dari Juz 28.

Mempersingkat tulisan, kita langsung saja ya….

Adik-adik yang dirahmati Allah Ar Rahiim, kita lanjutkan pembahasan QS Al Munafiquun, dengan menyampaikan ayat 5-8 dari surat ini…

Allah Azza wa Jalla berfirman

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah(beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, ” mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling, sedangkan mereka menyombongkan diri

سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar), “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang(Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الأعَزُّ مِنْهَا الأذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Mereka berkata, “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Adik-adik yang dirahmati Allah Azza wa Jalla…
Pada ayat ke-lima, Allah Ta’ala menceritakan perihal orang-orang munafik —semoga laknat Allah tertimpakan kepada mereka— bahwa mereka itu:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ…

Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, ” mereka membuang muka mereka…

Orang-orang munafiq ini menghalang-halangi dan berpaling dari apa yang dikatakan kepada mereka dengan perasaan sombong dan menghina. Karena itulah Allah Ta’ala sebutkan dalam penutup ayat ini:

…وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ.
…dan kamu lihat mereka berpaling, sedangkan mereka menyombong­kan diri.

Lalu bagaimana kelanjutannya? Apa petunjuk Allah Ta’ala atas sikap mereka ini?
Dalam ayat ke-enam Allah Ta’ala kemudian menjelaskan pembalasan atas sikap kemunafiqan itu.

سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Adik-adik….sikap yang dilaknat Allah Ta’ala ini penampakannya seperti apa sih?

Sikap itu adalah “Memalingkan muka seraya melirikkan pandangan matanya dengan pandangan yang sinis”…. mirip siapa ya? Hmmmmm

Nah adik-adik, ternyata semua ayat diatas ini memiliki keterkaitan erat dengan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul. Masih ingat kan siapa tokoh ini?

Ingin tahu kisahnya? Tapi agak detail dengan sumber periwayat kisahnya ya…. agar tidak dibilang hoax. Maklum zaman sekarang banyak khabar hoax berseliweran di WhatsApp…. eh 🙂

Begini kisahnya….
Ibnu Ishaq meriwayatkan kisah ini dari Muhammad bin Yahya bin Hibban, bahwa ketika Rasulullah SAW. berada di tempat Bani Musthaliq, seorang yang bernama Jahjah bin Sa’id Al-Ghifari berkelahi dengan Sinan bin Yazid, karena memperebutkan air.

Keduanya berdesakan untuk memperebutkan air dari suatu mata air, lalu keduanya berkelahi. Akhirnya Sinan berkata, “Hai orang-orang Anshar,” sedangkan Al-Jahjah berkata, “Hai orang-orang Muhajir.” Saat itu Zaid bin Arqam dan segolongan kaum Ansar berada bersama Abdullah bin Ubay bin Salul.

Ketika Abdullah bin Ubay mendengar hal tersebut, maka ia berkomentar, “Sesungguhnya mereka telah berani mengadakan pemberontakan di negeri kita. Demi Allah, perumpamaan kita dan sempalan orang-orang Quraisy ini (yakni Muhajirin) sama dengan peribahasa yang mengatakan ‘gemukkanlah anjingmu, maka ia akan memakanmu’. Demi Allah, sungguh jika kita kembali ke Madinah, orang-orang yang kuat benar-benar akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.” Kemudian Abdullah bin Ubay menghadap kepada orang-orang yang ada di dekatnya dari kalangan kaumnya, lalu berkata kepada mereka, “Inilah akibat dari perbuatan kalian, kalian telah mengizinkan mereka menempati negeri kalian, dan kalian telah merelakan harta kalian berbagi dengan mereka. Ingatlah, demi Allah, sekiranya kalian menghindari mereka, niscaya mereka akan berpindah dari kalian menuju ke negeri lain.”

Kemudian perkataan Abdullah bin Ubay itu terdengar oleh Zaid bin Arqam r.a yang kemudian melaporkannya kepada Rasulullah SAW. Saat itu Zaid bin Arqam masih berusia remaja seperti adik-adik sekalian…

Ketika Zaid bin Arqam r.a sampai kepada Rasulullah SAW, Umar bin Khattab r.a kebetulan juga sedang bersama Rasulullah SAW. Lalu Zaid bin Arqam r.a menceritakan kepada Rasulullah SAW apa yang telah dikatakan oleh Abdullah bin Ubay tadi. Maka Umar r.a berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkanlah kepada Abbad bin Bisyar agar memenggal kepala bin Salul.”

Rasulullah SAW menjawab: “Hai Umar, bagaimanakah jawabanmu apabila orang-orang mengatakan bahwa Muhammad telah membunuh temannya sendiri. Tidak, tetapi serukanlah, hai Umar, kepada orang-orang untuk segera berangkat (pulang)”

Ketika Abdullah bin Ubay menyadari bahwa ada yang sudah melaporkan kelakuannya kepada Rasulullah SAW, maka ia mendatangi Rasulullah SAW dan meminta maaf kepadanya serta bersumpah bahwa dia tidak mengatakan seperti apa yang dilaporkan oleh Zaid bin Arqam ra.

Pada saat itu Abdullah bin Ubay adalah seorang lelaki yang memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan kaumnya, maka mereka-pun kemudian mengatakan, “Wahai Rasulullah, barangkali anak remaja ini (yakni Zaid ibnu Arqam) hanya berilusi dan masih belum dapat menangkap pembicaraan yang dikatakan oleh seorang yang telah dewasa.”

Tetapi Rasulullah SAW kemudian pergi di tengah hari, yaitu di saat yang pada kebiasaannya beliau tidak pernah memerintahkan untuk berangkat (pulang dari wilayah Bani Musthalik ke Madinah). Lalu Usaid bin Hudair r.a datang menjumpai Rasulullah SAW dan mengucapkan salam penghormatan kenabian kepada Rasulullah SAW. Kemudian Usaid berkata, “Demi Allah, engkau memerintahkan berangkat di saat yang tidak disukai dan yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Tidakkah engkau mendengar apa yang telah dikatakan oleh Abdullah bin Ubay. Dia mengira bahwa apabila aku sampai di Madinah, maka orang yang kuat akan mengusir orang yang lemah daripadanya”

Usaid bin Hudair r.a. kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, engkaulah orang yang kuat dan dia adalah orang yang hina (kalah).” Kemudian Usaid berkata pula, “Wahai Rasulullah, kasihanilah dia. Demi Allah, sesungguhnya ketika Allah mendatangkan engkau, sesungguhnya kami benar-benar telah menguntai manikam guna memahkotainya (menjadi pemimpin kami). Dan sesungguhnya dia memandang bahwa engkau telah merebut kerajaan itu dari tangannya.”

Kemudian Rasulullah SAW membawa pasukan muslim berjalan hingga petang hari dan dilanjutkan pada malam harinya hingga pada pagi hari dan matahari meninggi hingga panasnya mulai terasa. Setelah itu Rasulullah SAW memerintahkan kepada pasukan muslim untuk turun istirahat, untuk mengalihkan perhatian mereka dari topik pembicaraan yang sedang menghangat di kalangan mereka. Maka begitu orang-orang menyentuh tanah, mereka langsung tidur karena kecapaian.

Nah adik-adik…..di tempat itulah Allah Azza wa Jalla mewahyukan surat Al-Munafiqun yang sedang kita bahas disini….

Adik-adik MFT yang dirahmati Allah Ar Rahmaan…
Kisah di atas yang mengiringi QS Al Munafiquun ini memberikan gambaran mengenai aktifitas kemunafiqan yang suka mengadu domba ditengah-tengah Ummat Islam.  Masih segar dalam ingatan kita mengenai upaya-upaya memecah soliditas Ummat Islam di negeri ini yang dilakukan sebagian orang yang mengaku muslim namun secara dzhahir kita bisa melihat kedengkian mereka kepada persatuan Ummat.

Semoga materi hari ini bisa menjadi wasilah bagi kita semua agar Allah Azza wa Jalla melindungi kita dari sifat-sifat kemunafiqan.

Wassalam

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here