🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Penjelasan:
Meskipun Anda berada pada posisi yang benar dan orang lain salah, meskipun Anda berada di atas hidayah dan orang lain tersesat, namun menyeru mereka ke jalan dakwah dengan akhlak yang mulia adalah hal yang utama.
Diceritakan ada seorang pencuri masuk ke rumah Malik bin Dinar dan dia tidak menemukan apapun untuk diambilnya. Lalu Malik memanggilnya, “Engkau tidak menemukan apapun dari dunia untuk diambil. Apakah engkau berkenan mengambil akhirat?”
Pencuri itu berkata, “Ya.” Dia berkata kepadanya, “Wudhulah dan shalat 2 raka’at.”
Dia pun melakukannya, lalu duduk sebentar, kemudian bangkit dan pergi ke masjid. Ketika Malik ditanya tentang laki-laki itu, Dia menjawab, “Ia datang untuk mencuri kami, tetapi kamilah yang mencurinya,” demikian jelas Syaikh Adam Syarqowi dalam bukunya “Pesan Cinta Dari Langit.”
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad ﷺ, agar menyeru manusia kepada jalan Allah dengan hikmah, seperti yang diturunkan kepadanya dari al-Kitab dan as-Sunnah, dan pelajaran yang baik, yang mencakup larangan-larangan dan realita-realita yang menimpa umat manusia. Ingatkanlah mereka dengan hal-hal tersebut agar mereka bersikap waspada terhadap siksaan Allah.
Firman-Nya
“وجادلهم بالتى هى أحسن”
(Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik) berarti jika ada di antara mereka yang membutuhkan diskusi dan perdebatan, hendaklah itu dilakukan dengan cara yang baik, lembut, dan tutur kata yang baik. Sebagaimana firman Allah, “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka” (QS. Al-Ankabut: 46).
Allah memerintahkan agar bersikap lemah lembut, sebagaimana juga perintah kepada Musa dan Harun ketika diutus kepada Firaun. Firman Allah, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut” (QS. Thaha: 44).
Firman-Nya “Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” berarti Allah mengetahui siapa yang sengsara dan siapa yang berbahagia di antara mereka. Ini telah tertulis di sisi-Nya dan penulisannya sudah selesai. Maka, serulah mereka ke jalan Allah, dan janganlah kamu merasa kecewa terhadap orang yang sesat di antara mereka, karena kewajibanmu hanyalah memberikan peringatan, dan Allah yang akan melakukan hisab.
Berdakwah hendaknya dilakukan dengan cara yang terbaik dan disesuaikan dengan sasaran yang dihadapi: ilmuwan dengan argumentasi ilmiah, orang kebanyakan dengan sentuhan yang halus, dan non-muslim dengan diskusi yang tidak hanya baik tetapi yang terbaik, demikian pelajaran yang dapat dipetik dari ayat ini menurut Prof. Quraish Shihab.
“Dengan hikmah” maksudnya, setiap orang sesuai dengan keadaan, pemahaman, serta sambutan dan ketaatannya. Termasuk hikmah dalam berdakwah adalah berdakwah dengan dasar ilmu, bukan kebodohan, memulai dengan perkara yang paling penting sesuai dengan skala prioritas, lalu yang lebih penting daripada yang sesudahnya, dan yang lebih dekat dengan alam pikiran mereka dan mudah dipahami. Dengan cara yang lebih mendatangkan sambutan yang lebih baik, penuh kelembutan, dan persuasif. Bila sudah tunduk dengan cara hikmah, itu sangat bagus.
Jika tidak mempan, maka beralih kepada metode dakwah dengan pelajaran yang baik, yaitu dengan perintah dan larangan, yang diiringi dengan “targhib” (anjuran keutamaan) dan “tarhib” (ancaman).
Baik dengan menyampaikan kemaslahatan yang terkandung dalam perintah-perintah dan menghitung-hitungnya, serta bahaya yang terkandung dalam larangan-larangan dan menginventarisasinya, atau dengan menyebutkan kemuliaan yang diraih oleh orang-orang yang menegakkan agama Allah dan penghinaan serta diterima orang yang tidak menjalankannya. Maupun dengan menyebutkan apa yang telah Allah sediakan bagi orang-orang yang taat berupa balasan baik di dunia dan akhirat, dan apa yang dipersiapkan oleh Allah bagi para pelaku maksiat, berupa hukuman dunia dan akhirat. Demikian jelas Syaikh Sa’adi Hafizahullah.
Seorang juru dakwah adalah seperti bagian marketing dalam sebuah perusahaannya. Maka tugasnya adalah bagaimana membuat para konsumen tertarik untuk membelinya, dan senjata utama dalam berdakwah adalah akhlak yang mulia. Karena dengan akhlak yang mulia, dakwah menjadi merangkul bukan memukul, mendidik bukan menelajangi, memberikan semangat bukan menakut-nakuti.
Syaikh Muhammad Aman Al-Jami rahimahullah berkata,
والداعية الناجح هو الذي يهذِّب الناس بسيرته قبل أن يهذِّبهم بلسانه ويدعوهم إلى الله بخلقه وحسن سلوكه قبل أن يقول شيئًا بلسانه
“Seorang da’i yang berhasil adalah yang mendidik manusia dengan perilakunya sebelum mendidik mereka dengan lisannya. Dia mengajak ke jalan Allah dengan akhlak dan kebagusan perangainya sebelum berucap sesuatu dengan lisannya.”
🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130