Pertanyaan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz… Saya mau bertanya, jika suatu akad diakhiri karena penyimpangan syariah, bagaimana dengan hak yang sudah diserahterimakan? Bagaimana jika akad yang diakhiri adalah akad jual beli, sewa, atau bagi hasil? Mohon penjelasan Ustaz. — Arifin, Cimahi.
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Jawaban
Oleh: Ustadz Dr. Oni Sahroni
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Contohnya jika ada pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, BPRS syariah, atau koperasi syariah kepada nasabah/mitra/anggota untuk usaha. Namun, di tengah perjalanan, pembiayaan diketahui objek usahanya itu usaha yang dilarang seperti judi online.
Contoh lain, misalkan bank syariah memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk usaha B, ternyata usaha B itu fiktif atau tidak ada wujudnya.
Atau contoh lain, misalkan koperasi syariah memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk pembiayaan kendaraan. Diketahui kemudian ternyata uang yang diberikan dengan akad wakalah tersebut tidak untuk pembelian kendaraan, tetapi untuk bayar utang.
Contoh-contoh tersebut untuk memperjelas bahasan dalam pertanyaan di atas, jika akad itu menyalahi ketentuan syariah dan harus dibatalkan, terkait hak-hak yang sudah diserahterimakan, seperti apa ketentuan hukumnya?
Sesungguhnya, ketentuan hukum setiap akad itu berbeda-beda. Oleh karenanya bisa dijelaskan dalam poin-poin berikut.
Pertama, akad bai’ (akad jual beli). Sesungguhnya, jika akad jual beli itu berakhir karena objek yang diperjualbelikan melanggar syariah –barang yang haram misalnya– maka pembeli mengembalikan barang dan penjual mengembalikan harga.
Harga yang harus dikembalikan oleh penjual merujuk kepada qimah mabi’ (nilai barang yang dijual), bukan harga sesuai kesepakatan karena jual belinya sudah batal dan tidak berlaku kesepakatan.
Menurut ulama Hanafiyah, jika barang sudah diserahterimakan, maka kepemilikan menjadi beralih. Sebagaimana penjelasan Wahbah az-Zuhaili menukil pendapat para ahli fikih.
للبيع الفاسد عند الحنفية أحكام منها: أن البيع ينعقد بقيمة المبيع أو بالمثل، لا بالثمن المسمى، ويفيد الملك في المبيع بالقبض؛ لأن ذكر الثمن المرغوب كالخمر مثلاً، أو إدخال شرط فاسد، أو وجود الجهالة في الثمن ونحوها، دليل على أن غرض المتعاقدين البيع، فينعقد بيعاً بقيمة المبيع باعتبار أن القيمة هي الواجب الأصلي في المبايعات؛ لأنها مثل المبيع في المالية… وعند جمهور الفقهاء: لاينعقد البيع الفاسد، ولايفيد الملك أصلاً
“Menurut ulama Hanafiyah, jual beli yang fasid memiliki ketentuan berikut. Jual beli itu berlaku dengan nilai objek yang diperjualbelikan, bukan dengan si’ru al-mitsl ataupun dengan harga yang disepakati. Tetapi jual beli tersebut jika sudah diserahterimakan, maka beralih kepemilikan karena harga yang disepakati seperti khamr, misalnya atau memasukkan klausul syarat yang fasid atau harganya tidak diketahui itu sebagai bukti bahwa tujuan pembeli dan penjual adalah jual beli. Oleh karena itu, akad tersebut yang berlaku senilai objek yang diperjualbelikan, dari sisi nilai adalah kewajiban pokok dalam setiap aset yang diperjualbelikan karena itu aset bernilai. Berbeda halnya menurut mayoritas ahli fikih bahwa jual beli fasid itu tidak berlaku dan tidak menimbulkan beralih kepemilikan sama sekali.” (Wahbah az-Zuhaili menukil dari Al-Mabsuth as-Sarkhasi 13/23, Al-Bada’i 5/304, Fathu al-Qadir wa al-‘Inayah 5/227, Rad al-Muhtar 4/136, Majmu’ adh-Dhamanat hal 216).
Kedua, akad ijarah. Jika akad ijarah dibatalkan karena penyimpangan syariah, maka musta’jir (pihak penyewa) berkewajiban untuk mengembalikan aset sewa kepada pemiliknya (mu’jir).
Pada saat yang sama, mu’jir (pihak yang menyewakan) harus mengembalikan biaya sewa sesuai ajru al-mitsl (bukan sesuai dengan biaya yang disepakati dalam akad).
Selanjutnya, musta’jir berkewajiban membayar ajru al-mitsl bila belum dibayar.
Syaikh Abdu Sattar Abu Gudah menukil pendapat ahli fikih,
والنهي في الجميع ينتج عدم ترتب الأثر عليه. ويكون انتفاع المستأجر غير مشروع ولا يلزمه الأجر المسمى وإنما يلزمه أجر المثل بالغا ما بلغ إذا قبض المعقود عليه أو استوفى المنفعة أو مضى زمن يمكن فيه الإستيفاء لأن الإجارة كالبيع والمنفعة كالعين والبيع الفاسد كالصحيح في استقرار البدل فكذلك في الإجارة هذا عند الشافعي
“Larangan dalam semua kondisi itu mengakibatkan akad tidak berakibat hukum. Oleh karena itu, penyewa tidak bisa memanfaatkan aset dan ia pun tidak berkewajiban untuk membayar upah tetapi hanya dibebankan ajru al-mitsl saat ia telah menerima objek akad atau telah memanfaatkannya atau telah lewat satu waktu di mana ia bisa memanfaatkan aset tersebut, karena ijarah seperti akad jual beli dan manfaat itu seperti barang. Dan jual beli yang fasid itu seperti jual beli shahih dalam istiqrar pengganti. Begitu pula, dalam ijarah menurut Imam Syafi’i.” (al-Ijarah; Abdu Sattar Abu Guddah hal 87 menukil dari Nihayatu al-Muhtaj 5/264, Minhaj ath-thalibin wa hasyiyatu al-Qulyubi 3/86, dan al-Muhadzab 1/399).
Ketiga, akad mudharabah. Jika akad mudharabah itu diakhiri sebelum waktunya karena penyimpangan syariah, maka akad mudharabah tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajibannya karena akadnya fasid. Tetapi ketentuan yang berlaku adalah ketentuan ijarah fasidah.
Oleh karena itu, sebagai konsekuensinya, modal yang sudah diserahkan kepada pengelola dikembalikan kepada investor dan pengelola mendapatkan ujrah al-mitsl. Hal ini sebagaimana pendapat Imam Asy-Syafi’i dan Abu Hanifah.
Sebagaimana penjelasan as-Sarkhasi,
وإذا فسد العقد كانت إجارة فاسدة حتى يكون للمضارب أجر مثل عمله
“Jika akad mudharabah fasid (rusak) itu menjadi akad ijarah yang fasid, maka pengelola mendapat upah sejenisnya (ajru al-mitsl).” (Al-Mabsuth, As-Sarkhasi, 22/29).
Dr Rasyad Khalil menukil pendapat ahli fikih,
وفي المضاربة الفاسدة يكون الربح لرب المال والعامل أجر المثل، لأن المضاربة الفاسدة فى معنى الاجارة الفاسدة والأجير إنما يستحق أجر المثل والربح كله لرب المال لأن الربح نماء ملكه
“Dalam akad mudharabah yang fasid, keuntungan itu menjadi hak investor, sedangkan pengelola itu berhak mendapatkan ajru al-mitsl karena mudharabahnya fasid dan berlaku ketentuan ijarah fasidah. Al-Ajir itu hanya berhak atas ajru al-mitsl, sedangkan keuntungan semuanya untuk investor, karena keuntungan itu adalah pengembangan dari aset miliknya.” (Dr Rasyad Khalil dalam Asy-Syarikat fi al-Fiqh al-Islami hal 88, menukil dari Fathu al-Qadir lilkamal Ibnu al-Hamam 5/33, Bada’i ash-Shana’i Lil Kasani 6/107, Raudhatu ath-Thalibin Zakariya an-Nawawi 5/165, Mathalib Uli an-Nuha al-Mushthafa al-Buhuthi 2/512).
Keempat, akad musyarakah. Jika akad musyarakah itu berakhir sebelum waktunya karena penyimpangan syariah, misalnya usaha yang dikelola itu tidak halal, maka seluruh akibat hukum akad musyarakah tidak berlaku.
Selanjutnya, yang berlaku adalah ketentuan akad ijarah fasid. Di mana modal yang telah diterima oleh pengelola harus dikembalikan kepada pemilik modal atau investor dan pengelola mendapatkan upah sebesar ajru al-mitsl.
Selanjutnya, keuntungan –jika ada– dibagi kepada setiap syarik sesuai dengan persentase modal yang disertakan.
Dr Rasyad Khalil menukil pendapat ahli fikih,
وحكم عقد الشركة الفاسد أنه يستحق الفسخ بإرادة الشركاء، فإذا لم يفعلاه اختيارا فسخه القاضي جبرا عليهما متى علم بذلك، لانه عقد موجود و منعقد إلا أن الشارع لم يقر وجوده و انعقاده بل أمر برفعه و فسخه. ومتى تم الفسخ فإن توزيع الأرباح الحاصلة من الشركة يكون بنسبة حصص الشركاء في رأس المال لا يحسب الاتفاق في عقد الشركة الفساد ذلك تبعا لفساد عقد الشركة
“Ketentuan akad syirkah yang fasid itu bisa di-fasakh dengan keinginan para syarik. Saat para syarik tidak mem-fasakh akadnya, maka qadhi atau otoritas yang mem-fasakh-nya secara mandatori, karena akad syirkah tersebut ada dan terjadi tetapi syariat Islam tidak mengakui keberadaaannya dan memerintahkan untuk membatalkannya.
Saat akad tersebut di-fasakh, maka keuntungan yang direalisasikan itu dibagi sesuai dengan porsi modal para syarik, bukan berdasarkan kesepakatan dalam akad syirkah karena akad syirkah-nya itu fasid.” (Dr Rasyad Khalil dalam asy-Syarikat fi al-Fiqh al-Islami, hal 88, menukil dari al-Bahr ar-Ra’iq Syarh Kanz Ar-Raqa’iq / Ibnu Nujaim 6/105, Majma al-Anhur / Syeikh Zadah 2/62).
Wallahu A’lam.
Sumber: Konsultasi syariah Republika Online, 26 Juli 2024
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130