SIAPAKAH SYIAH?

0
96

Pemateri: DR. WIDO SUPRAHA

Syi’ah berarti pendukung, pembela.

Syi’ah Ali adalah Pendukung Ali r.a., Syi’ah Mu’awiyah adalah pendukung Mu’awiyah r.a.

Namun baik Syi’ah Ali maupun Syi’ah Muawiyah di masa itu keduanya Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena aqidah dan fahamnya sama, Al-Qur’an dan As-Sunnah.[1]

Namun setelahnya Syi’ah kemudian berkembang dari aliran politik menjadi aliran aqidan dan fiqh baru.

Sumber rujukan Syi’ah yg utama dan induk ada 4 Kitab (Al-Kutub al-Arba’ah):

1. Al-Kaafi (16.199 hadits) ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Ya’kub bin Ishak al-Kulaini (wafat 329H)

2. Man La Yadhurruh al-Faqih (6.593 hadits) ditulis oleh Abu Ja’far Ash-Shaduq Muhammad bin Ali Babawaih (wafat 381H)

3. At-Tahdzib (13.590 hadits) ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin al-Hasan Ali ath-Thusi (wafat 460H)

4. Al-Istibshar (6.531 hadits) ditulis oleh Abu Ja’far Ath-Thusi (Syaikhut Thaifah).

Keempat kitab ini terus diproduksi hingga hari ini, sehingga salah satu kitab Syi’ah berjudul Al-Muraja’at ditulis oleh Abd Husein Syarafuddin al-Musawi, diterjemahkan oleh MIZAN dengan judul “Dialog Sunnah Syi’ah” menegaskan bahwa keempat kitab tersebut telah sampai kepada kita dengan mutawatir, isinya shahih tanpa keraguan.[2]

Syi’ah kemudian berpecah menjadi banyak firqah:
Syi’ah 7, Syi’ah 12, Syi’ah 12 Ja’far, Hasyimiyah, Hamziyah, Manshuriyah, Mughiriyah, Harbiyah, Khatthabiyah, Ma’mariyah, Bazighiyah, Sa’idiyah, Basyiriyah, ‘Albaiyah, Hisyamiyah, Ruzamiyah, Nu’maniyah, Musailamiyah, Isma’iliyah, Waqifiyah, Mufawwidhah, Ghurabiyah, Kamiliyah, Nushairiyah, Ishaqiyah.[3]

Perbedaan yang banyak ini dijelaskan oleh Fakhruddin ar-Razi dalam Al-Muhashshal,

“Ketahuilah bahwa adanya perbedaan yang sangat besar seperti tersebut di atas, adalah merupakan satu bukti konkret tentang tidak adanya wasiat teks penunjukan yang jelas dan berjumlah banyak tentang Imam yang Duabelas seperti yang mereka klaim itu.”[4]

Inti ajaran Syi’ah terlihat hanya terpusat pada masalah Imam saja, dan tidak boleh diluar dari nama-nama yang mereka yakini [5]

Syi’ah yang berkembang pesat hari ini adalah Syi’ah Imamiyah Dua Belas, karena telah menjadi mayoritas di Iran, Irak, Suriah, Libanon, dan negara lainnya.[6] Meyakini bahwa kepemimpinan ada pada 12 Imam:
1. ‘Ali bin Abi Thalib
2. Hasan bin ‘Ali
3. Husein bin ‘Ali
4. Ali Zain al-Albidin
5. Muhammad al-Baqir
6. Jafar al-Shadiq
7. Musa al-Kazhim
8. Ali al-Ridha
9. Muhammad al-Jawwad
10. Ali al-hadi
11. Al-Hasan al-Askari
12. Muhammad al-Muntazhar

Muhammad al-Muntazhar dikisahkan ketika masih kecil hilang dalam gua yang terletak di Masjid Samarra, Iraq.
Mereka meyakini akan hilangnya untuk sementara dan akan kembali sebagai al-Mahdi untuk langsung memimpin umat.

Nama lainnya Imam Tersembunyi (Al-Imam al-Mustatir) atau Imam yang dinanti (Al-Imam al-Muntazhar).

Periode menanti kehadirannya disebut Al-Ghaibah al-Kubra, diisi oleh kepemimpinan raja, imam dan ulama mujtahid Syi’ah.[7]

Syi’ah Imamiyah mengklaim bahwa Al-Qur’an saja TIDAK CUKUP untuk menerangkan agama, perlu adanya seorang imam.

Kebanyakan ulama mereka terdahulu mengklaim bahwa Al-Qur’an itu kurang karena pengurangan, sehingga tentu ada kemungkinan penambahan.
Mereka juga mengklaim dari sekitar 10.000 sahabat Nabi Saw hanya 4 orang saja yang tidak mengkhianati Rasulullah Saw.

Maka mereka telah meyakini bahwa Islam telah gagal sejak kali pertama, juga kegagalan Rasulullah Saw dalam mendidik! [8]

Maka tidak heran kalau mereka memiliki banyak teori baru dalam akidah seperti Kemakshuman para Imam, Bada’ (Mengetahui hal yang Ghaib), Raj’ah (Reinkarnasi), dan Taqiyah (Kepura-puraan) [9]

Sebuah keyakinan jika tidak dibangun di atas wahyu maka yang terjadilah adalah kerusakan metodologi dan pondasi berfikir.

***

Maraji’
1] Drs. KH. Moh. Dawam Anwar, Katib Aam PBNU 1994-1998, dalam makalahnya berjudul “Inilah Haqiqat Syi’ah”.

2] KH. Thohir Abdullah al-Kaff, Mantan Ketua Yayasan Al-Bayyinat Bidang Dakwah, dalam makalahnya berjudul “Perkembangan Syi’ah di Indonesia”.

3] KH. Drs. M. Nabhan Husein, Mantan Ketua DDII Jakarta, dalam makalahnya berjudul “Tinjauan Ahlus Sunnah terhadap Faham Syi’ah tentang Al-Qur’an dan Hadits”.

4] DR. M. Hidayat Nur Wahid, Mantan Ketua Yayasan Haramain, dalam makalahnya berjudul “Syi’ah dalam Lintasan Sejarah”.

5] Farid Ahmad Okbah, Ahlussunnah wal Jamaah dan Dilema Syi’ah di Indonesia, hlm. 25.

6] Abdurrahman bin Sa’ad bin Ali asy-Syatsri, Pengajar Tetap Masjid Quba, Aqaid asy-Syi’ah al-Itsna Asy’ariyyah

7] KH. Abdul Latief Muchtar, MA., Mantan Ketua PERSIS, dalam makalahnya “Sunnah-Syi’ah Dua Ajaran Yang Saling Bertentangan”.

8] Prof. Dr. Ahmad bin Sa’ad al-Ghamidi, Hiwar Hadi ma’a ad-Duktur al-Qazwini asy-Syi’i al-Itsnai Asyari, Mukaddimah

9] Prof. Dr. Ali Ahmad as-Salus, Guru Besar Universitas Qatar, Ma’a asy-Syi’ah al-Itsna ‘Asyariah fi al-Ushul wa al-Furu’ (Mausu’ah Syamilah), Mesir: Dar at-Taqwa, 1997


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here