Menyiapkan Kematian, Menanda Pribadi yang Penuh Kehati-hatian

0
235

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadzah Rochma Yulika

Bila amal teras sedikit berhati-hatilah sangat mungkin dalam hati ada penyakit. Bila shalat tak lagi khusyu’ perlu waspada mungkin jiwanya telah terpuruk. Bila perilaku banyak yang melanggar norma apakah lupa bahwa sekecil apa pun kesalahan akan diminta tanggung jawabnya?

Sangat wajar bila kondisi kita kadang naik kadang juga turun. Adakalanya ibadah kita rasakan begitu nikmat namun adakalanya kita lakukan sesaat lewat. Seolah bila kewjiban telah gugur maka sudah dianggap cukup. Bila hal itu terjadi maka butuh di up grade keadaan jiwa kita.

Lantas apa yang seharusnya kita lakukan agar terjaga dalam keistiqomahan?

Ibnu Mas’ud RA menasihatinya, “Kalau penyakit itu yang menimpamu, bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat:

1. Engkau datangi tempat orang membaca Alquran, engkau membaca Alquran, atau engkau dengarkan baik-baik orang yang membaca Alquran.

2. Engkau datangi majelis taklim yang mengingatkan hati kepada Allah.

3. Engkau mencari waktu dan tempat yang sunyi. Di situ engkau menyendiri menyembah Allah, seperti pada waktu tengah malam, saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan keikhlasan hati.”

Beginilah bila menyadari bahwa hidup akan berakhir dengan kematian maka akan menjadi pribadi yang penuh kehati-hatian.
Lantaran kematian akan pasti datang menjemput kita semua dan tak ada satu pun yang terlewatkan.

Hanya butuh menunggu kapan waktunya tiba.
Dan masing-masing kita punya jadwal yang berbeda. Tak bisa ditebak kapan terlepasnya nyawa. Ada yang baru lahir Allah sudah memanggilnya. Tak selalu tua renta tetapi yang muda belia pun bisa. Jika ajal datang saat itulah dia harus siap menghadapinya.

Hanya amal yang akan jadi bekal. Hanya iman yang akan jadi jaminan. Hanya ibadah yang akan menjadikan jalan akhirat itu mudah. Dan hanya kemuliaan yang akan mengantarkan pada keselamatan.

Ar Rabi’ bin Khutsaim, ia pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah Taโ€™ala,

ุฑูŽุจูู‘ ุงุฑู’ุฌูุนููˆู†ู ู„ูŽุนูŽู„ูู‘ูŠ ุฃูŽุนู’ู…ูŽู„ู ุตูŽุงู„ูุญู‹ุง ูููŠู…ูŽุง ุชูŽุฑูŽูƒู’ุชู

โ€œ(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.โ€ (QS. Al Muโ€™minuun: 99-100).

Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, โ€œWahai Robiโ€™, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati)!

Beramallah โ€ฆโ€

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here