Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

0
43

📆 Senin, 06 Shafar 1438 H/07 November 2016

📕 Akhlak

📝 Ustadz Muhar Nur Abdy

============================
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃

Assalamu’alaikum adik-adik..
Ketemu lagi sama Senin nih..😊
Sehat dan Semangat teruss ya adik-adik..

So, kita lanjut nih, materi Akhlaknya..
Kita masih ngebahas tentang Meneladani Akhlak Rasulullah SAW..

Dalam diri Nabi SAW terdapat akhlak-akhlak yang mulia sehingga beliau menjadi teladan yang baik bagi ummatnya. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah hasanah (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Akhlak yang mulia menjadi kunci keberhasilan beliau membangun bangsa dari kenistaan ke martabat yang tinggi. Akhlak-akhlak beliau bisa kita ketahui dari banyak referensi, utamanya kitab-kitab syamail (kitab yang membahas tentang sifat, bentuk fisik dan akhlak Nabi), seperti Syamail At-Tirmidzi, Syamail As-Suyuthi dan sebagainya. Membaca kisah Nabi SAW kian lama kian mengasyikkan dan tidak membuat bosan. Semakin kita mengenal Nabi, semakin banyak kita mengenal keistimewaan yang ada padanya. Dengan mengetahui keistimewaan tersebut kita akan bertambah cinta dan ta’at menjalankan sunnah-sunnahnya. Jika sebuah pepatah “tak kenal maka tak sayang” itu menjadi pijakan kita, maka tak salah kalau kita harus membaca biografi beliau secara tuntas hingga akhirnya kita dapat meneladani dan mencintai sunnah-sunnah yang beliau lakukan setiap hari. Bagi seorang muslim, Nabi SAW adalah sumber teladan utama yang patut diikuti. Karena sunnah-sunnahnya mengajari umatnya bagaimana meneguhkan iman dan taqwa, bersabar dalam setiap musibah, bersyukur ketika mendapatkan anugerah, bersikap ridha dan tawakal dalam setiap urusan, bertindak jujur dalam segenap keadaan, serta berjiwa ikhlas dalam beramal.

© Akhlak Rasulullah SAW.

Para ulama banyak menulis tentang masalah ini. Berikut ini adalah sebagian dari akhlak Nabi SAW :

® Suka memaafkan dan tidak suka membalas kejelekan orang lain.

Diriwayatkan bahwa waktu perang Uhud, wajah Nabi SAW terluka dan gigi raba’iyah (gigi yang terletak antara gigi seri dan gigi taring)nya patah. Para sahabat merasa berat melihat hal itu. Mereka berkata: “Hendaknya engkau berdoa agar mereka celaka!.” Nabi SAW berkata: “Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai orang yang suka melaknat. Aku diutus sebagai juru dakwah dan sebagai rahmat. Wahai Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (Asy-Syifa bii Ta’rifi Huquq Al-Musthafa, Qadhi Iyadh, Juz 1 hal. 105)

Sikap pemaafnya juga tergambar jelas saat berdakwah di Makkah pada awal Islam. Sikap ini perlu ditiru oleh kaum muslimin. Hanya saja, kadang-kadang memberi maaf cukup dilakukan oleh hati tanpa diucapkan dengan kata-kata agar orang yang bersalah tidak mengulangi kesalahannya lagi.

® Dermawan.

Nabi SAW ketika dimintai sesuatu maka beliau pasti memberi jika ada yang diberikan. Jika tidak ada maka beliau diam. Berdasarkan riwayat ini, orang yang dimintai sesuatu tetapi tidak mungkin memenuhinya maka ia disunnahkan untuk diam agar orang yang meminta tidak malu. Jika orang yang meminta tidak memahami bahasa diamnya, maka ia perlu menegaskan penolakannya dengan kata-kata. (Asy-Syamail Asy-Syarifah, As-Suyuthi, hal 247)

® Menerima hadiah sekecil apapun dan membalasnya.

Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAW menerima hadiah dan membalasnya. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Ummu Fadhli mengirim air susu dalam sebuah wadah kepada Nabi SAW saat beliau melakukan wukuf di Arafah, dan beliau meminumnya. (Ithaf As-Sadah Al-Muttaqin, Az-Zabadi, Juz 7 hal. 99)

® Hidup sederhana dan tidak mau menyusahkan diri sendiri.

Nabi SAW memerah kambing, mengikat dan memberi makan unta, menyapu rumah, membersihkan pakaian, membawa barang belanja dari pasar, makan apa adanya dan berpakaian seadanya. (Madarij As-Su’ud, Nawawi Al-Bantani, hal 54. Ihya ‘Ulumuddin, Al-Ghazali, Juz 3 hal. 366, 372)

® Bergaul dengan baik

Nabi SAW memenuhi undangan walimah, menjenguk orang sakit, mengiring jenazah, duduk dan makan bersama fakir miskin, menyambung tali kekerabatan, rendah hati dan kadang-kadang bercanda. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang nenek datang kepada Nabi SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkan aku ke dalam surga!.” Nabi SAW berkata: “Hai ibu si Fulan, sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek-nenek!.” Wanita itu pergi sambil menangis. Lalu Nabi SAW berkata kepada para sahabat: “Katakan kepada wanita itu bahwa ia tidak masuk surga dalam keadaan nenek-nenek (karena akan dimudakan umurnya menjadi perawan).” (Ihya ‘Ulumuddin, Al-Ghazali, Juz 3 hal. 356-359. Asy-Syamil, At-Tirmidzi hal. 199)

© Jangan sampai salah Idola ya adik-adik..

Kemajuan teknologi dan globalisasi yang tidak dibarengi dengan ketakwaan dan ilmu agama yang kuat, akan menimbulkan krisis akhlak dan moral yang berkepanjangan. Banyak remaja muslim yang kurang atau tidak mengenal Nabinya. Di antara akibatnya adalah mereka memilih idola yang tidak semestinya diidolakan. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor penyebab di samping faktor di atas, di antaranya:

Mengikuti atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang menjadi trend saat itu.Tidak adanya tokoh yang bisa menjadi panutan pada saat itu. Perpecahan kaum muslimin yang berbeda-beda kepentingan.

Adalah sangat disayangkan jika kemudian orang-orang memandang sebelah mata lalu menyalahkan para remaja dan pemuda yang melakukan kesalahan di atas, tanpa melihat latar belakang mereka melakukan kesalahan itu. Banyak pihak yang mungkin dipersalahkan dalam hal ini. Tak ada asap jika tak ada api. Kata yang tepat yang tidak menyinggung perasaan semua pihak dalam masalah ini adalah lepas kontrol. Lepas kontrol terhadap diri sendiri, terhadap anak, terhadap murid dan terhadap lingkungan merupakan penyebab mengapa para remaja begitu mudah terbawa arus, malu mempertahankan sunnah Nabi SAW dan bangga jika telah menyesuaikan diri dengan trend saat itu. Untuk mengatasinya, tak cukup hanya dengan memperbanyak ceramah atau mauidhah. Harus ada pengamalan sunnah Nabi SAW secara nyata oleh berbagai pihak, utamanya orang-orang yang memiliki massa atau pengikut. Dan telah maklum, bahwa seseorang tidak mungkin mengikuti sunnah Nabi SAW secara sempurna, ia hanya diperintahkan untuk melakukan semampunya.

© Dan pada akhirnya..

Dalam tiap masa dan tiap generasi, selalu ada dua sisi dalam kehidupan: sisi terang yang diperankan oleh aktor protagonis dan sisi gelap yang diperankan oleh aktor antagonis. Pada masa Nabi Dawud AS muncul raja Jalut, pada masa Nabi Musa AS muncul raja Firaun, pada masa Nabi Muhammad SAW muncul Abu Jahal beserta sekutunya di Makkah dan Abdullah bin Ubay beserta sekutunya di Madinah. Begitu juga masa sekarang. Ini telah menjadi sunnatullah. Jadi, hidup adalah pilihan. Jika bisa berperan sebagai aktor protagonis dengan mengamalkan akhlak yang baik, mengapa kita mau memerankan peran antagonis dengan mengamalkan akhlak yang buruk?

Wallaahua’alamu bisshawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here