๐ Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐
4โฃ Pergi menuju lapangan untuk shalat Id
Shalat hari raya di lapangan adalah sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, karena Beliau tidak pernah shalat Id, kecuali di lapangan (mushalla). Namun, jika ada halangan seperti hujan, lapangan yang berlumpur atau becek, tidak mengapa dilakukan di dalam masjid. Dikecualikan bagi penduduk Mekkah, shalat Id di Masjidil Haram adalah lebih utama.
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏ ูุฌูุฒ ุฃู ุชุคุฏู ูู ุงูู ุณุฌุฏุ ูููู ุฃุฏุงุกูุง ูู ุงูู ุตูู ุฎุงุฑุฌ ุงูุจูุฏ ุฃูุถู ู ุง ูู ููู ููุงู ุนุฐุฑ ูู ุทุฑ ููุญูู ูุงู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ูุงู ูุตูู ุงูุนูุฏูู ูู ุงูู ุตูู ููู ูุตู ุงูุนูุฏ ุจู ุณุฌุฏู ุฅูุง ู ุฑุฉ ูุนุฐุฑ ุงูู ุทุฑ
Shalat Id boleh dilakukan di dalam masjid, tetapi melakukannya di mushalla (lapangan) yang berada di luar adalah lebih utama, hal ini selama tidak ada โudzur seperti hujan dan semisalnya, karena Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam shalat dua hari raya di lapangan, tidak pernah Beliau shalat di masjidnya kecuali sekali karena adanya hujan. (Fiqhus Sunnah, 1/318)
Maksud dari โmushallaโ adalah:
ู ูุถุน ุจุจุงุจ ุงูู ุฏููุฉ ุงูุดุฑูู
Lapangan di pintu Madinah sebelah timur. (Ibid, cat kaki. No. 2)
Imam An Nawawi menjelaskan:
ุฃู ุง ุงูุงุญูุงู ููุงู ุงุตุญุงุจูุง ุชุฌูุฒ ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏ ูู ุงูุตุญุฑุงุก ูุชุฌูุฒ ูู ุงูู ุณุฌุฏ ูุงู ูุงู ุจู ูุฉ ูุงูู ุณุฌุฏ ุงูุญุฑุงู ุฃูุถู ุจูุง ุฎูุงู
Ada pun masalah hukum-hukumnya, sahabat-sahabat kami (Syafiโiyah) mengatakan bolehnya shalat โId di lapangan dan bolehnya di masjid. Jika di Mekkah, maka Masjidil Haram adalah lebih utama, tanpa diperdebatkan lagi. (Al Majmuโ Syarh Al Muhadzdzab, 5/5)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu โAnhu, katanya:
ุฃูููููู ุฃูุตูุงุจูููู ู ู ูุทูุฑู ููู ููููู ู ุนููุฏู ููุตููููู ุจูููู ู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุตูููุงุฉู ุงููุนููุฏู ููู ุงููู ูุณูุฌูุฏู
Bahwasanya mereka ditimpa hujan pada hari raya, maka Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam shalat Id bersama mereka di masjid. (HR. Abu Daud No. 1160, Ibnu Majah No. 1313, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1094, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 6051, juga As Sunan Ash Shughra No. 732)
Adapun kalangan Syafiโiyah, lebih mengutamakan di masjid jika masjid itu mampu menampung semua jamaah satu daerah, jika tidak, maka di lapangan lebih baik.
Imam Abu Ishaq Asy Syirazi Rahimahullah menuliskan:
ูุฅู ูุงู ุงูู ุณุฌุฏ ูุงุณุนุง ูุงูู ุณุฌุฏ ุฃูุถู ู ู ุงูู ุตูู ูุงู ุงูุฃุฆู ุฉ ูู ูุฒุงููุง ูุตููู ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏ ุจู ูุฉ ูู ุงูู ุณุฌุฏ ููุงู ุงูู ุณุฌุฏ ุฃุดุฑู ูุฃูุธู ูุงู ุงูุดุงูุนู ุฑุญู ู ุงููู ูุฅู ูุงู ุงูู ุณุฌุฏ ูุงุณุนุง ูุตูู ูู ุงูุตุญุฑุงุก ููุง ุจุฃุณ ูุฅู ูุงู ุถููุง ูุตูู ููู ููู ูุฎุฑุฌ ุฅูู ุงูู ุตูู ูุฑูุช ูุงูู ุฅุฐุง ุชุฑู ุงูู ุณุฌุฏ ูุตูู ูู ุงูุตุญุฑุงุก ูู ููู ุนูููู ุถุฑุฑ ูุฅุฐุง ุชุฑู ุงูุตุญุฑุงุก ูุตูู ูู ุงูู ุณุฌุฏ ุงูุถูู ุชุฃุฐูุง ุจุงูุฒุญุงู ูุฑุจู ุง ูุงุช ุจุนุถูู ุงูุตูุงุฉ ููุฑู
Jika masjid itu luas, maka shalat di dalamnya lebih utama dibanding di lapangan. Karena para imam senantiasa melakukan shalatnya di Mekkah di dalam masjid, juga karena masjid itu lebih mulia dan lebih bersih. Imam Asy Syafiโi berkata: โJika masjid itu luas maka shalat di lapangan tidak apa-apa, jika masjidnya sempit maka shalatlah di lapangan. Jika ada yang tidak keluar menuju lapangan maka itu dibenci (makruh), karena jika mereka meninggalkan masjid dan shalat di lapangan, tidak akan terjadi dharar (kerusakan). Jika mereka meninggalkan lapangan, dan shalat di masjid yang sempit, maka hal itu akan mengganggu mereka dengan berdesak-desakan, bisa jadi di antara mereka ada yang luput shalatnya, dan hal itu menjadi makruh. (Al Muhadzdzab, 1/118)
Dalam Syarah terhadap kitab Al Muhazdzab-nya Imam Abu Ishaq, Imam An Nawawi memberikan rincian sebagai berikut:
– Shalat Id di Masjidil Aqsha, menurut Al Bandaniji dan Ash Shaidalani, lebih utama dibanding di lapangan. Jumhur tidak ada yang menolaknya, namun yang benar adalah bahwa mereka menyamakan secara mutlak bahwa Al Aqsha sama dengan masjid lainnya.
– Jika di negeri selain itu, maka jika mereka memiliki halangan untuk keluar ke lapangan, maka tidak ada perbedaan pendapat bahwa mereka diperintahkan shalat Id di masjid. Udzur tersebut seperti hujan, dingin, rasa takut, dan semisalnya.
– Jika tidak ada udzur, dan masjidnya sempit, maka tidak ada perbedaan pendapat bahwa di lapangan lebih afdhal.
– Jika masjid luas, tapi tidak ada udzur, maka ada dua pendapat:
Pertama, yang shahih adalah yang tertera dalam Al Umm, dan merupakan pendapat Al Mushannif (maksudnya Imam Abu Ishaq Asy Syirazi), mayoritas ulama Iraq, Al Baghawi, dan selain mereka, bahwa shalat di masjid lebih afdhal.
Kedua, yang shahih menurut komunitas ulama khurasan bahwa shalat di lapangan lebih afdhal, karena Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam selalu melakukannya di lapangan.
Golongan yang pertama memberikan jawaban, bahwa dahulu shalat di lapangan lantaran masjid berukuran sempit sedangkan manusia yang keluar sangat banyak, maka yang lebih benar adalah di masjid. Demikian uraian Imam An Nawawi. (Lihat semua dalam Al Majmuโ Syarh Al Muhadzdzab, 5/5)
Jadi, jika dilihat perbedaan ini, nampak bahwa yang terpenting adalah tertampungnya jamaah shalat Id dalam tempat shalat. Itulah esensinya, kalangan Syafiโiyah bukan menolak shalat Id di lapangan sebagaimana penjelasan tokoh-tokoh mereka, sebagaimana memang itu yang dicontohkan nabi, tetapi mereka melihat pada maksudnya, yaitu karena manusia begitu banyak sedangkan kapasitas masjid tidak cukup. Nah, untuk zaman ini rasio umat Islam dan jumlah masjidnya tidak seimbang, umumnya memang masjid tidak mampu menampung membludaknya jamaah โdan ini yang biasa terjadi- maka, saat itu di lapangan lebih afdhal.
5โฃ Dianjurkan kaum wanita dan anak-anak keluar ke lapangan
Mereka dianjurkan untuk keluar karena memang ini adalah hari raya yang mesti disambut dengan suka cita oleh siapa saja.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
ูุดุฑุน ุฎุฑูุฌ ุงูุตุจูุงู ูุงููุณุงุก ูู ุงูุนูุฏูู ููู ุตูู ู ู ุบูุฑ ูุฑู ุจูู ุงูุจูุฑ ูุงูุซูุจ ูุงูุดุงุจุฉ ูุงูุนุฌูุฒ ูุงูุญุงุฆุถ
Dianjurkan keluarnya anak-anak dan kaum wanita pada dua hari raya menuju lapangan, tanpa ada perbedaan, baik itu gadis, dewasa, pemudi, tua renta, dan juga wanita haid. (Fiqhus Sunnah, 1/318)
Ummu โAthiyah Radhiallahu โAnha berkata:
ุฃูู ูุฑูููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฃููู ููุฎูุฑูุฌูููููู ููู ุงููููุทูุฑู ููุงููุฃูุถูุญูู ุงููุนูููุงุชููู ููุงููุญููููุถู ููุฐูููุงุชู ุงููุฎูุฏููุฑู ููุฃูู ููุง ุงููุญููููุถู ููููุนูุชูุฒููููู ุงูุตููููุงุฉู ููููุดูููุฏููู ุงููุฎูููุฑู ููุฏูุนูููุฉู ุงููู ูุณูููู ูููู ููููุชู ููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ุฅูุญูุฏูุงููุง ููุง ููููููู ููููุง ุฌูููุจูุงุจู ููุงูู ููุชูููุจูุณูููุง ุฃูุฎูุชูููุง ู ููู ุฌูููุจูุงุจูููุง
Kami diperintahkan Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan idul Adha. Ada pun wanita haid, mereka terpisah dari tempat shalat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: โWahai Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab.โ Beliau menjawab: โHendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya.โ (HR. Bukhari No. 324, dan Muslim No. 890, dan ini lafaznya Imam Muslim)
Hikmahnya adalah โselain agar mereka bisa mendapatkan kebaikan dan doa kaum muslimin- juga sebagai momen bagi kaum wanita dan anak-anak untuk mendapatkan pelajaran dan nasihat agama. Hal ini ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas Radhiallahu โAnhuma, ketika dahulu masih kecil, katanya:
ุฎูุฑูุฌูุชู ู ูุนู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููู ู ููุทูุฑู ุฃููู ุฃูุถูุญูู ููุตููููู ุซูู ูู ุฎูุทูุจู ุซูู ูู ุฃูุชูู ุงููููุณูุงุกู ููููุนูุธูููููู ููุฐููููุฑูููููู ููุฃูู ูุฑูููููู ุจูุงูุตููุฏูููุฉู
Saya keluar bersama Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, Beliau shalat, kemudian berkhutbah, lalu mendatangi kaum wanita dan memberikan nasihat kepada mereka, memberikan peringatakan dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. (HR. Bukhari No. 975)
Namun, hendaknya keluarnya kaum wanita tetap menjaga akhlak dan adab berpakaian yang dibenarkan syariat, tidak berpakaian dan berhias seperti orang kafir, tidak menampakkan lekuk tubuh, menutup aurat secara sempurna, tidak mencolok, dan menjauhi wangi-wangian.
Tertulis di dalam Al Mausuโah:
ุฃูู ููุง ุงูุชููููุจููุฑู ููู ุนููุฏู ุงููููุทูุฑู ููููุฑูู ุฌูู ููููุฑู ุงููููููููุงุกู ุฃูููููู ููููุจููุฑู ููููู ุฌูููุฑูุง ููุงุญูุชูุฌูููุง ุจููููููููู ุชูุนูุงููู : { ููููุชูููุจููุฑููุง ุงูููููู ุนูููู ู ูุง ููุฏูุงููู ู } ููุงู ุงุจููู ุนูุจููุงุณู : ููุฐูุง ููุฑูุฏู ููู ุนููุฏู ุงููููุทูุฑู ุจูุฏููููู ุนูุทููููู ุนูููู ูููููู ุชูุนูุงููู : { ููููุชูููู ููููุง ุงููุนูุฏููุฉู } ููุงููู ูุฑูุงุฏู ุจูุฅูููู ูุงู ุงููุนูุฏููุฉู ุจูุฅูููู ูุงู ุตูููู ู ุฑูู ูุถูุงูู
Ada pun pada Idul Fitri jumhur (mayoritas) fuqaha memandang bahwa bertakbir dilakukan dengan suara dikeraskan. Mereka berdalil dengan firman Allah Taโala: โhendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,โ berkata Ibnu Abbas: ayat ini berbicara tentang Idul Fitri karena kaitannya dengan firmanNya: โDan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya,โ maksudnya dengan menyempurnakan jumlahnya, dengan menggenapkan puasa Ramadhan. (Al Mausuโah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 13/213)
Ada pun kalangan Hanafiyah mereka menganjurkan bertakbir secara disirr-kan, pada hari raya Idul Fitri. Berikut ini keterangannya:
ููุฐูููุจู ุฃูุจูู ุญููููููุฉู ุฅูููู ุนูุฏูู ู ุงููุฌูููุฑู ุจูุงูุชููููุจููุฑู ููู ุนููุฏู ุงููููุทูุฑู ูุฃูููู ุงูุฃูุตูู ููู ุงูุซููููุงุกู ุงูุฅูุฎูููุงุกู ูููููููููู ุชูุนูุงููู {ููุงุฐูููุฑู ุฑูุจูููู ููู ููููุณููู ุชูุถูุฑููุนูุง ููุฎููููุฉู ููุฏูููู ุงููุฌูููุฑู ู ููู ุงููููููู } ูููููููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฎูููุฑู ุงูุฐููููุฑู ุงููุฎูููููู. ูููุฃูููููู ุฃูููุฑูุจู ู ููู ุงูุฃูุฏูุจู ููุงููุฎูุดููุนู ุ ููุฃูุจูุนูุฏู ู ููู ุงูุฑููููุงุกู
Pendapat Abu Hanifah adalah takbir tidak dikeraskan saat Idul Fitri, karena pada asalnya pujian itu mesti disembunyikan, karena Allah Taโala berfirman: โdan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,โ dan sabda Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam: โSebaik-baiknya dzikir adalah yang tersembunyi.โ Karena hal itu lebih dekat dengan adab, khusyuโ, dan lebih jauh dari riyaโ. (Al Mausuโah, 13/214)
6โฃ Shalat Hari Raya
Dalam hal ini Allah Taโala berfirman:
ููุตูููู ููุฑูุจูููู ููุงููุญูุฑู
โMaka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.โ (QS. Al Kautsar: 2)
๐ Shalat Idul Adha (juga Idhul Fitri) adalah sunah muakadah.
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
ุดุฑุนุช ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏูู ูู ุงูุณูุฉ ุงูุงููู ู ู ุงููุฌุฑุฉุ ููู ุณูุฉ ู ุคูุฏุฉ ูุงุธุจ ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุนูููุง ูุฃู ุฑ ุงูุฑุฌุงู ูุงููุณุงุก ุฃู ูุฎุฑุฌูุง ููุง.
Disyariatkannya shalat โIdain (dua hari raya) pada tahun pertama dari hijrah, dia adalah sunah muakadah yang selalu dilakukan oleh Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, Beliau memerintahkan kaum laki-laki dan wanita untuk keluar meramaikannya. (Fiqhus Sunnah, 1/317)
Ada pun kalangan Hanafiyah berpendapat wajib, tetapi wajib dalam pengertian madzhab Hanafi adalah kedudukan di antara sunah dan fardhu.
Disebutkan dalam Al Mausuโah:
ุตููุงูุฉู ุงููุนููุฏููููู ููุงุฌูุจูุฉู ุนูููู ุงููููููู ุงูุตููุญููุญู ุงููู ูููุชูู ุจููู ุนูููุฏู ุงููุญููููููููุฉู – ููุงููู ูุฑูุงุฏู ู ููู ุงููููุงุฌูุจู ุนูููุฏู ุงููุญููููููููุฉู : ุฃูููููู ู ูููุฒูููุฉู ุจููููู ุงููููุฑูุถู ููุงูุณูููููุฉู – ููุฏููููู ุฐููููู : ู ูููุงุธูุจูุฉู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุนูููููููุง ู ููู ุฏูููู ุชูุฑูููููุง ูููููู ู ูุฑููุฉู
Shalat โIdain (dua hari raya) adalah wajib menurut pendapat yang shahih yang difatwakan oleh kalangan Hanafiyah โmaksud wajib menurut madzhab Hanafi adalah kedudukan yang setara antara fardhu dan sunah. Dalilnya adalah begitu bersemangatnya Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam melakukannya, Beliau tidak pernah meninggalkannya sekali pun. (Al Mausuโah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 27/240)
Sedangkan Syafiโiyah dan Malikiyah menyatakan sebagai sunah muakadah, dalilnya adalah karena Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam pernah ditanya oleh orang Arab Badui tentang shalat fardhu, Nabi menyebutkan shalat yang lima.
Lalu Arab Badui itu bertanya:
ููู ุนูููููู ุบูููุฑูููููู ุ ููุงู ูุงู ุ ุฅููุงูู ุฃููู ุชูุทููููุนู
Apakah ada yang selain itu? Nabi menjawab: โTidak ada, kecuali yang sunah.โ (HR. Bukhari No. 46)
Bukti lain bahwa shalat โIdain itu sunah adalah shalat tersebut tidak menggunakan adzan dan iqamah sebagaimana shalat wajib lainnya. Shalat tersebut sama halnya dengan shalat sunah lainnya tanpa adzan dan iqamah, seperti dhuha, tahajud, dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa shalat โIdain adalah sunah.
Sedangkan Hanabilah mengatakan fardhu kifayah, alasannya adalah karena firman Allah Taโala menyebutkan shalat tersebut dengan kalimat perintah: โMaka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.โ (QS. Al Kautsar: 2). Juga karena Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam selalu merutinkannya. (Ibid, 27/240)
7โฃ Mendengarkan Khutbah Hari Raya
Berkhutbah hari raya adalah sunah menurut jumhur ulama, mendengarkannya juga sunah.
Syaikh Sayyid Sabiq menerangkan:
ุงูุฎุทุจุฉ ุจุนุฏ ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏ ุณูุฉ ูุงูุงุณุชู ุงุน ุฅูููุง ูุฐูู
Khutbah setelah shalat โId adalah sunah, mendengarkannya juga begitu. (Fiqhus Sunnah, 1/321)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah menjelaskan:
ุชุณู ุนูุฏ ุงูุฌู ููุฑ ูุชูุฏุจ ุนูุฏ ุงูู ุงูููุฉ ุฎุทุจุชุงู ููุนูุฏ ูุฎุทุจุชู ุงูุฌู ุนุฉ ูู ุงูุฃุฑูุงู ูุงูุดุฑูุท ูุงูุณูู ูุงูู ูุฑููุงุชุ ุจุนุฏ ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏ ุฎูุงูุงู ููุฌู ุนุฉุ ุจูุง ุฎูุงู ุจูู ุงูู ุณูู ูู
Disunahkan menurut mayoritas ulama, dan dianjurkan menurut Malikiyah dua khutbah pada saat hari raya, sebagaimana khutbah Jumat dalam hal rukun, syarat, sunah, dan makruhnya, dilakukan setelah shalat Id, berbeda cara dengan shalat Jumat, tidak ada perselihan pendapat di antara kaum muslimin dalam hal ini. (Al Fiqhu Al Islami wa Adillatuhu, 2/528)
Maka, di sisi khatib, sangat dianjurkan agar khatib memberikan khutbah semenarik mungkin agar jamaah tidak pulang. Sebab, di sisi lain mereka berhak untuk itu, karena memang itu sunah, dan mereka pun sudah shalat โId. Berbeda dengan shalat Jumat, mereka tidak mungkin pulang ketika mendengarkan khutbah, karena shalatnya belum dilaksanakan. Di sisi jamaah, hendaknya mereka mau bersabar dan menyimak khutbah saat itu, yang dengan itu mudah-mudahan Allah Taโala memberikan manfaat melalui lisan sang khathib.
Dari Abdullah bin As Saaโib Radhiallahu โAnhu, katanya:
ุดูููุฏูุชู ู ูุนู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุงููุนููุฏู ููููู ููุง ููุถูู ุงูุตููููุงุฉู ููุงูู ุฅููููุง ููุฎูุทูุจู ููู ููู ุฃูุญูุจูู ุฃููู ููุฌูููุณู ููููุฎูุทูุจูุฉู ููููููุฌูููุณู ููู ููู ุฃูุญูุจูู ุฃููู ููุฐูููุจู ููููููุฐูููุจู
โSaya menghadiri shalat โId bersama Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam, ketika shalat sudah selesai, beliau bersabda: โKami akan berkhutbah, jadi siapa saja yang mau duduk mendengarkan khutbah maka duduklah, dan yang ingin pergi, pergilah!โ (HR. Abu Daud No. 1155, Ad Daruquthni, 2/50, Alaudin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul โUmmal No. 24097 , Ath Thahawi, Musykilul Aatsar No. 3160. Syaikh Al Albani menshahihkannya. Lihat Shahihul Jamiโ No. 2289)
Hadits ini menunjukkan dengan tegas bahwa mendengarkan khutbah bukan kewajiban, tetapi sunah. Namun, muslim yang baik, yang mengakui cinta Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam tidak pantas meninggalkan sunah nabi, pada saat dia mampu menjalankannya.
Syaikh Abdul Muhsin Al โAbbad berkata:
ูุนูู ูุฐุง ูุงูุญุถูุฑ ููุฎุทุจุฉ ููุณ ุจูุงุฒู ุ ูู ู ุฃุฑุงุฏ ุฃู ูุญุถุฑ ุญุถุฑุ ูู ู ุฃุฑุงุฏ ุฃู ููุตุฑู ุจุนุฏ ุฃู ูุตูู ููู ุฃู ููุตุฑูุ ูุงูู ูู ูู ุงูุตูุงุฉุ ูุจุนุถ ุฃูู ุงูุนูู ุงุณุชุฏู ุจูุฐุง ุนูู ุฃู ุงูุฎุทุจุฉ ูู ุงูุนูุฏูู ููุณุช ุจูุงุฌุจุฉุ ูุฅูู ุง ูู ู ุณุชุญุจุฉ
Atas dasar ini, maka hadir untuk mendengarkan khubah bukanlah yang mesti, jadi barang siapa yang ingin menghadirinya maka hadirilah, dan siapa yang ingin berpaling setelah shalat maka hendaknya dia pergi, yang penting adalah shalatnya. Sebagiannulama berdalil dengan hadits ini bahwa khutbah pada dua hari raya bukanlah wajib, itu hanyalah sunah. (Syarh Sunan Abi Daud, 6/464)
8โฃ Berangkat dan Pulang melewati jalan yang berbeda
Sunah ini diterangkan dalam berbagai riwayat. Di antaranya:
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu โAnhuma, katanya:
ููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฅูุฐูุง ููุงูู ููููู ู ุนููุฏู ุฎูุงูููู ุงูุทููุฑูููู
Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam jika keluar pada hari Id akan menempuh jalan yang berbeda. (HR. Bukhari No. 986)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu โAnhu, katanya:
ูุงู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู ูุงู ุฅุฐุง ุฎุฑุฌ ุฅูู ุงูุนูุฏูู ุฑุฌุน ูู ุบูุฑ ุงูุทุฑูู ุงูุฐู ุฎุฑุฌ ููู
Dahulu Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam jika keluar menuju shalat dua hari raya, pulangnya menempuh jalan yang berbeda dengan keluarnya. (HR. Ahmad No. 8454, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1099, Al Baihaqi dalam As Sunan Ash Shughra No. 727, Ibnu Khuzaimah No. 1468)
Imam At Tirmidzi juga meriwayatkan dengan lafaz:
ููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฅูุฐูุง ุฎูุฑูุฌู ููููู ู ุงููุนููุฏู ููู ุทูุฑูููู ุฑูุฌูุนู ููู ุบูููุฑููู
Dahulu Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam jika keluar pada hari raya menempuh sebuah jalan, pulangnya dia melewati jalan yang lain. (HR. At Tirmidzi No. 541, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jamiโ No. 4710)
Imam At Tirmidzi mengomentari hadits ini:
ููููุฏู ุงุณูุชูุญูุจูู ุจูุนูุถู ุฃููููู ุงููุนูููู ู ููููุฅูู ูุงู ู ุฅูุฐูุง ุฎูุฑูุฌู ููู ุทูุฑูููู ุฃููู ููุฑูุฌูุนู ููู ุบูููุฑููู ุงุชููุจูุงุนูุง ููููุฐูุง ุงููุญูุฏููุซู ูููููู ูููููู ุงูุดููุงููุนูููู
Sebagian ulama menyunahkan bagi imam jika keluar melewati sebuah jalan, hendaknya pulang melalui jalan lain, untuk mengikuti hadits ini. Ini adalah pendapat Asy Syafiโi. (Sunan At Tirmidzi No. 541)
Namun, secara zahir hadits ini tidak menunjukkan kekhususan untuk imam. Oleh karenanya, mesti dipahami bahwa kesunahan ini berlaku secara umum, bagi imam, juga selain imam.
Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri menjelaskan:
ูุงู ุฃุจู ุงูุทูุจ ุงูุณูุฏู ุงูุธุงูุฑ ุฃูู ุชุดุฑูุน ุนุงู ููููู ู ุณุชุญุจุง ููู ุฃุญุฏ ููุง ุชุฎุตูุต ุจุงูุฅู ุงู ุฅูุง ุฅุฐุง ุธูุฑ ุฃูู ูู ุตูุญุฉ ู ุฎุตูุตุฉ ุจุงูุฃุฆู ุฉ ููุท
Berkata Abu Thayyib As Sindi: yang benar adalah bahwa pensyariatannya adalah umum, maka hal ini menjadi sunah bagi setiap orang tidak dikhususkan bagi imam saja, kecuali jika ada kejelasan adanya maslahat khusus terkait dengan para imam saja. (Tuhfah Al Ahwadzi, 3/78)
Al Hafizh Ibnu Hajar mengoreksi informasi apa yang ditulis Imam At Tirmidzi tentang pendapat Imam Asy Syafiโi yang katanya sunah bagi imam saja, kata Al Hafizh:
ูุงูุฐู ูู ุงูุฃู ุฃูู ูุณุชุญุจ ููุฅู ุงู ูุงูู ุฃู ูู ูุจู ูุงู ุฃูุซุฑ ุงูุดุงูุนูุฉ
Dan, yang ada di dalam Al Umm, bahwa Beliau (Asy Syafiโi) menyunahkan bagi imam dan maโmum sekaligus, dan ini merupakan pendapat mayoritas Syafiโiyah. (Fathul Bari, 2/472)
Syaikh Al Mubarkafuri menambahkan:
ูุจุงูุชุนู ูู ูุงู ุฃูุซุฑ ุฃูู ุงูุนูู ุงูุชูู ููุช ูุจุงูุชุนู ูู ูุงู ุงูุญูููุฉ ุฃูุถุง
Dan, mayoritas ulama berpendapat bahwa hal ini berlaku umum. Aku berkata: โuntuk umumโ juga pendapat Hanafiyah. (Tuhfah Al Ahwadzi, 3/79)
๐Apa hikmahnya disunahkan menempuh jalan berbeda?
Tidak ada keterangan dalam As Sunah tentang alasan kenapa Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam melakukan hal ini. Oleh karenanya, terjadi beragam tafsir dari para ulama tentang maksudnya, sampai lebih dari 20 pendapat.
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan:
ููุฏ ุงุฎุชูู ูู ู ุนูู ุฐูู ุนูู ุฃููุงู ูุซูุฑุฉ ุงุฌุชู ุน ูู ู ููุง ุฃูุซุฑ ู ู ุนุดุฑูู
Telah terjadi perselisihan tentang makna hal ini dengan perselisihan yang banyak, saya telah mengumpulkan pendapat-pendapat itu, di antaranya lebih dari 20 pendapat. (Fathul Bari, 2/473)
Di antara mereka ada yang mengatakan; untuk saling mengunjungi satu sama lain, untuk berbagi keberkahan di antara mereka, agar mereka menyebarkan wangi-wangian yang memang disunahkan untuk memakainya saat itu dan bisa dicium oleh orang lain, untuk membuat jengkel Yahudi dan kaum munafik, menunjukkan syiar, untuk mesyiarkan dzikrullah, dan sebagainya.
๐Boleh menempuh jalan yang sama
Tidak terlarang jika pada akhirnya ketika pulang dari shalat โId memilih jalan yang sama dengan berangkatnya. Hal ini berdasarkan riwayat berikut:
Dari Bakr bin MubaMajelis Ilmu Farid Nu’man:
sysyir Al Anshari, katanya:
ููููุชู ุฃูุบูุฏูู ู ูุนู ุฃูุตูุญูุงุจู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฅูููู ุงููู ูุตููููู ููููู ู ุงููููุทูุฑู ููููููู ู ุงููุฃูุถูุญูู ููููุณููููู ุจูุทููู ุจูุทูุญูุงูู ุญูุชููู ููุฃูุชููู ุงููู ูุตููููู ููููุตูููููู ู ูุนู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุซูู ูู ููุฑูุฌูุนู ู ููู ุจูุทููู ุจูุทูุญูุงูู ุฅูููู ุจููููุชูููุง
Saya berangkat pagi-pagi bersama para sahabat Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam menuju lapangan pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, kami menempuh lembah Bath-han sampai kami datang ke lapangan lalu kami shalat bersama Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, kemudian kami pulang melewati lembah Bath-han ke rumah-rumah kami. (HR. Abu Daud No. 1158, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1100, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 6048, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul โUmmal No. 24520, katanya: Ibnu Sikkin berkata isnadnya shaalih (baik). Abu Nuโaim dalam Maโrifatush Shahabah No. 1156)
Sebagian ulama mendhaifkan hadits, namun demikian hal ini tidak mengubah hakikat masalah ini, yakni menempuh jalan berbeda antara pergi dan pulang adalah sunah, bukan wajib.
Syaikh Abdul Muhsin Al โAbbad Al Badr Hafizhahullah menjelaskan:
ูููู ูุฏู ุนูู ุฃู ุงูุฅูุณุงู ูู ุฃู ูุฐูุจ ู ู ุทุฑูู ููุฑุฌุน ู ู ููุณ ุทุฑููู ุฏูู ุฃู ูุฎุงูู ุงูุทุฑููุ ููู ุงูุญุฏูุซ ุบูุฑ ุซุงุจุชุ ูุฃู ููู ู ู ูู ุถุนูู ูู ู ูู ู ุฌูููุ ูุงูุซุงุจุช ูู ู ุง ุชูุฏู ู ู ุฃูู ูุฎุงูู ุงูุทุฑููุ ูุฃูู ูุฐูุจ ู ู ุทุฑูู ููุฑุฌุน ู ู ุทุฑููุ ููุฐุง ุณูุฉุ ููู ุฃู ุงูุฅูุณุงู ุฐูุจ ู ู ุทุฑููู ูุฑุฌุน ู ู ุทุฑููู ููุง ุจุฃุณ ุจุฐููุ ูุงูุฐูุงุจ ู ู ุทุฑูู ูุงูุฑุฌูุน ู ู ุทุฑูู ุฃุฎุฑู ููุณ ุจูุงุฌุจ ูุฅูู ุง ูู ู ุณุชุญุจุ ุฅู ูุนูู ุงูุฅูุณุงู ุฃุซูุจ ูุฅู ูู ููุนูู ููุง ุดูุก ุนููู
Tetapi hadits ini menunjukkan bahwa manusia dapat pergi dan pulang melalui jalan yang sama tanpa menempuh jalan yang berbeda, tetapi hadits ini tidak tsaabit (kuat), karena di dalamnya terdapat perawi yang lemah dan majhuul, yang shahih adalah hadits yang telah lalu bahwa nabi menempuh jalan yang berbeda, Beliau pergi melalui sebuah jalan dan kembali melalui jalan yang lain, dan ini adalah sunah. Seandainya manusia pergi melalui sebuah jalan lalu pulang lewat jalan itu lagi, hal itu tidak apa-apa. Jadi, pergi menempuh suatu jalan dan pulangnya menempuh jalan lain adalah bukan hal yang wajib, itu hanya mustahab (disukai), jika manusia melakukannya maka dia mendapatkan pahala, jika tidak, maka tidak apa-apa. (Syarh Sunan Abi Daud, 6/470)
๐นBersambung ..๐น
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐๐น
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
๐ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
๐ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130